Aku belum absen vote nih, kangen. Voter ke berapa kalian?
Minji barangkali sosok bocah yang cerdas dalam bersikap dan menangkap situasi. Apalgi jika bersama bocah-bocah yang lain. Akan tetapi jika sudah dengan ayah dan ibunya, tentu saja sudah berbeda!Sayangnya yang bersikap tukang tempel seperti perangko pada amplop itu tidak hanya Bae Minji. Masih ada satu lagi putri kecil paling digandrungi bahkan oleh Paman dan Bibi yang lain—sebab lucu, menggemaskan, dan sering dijadikan alasan untuk membujuk istri masing-masing mendapatkan momongan baru. Tidak semua, sih. Tapi Vante memang paling semangat.
Rumah Jongkuk masih tenang-tenang saja tiga puluh menit yang lalu, sebelum ia mengenakan sepatu dan memasrahkan sebuah ransel pada pundak. Lee Jongkuk sudah bersiap untuk pergi ke salah satu lokasi klien, mengecek beberapa hal sebelum proyek besar dipasrahkan pada perusahaannya. Sayangnya, semua tidak semudah itu tatkala suara tangis mendadak membumbung tinggi. Berhasil membuat Jongkuk mengurungkan niat untuk membuka pintu.
"Hati-hati di jalan," kata Yoonji yang menggendong Hyuka yang berderai air mata, memantulkan sang putri dalam gendongan.
Tangan kecil itu terulur ke arah Jongkuk, kepalan tangannya membuka dan menutup seakan tidak rela jika sang ayah pergi meninggalkannya. "Tidak mau! Uka mau ikut Papa."
Ekspresi Yoonji sebenarnya sudah cukup kesusahan, sementara Hyunki berdiri cukup jauh dan melihat jika adiknya tidak berhenti menangis sejak tadi.
"Hyuka tetap di rumah sama Mama dan Kakak, ya," bujuk Yoonji sembari membenarkan gendongannya pada sang putri.
Sekarang, Jongkuk yang terlihat kesulitan raut wajahnya. Sebenarnya, bukan sekali dua kali Hyuka itu bisa sangat menempel pada Jongkuk. Hanya saja, Hyuka itu baru saja demam, bahkan suhu badannya belum sepenuhnya turun kendati sudah tidak terlalu tinggi. Dan hal itu malah membuat Jongkuk semakin khawatir, nanti kalau ditinggal malah sakit lagi bagaimana? Mengembuskan napas, Jongkuk perlahan melorotkan ransel dari pundaknya dan dahi Yoonji mengerut di sana.
"Kau mau apa?"
Jongkuk melepaskan sepatunya lagi, tidak segera menjawab dan berjalan ke arah Hyuka guna bersiap untuk menggendong sang putri. Sayangnya, Yoonji menghalangi itu.
"Ji."
"Aku tidak setuju jika kau membiasakan sikap untuk menuruti semua permintaan Hyuka," jeda Yoonji, sementara Hyuka sudah menggeliat dan masih menangis keras. "Sesekali boleh, tapi tidak setiap waktu. Tidak baik nanti, jadi manja, jadi penuntut."
Jongkuk tidak bisa menimpali apapun. Mungkin itu hanya penggambaran rasa sayangnya, setiap kali ia melihat Hyunki yang sudah sebesar ini dan kembali menatap Hyuka, Jongkuk berpikir ia tidak ingin mengulangi kesalahannya, ia sudah tidak ada saat Hyunki tumbuh bersama Yoonji sendiri.
Yoonji sebenarnya juga mengerti, Jongkuk itu diam-diam masih diliputi perasaan bersalah. Ingin memberikan yang terbaik, semuanya, segalanya. Yoonji tahu itu hal yang baik—tetapi tidak selalu baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Escape ✔️
Fanfiction[Sudah dibukukan-259 pages] Semuanya dimulai karena bocah-bocah ingin diajak pergi jalan-jalan. Atau ini tentang keluhan Vante karena putra kembarnya bertengkar dan mereka barangkali butuh hiburan, Jongkuk yang sedikit kesal karena hari Minggu masih...