.
Saat ini aku sudah berada di kantin. Seperti halnya kemarin, Amanda menarikku saat aku bersama Madison. Sungguh menjengkelkan, bukan? Begitulah Amanda.
"Bagaimana? Kau sudah memikirkannya Jane?" tanya Amanda padaku.
"Sudah kubilang, NO!" tegasku. Aku menatap Amanda tajam. Tapi sepertinya tak mempan.
"Ayolah, Jane! Lagian ini tidak merugikanmu. Malah menguntungkan, you know?" Amanda tak hentinya membujukku. Aku hanya merotasikan bola mataku, malas. Lalu tak sengaja bertemu pandang dengan Jonathan, ya pria yang tak sengaja menabrakku. Pria yang mempunyai mata berwarna biru safir yang membuat kita betah menatapnya. Namun tak berselang lama karena teman~temannya datang. Amanda kembali mengambil atensiku.
"Tetap tidak!" Aku segera meminum minumanku lalu meninggalkan Amanda bersama antek~anteknya. Aku tidak menuju kelas, melainkan ke toilet terlebih dahulu.
Setelah mencuci wajah, aku segera memperbaiki penampilanku. Seperti merapikan rambutku yang sedikit acak dan bajuku yang kusut di beberapa bagian. Merasa sudah rapi, aku pun keluar dari toilet.
"Hai J!" Suara lembut itu menyapa indra pendengaranku. Aku menoleh kepada sang empunya suara. Bukannya dia bersama temannya tadi? Dan apaan ini? Sok akrab sekali.
"Ya?"
"Singkat sekali. Aku menyapamu, harusnya kau balas menyapaku juga, J!" protesnya. Hal itu membuatku semakin malas berhadapan dengannya.
"Sorry, tapi aku tidak mengenalmu. Permisi," ucapku hendak melangkah menjauh darinya. Itu sebelum dia menarikku hingga hampir saja menabrak dada bidangnya. Aroma parfumnya langsung menyeruak ke dalam hidungku. Aroma yang menenangkan. Hingga tak kusadari tangannya yang semula mencengkram lenganku sudah beralih pada pinggangku.
"Baiklah J, perkenalkan namaku Jeon Jung Kook. Kau bisa memanggilku Jack, JeyKey, or J? like you?" ucapnya tepat di atas kepalaku. Bahkan napasnya terasa menyapu pucuk kepalaku. Tak ingin larut dalam situasi, aku segera mendorong dadanya.
"Apa begitu caramu berkenalan, Tuan Jeon? Sungguh mengesankan!"
"Well, bukankah kita harus membuat first impression yang berkesan agar bisa diingat, right?"
Ya, kau benar. Tapi sayangnya kau sudah memberikan first impression yang buruk. Ingin kukatakan itu padanya. Namun aku hanya diam.
"Kenapa kau sangat cuek?"
"Dan kenapa kau sangat cerewet?"
Tanpa kusangka ia menunduk dan mensejajarkan wajah kami. Napas kami beradu.
"Bukankah jika begitu, kita saling melengkapi?" ucapnya lalu tersenyum. Senyumnya yang bak kelinci lagi-lagi mengambil atensiku. Hingga suara pekikan dari belakang, membuatku segera membenturkan kepalaku dengan kepalanya lalu mendorong dadanya dengan keras hingga jarak tercipta diantara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark J
RandomThis is young adult story (16+) --- Jennie Kim Mackenzie, ia terpaksa pindah ke Seattle mengikuti bibi dan pamannya. Di kehidupan barunya di Seattle, ia berharap hidupnya akan tenang seperti sebelumnya. Ia akan melanjutkan kehidupannya yang mononton...