Aku memandangi leherku yang terdapat bekas kemerahan dari gigi kelinci pria di sampingku ini. Setelah kejadian memalukan tadi, aku terpaksa mengikutinya sebelum dia bertindak lebih nekat lagi. Dia yang memeluk dan menggigit leherku jenjangku ini sudah terlampau memalukan menurutku. Tidak kubiarkan ada kejadian seperti itu lagi.
"Sedari tadi kamu terus memandangnya. Sebegitu sukanya kau dengan karyaku itu? Bilang saja padaku jika kau ingin menambahnya, tak usah sungkan!" Jungkook bersuara setelah diam beberapa saat setelah dia melajukan mobilnya.
Aku menoleh padanya yang sepertinya perlu kusesali, karena tepat saat itu pula ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Apakah dia memang segenit itu menjadi seorang pria?
"Ingin menambahnya? Silakan saja! Tapi setelah itu aku akan menendang kemaluanmu lebih keras lagi!" sinisku. Namun, ada apa ini? Kenapa mobilnya berhenti? Lalu kenapa dia tersenyum seperti iblis? Dia semakin maju padaku.
"What? What are u doing?" tanyaku padanya yang lagi-lagi dibalas senyuman. Oh tidak sepertinya aku salah kata tadi.
"Oh, no! I mean, seb-" ucapanku belum selesai. Cowok bergigi kelinci ini sudah berada di depan wajahku lalu menjatuhkan kepalanya pada bahuku. Apa-apaan dia ini? Walaupun dia tak menggigit leherku, tetap saja tindakannya salah.
Sekuat tenaga aku mendorongnya namun tidak mempan. Akhirnya aku menarik rambutnya yang lumayan panjang untuk ukuran seorang pria. Aku menariknya sekuat tenaga hingga terlepas. Aku memandangnya tajam.
"Kau pikir apa yang kau lakukan? Kita baru kenal dan kau sudah melakukan hal menjijikkan seperti ini padaku?" marahku masih memandangnya tajam.
"J.. Aku.. ak-"
"Kau kira aku seperti gadis Amerika yang senang-senang saja dicium oleh orang yang baru dikenalnya? Kau itu berasal dari Asia, bukan? Tentu kau tahu hal yang kau lakukan sangat tidak sopan! Kau pikir aku wanita murahan? Kau merasa pantas melakukan yang kau suka karena tampangmu? Popularitasmu? Kukatakan padamu, kau sudah memberikan first impression yang sangat buruk padaku!" setelah berucap aku beranjak keluar dari mobil. Namun sialnya terkunci. Dan sepertinya pria Jeon ini menyadarinya.
"Buka."
"J, I'm sorry. Aku hanya bercanda. Aku tidak tahu jika kamu akan bereaksi seperti ini," bujuknya padaku tapi kuhiraukan.
"Buka."
"J..."
Merasa perintahku tak diacuhkan, aku langsung maju ke depannya dan membuka kunci pintu mobil. Namun sebelum aku kembali ke posisi awal, aku menyikut perutnya terlebih dahulu.
"Terima kasih atas tumpangannya, tuan Jeon Jung Kook!" ucapku sebelum menutup pintu mobilnya dengan keras.
J
"Maddy, apa kau tahu dimana ada lowongan pekerjaan? Aku juga ingin bekerja part time sepertimu," ucapku pada Madison yang tengah menyantap makanannya.
"Kau serius, Jane?"
"Of course, kenapa melihatku seperti itu? Ada sesuatu yang salah?" tanyaku heran.
Madison tampak menelan makanannya sebelum menjawabku. "Of course, Jane. Kau tidak sadar dengan pakaianmu yang branded semua dan sudah pasti barang original, bukan tiruan seperti yang mereka pakai? Hmm tentu kau berasal dari keluarga yang sangat berada. Jangan bercanda, Jane. Lebih baik kau nikmati waktumu dengan bersantai, menonton netflix atau drama korea. Aku akan merekomendasikan drama korea yang bagus padamu," cerocos Madison seperti ngerap yang membuatku tersenyum kecil. Ia mengingatkanku dengan sepupuku yang seorang rapper.
"Ayolah, Maddy. Pakaian ku tidak lebih penting dari uang yang akan aku dapatkan dari bekerja."
"Jual saja barang-barang brandedmu, easy girl!" Madison mengedipkan sebelah matanya padauk.
"Yang benar saja. Pokoknya aku harus segera mendapatkan pekerjaan."
"Baiklah, terserah padamu. Aku akan membantu. Sebenarnya di tempatku bekerja butuh satu karyawan lagi, karyawan tetap."
Mendengar ucapan Madison membuatku langsung menoleh padanya. "Really?"
Dia mengangguk, "Aku akan bicara pada bosku agar menerimamu walau hanya paruh waktu."
"Kau yang terbaik, Maddy." Aku memeluk Maddy dengan erat walau ia merasa tercekik. Aku hanya balas dengan kekehan. Semoga hariku akan selalu menyenangkan.
J
"Get out of my way," ucapku saat lagi-lagi pria Jeon ini menghalagi jalanku. Tapi sepertinya dia masih tidak peduli.
"No. J, aku ingin bicara denganmu," balasnya dengan nada lembut. Tapi apa aku peduli? Tentu tidak, aku hanya berdecih lalu memutar mataku dengan malas.
"Saat ini kau sudah bicara. So, biarkan aku pergi." Aku berjalan tanpa peduli bahwa aku harus menabrak tubuh besarnya.
Namun saat aku melewatinya, dia menahan lenganku. Sontak aku langsung menghempaskan tangannya lalu berbalik menatapnya.
"Apa kau tuli?"
"J, sekali lagi aku minta maaf jika perlakuanku kemarin membuatmu tidak nyaman. Forgive me." Tatapannya melembut. Sejenak aku terpana melihat mata bulatnya. Tapi tidak, tidak seharusnya aku terpana.
"Aku tidak tahu kau sepeduli itu pada perasaaan perempuan, Jeon." Dia terdiam mendengar ucapanku. Tak menyia-nyiakan waktu, aku langsung menuju kelas pertamaku hari ini.
"Hai, Jo!" sapaku pada Jonathan yang terlihat menuju kelas. Ah, tak salah jika aku menyapanya. Setidaknya untuk menjauh dari pria Jeon yang menyebalkan. Ya, aku tahu mereka berteman. Tapi kepribadian seseorang tidak bisa dinilai hanya dengan melihat circle pertemanannya. Jonathan tampaknya tidak semenyebalkan temannya, itu yang kurasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark J
RandomThis is young adult story (16+) --- Jennie Kim Mackenzie, ia terpaksa pindah ke Seattle mengikuti bibi dan pamannya. Di kehidupan barunya di Seattle, ia berharap hidupnya akan tenang seperti sebelumnya. Ia akan melanjutkan kehidupannya yang mononton...