Awas ngiler pengen liburan juga 🌝🌝Selama hampir tujuh jam otot kaki dan punggung mengalami rasa kaku, sementara bocah-bocah nampak mendapatkan isi ulang energi dengan cukup nyenyak. Suara klik pada sabuk pengaman mulai terdengar dari setiap bangku penumpang. Jimmy meregangkan tangan, menguap. Begitu juga dengan Namjun yang mengenakan topi hitamnya kembali. Elena memastikan Ansel sudah mengumpulkan lebih dari tujuh persen nyawanya, sementara Eunjo agaknya membutuhkan waktu ekstra untuk membangunkan Yeonwoo dengan nyenyak.
"Tidak apa-apa biarkan dulu," kata Yungi saat berdiri, dan melongok ke depan di mana sang putra masih terlelap nyenyak. "Keluarnya masih antre juga."
"Tapi kita keluar duluan, Yung," kata Eunjo yang sudah menyampirkan tas selempang pada pundaknya.
Benar juga, pikir Yungi. Kelas bisnis pastilah mendapatkan akses keluar pesawat terlebih dulu. Sedikit kelebihan sebab membayar tiket lebih mahal, atau memang tempat mereka lebih dekat dengan pintu keluar. "Ya sudah, biar kugendong. Kau bawa saja kopernya," kata Yungi bersamaan mengambil koper kecil berwarna hitam pada kabin.
Yungi lalu mengangkat tubuh Yeonwoo, dan menempelkan pipi gembil itu pada salah satu pundaknya dan Eunjo sudah mendorong koper kecil itu untuk keluar terlebih dulu.
Jongkuk juga masih menggendong Hyuka, putri kecil itu juga nampaknya masih terlelap kendati beberapa kali nampak mengedipkan kelopaknya kelewat lemah. Merespons atas suara orang-orang yang bersiap untuk turun dari pesawat. Sampai pada akhirnya, semua orang berhasil meniti garbatara dan menapak di atas jalur menuju pengambilan bagasi dan pintu keluar.
Nuansa hangat itu seketika menyapa kulit. Jaket-jaket yang digunakan selama di pesawat terlihat menyampir pada handle koper. Seorin melihat dengan takjub bagaimana suasana luar yang tergambar pada dinding kaca besar ketika mereka berjalan.
Mendapati tulisan Welcome to Bali dengan patung Leak berhasil membuat setiap orang merasa senang, antusias, tidak sabar, dan berdebar secara bersamaan. Seakan-akan saling berpikir jika ini keputusan yang bagus—berlibur jauh dan bersama-sama. Terlebih anak-anak, Hyunki sudah berhenti dan menunjuk, diikuti oleh Van, Vin, dan juga Minjine yang sudah terlihat lebih bangun. Kecuali sisanya yang masih malas untuk merespons dengan rasa antusias sama. Masih mengantuk.
"Ya ampun! Itu hewan apa?" Hyunki tiba-tiba bergidik ngeri. "Ada taringnya, seperti Jomomo saja," celetuk Hyunki tanpa rasa bersalah.
Vangogh ikut-ikut menimpali. "Galak, dong?"
Yeonwoo yang merasa sang ibu dibawa-bawa jadi tidak ikut kalah juga. "Tapi Mama baik, kok! Tidak seram."
Terkadang, Eunjo tidak tahu apa yang dipikirkan anak-anak sampai bisa dengan mudahnya mengutarakan apa yang dipikirkan. Maksudnya, Eunjo tidak menghakimi, ia memiliki Yeonwoo juga di rumah—di sisinya, namun barangkali ia memang memiliki intrik tersendiri jika dengan putra sulung Jongkuk ini.
"Kalau sama Unki seram, tuh. Seperti hantu." Hyunki mengangguk yakin. "Jadi patungnya memang mirip Jomomo."
Eunjo yang sejak tadi sabar dan mengambil foto diorama, rasanya tidak bisa menahan diri lebih lama dan ingin menerbangkan anak Jongkuk kembali ke Korea. Dengan nada datar ia menyahut. "Enak saja, dia seperti pamanmu kalau sedang marah-marah."
Yungi masih menggendong Yeonwoo—tentu saja, mengerutkan kening dan menyipitkan kedua matanya ke arah sang istri. "Memangnya kapan aku pernah marah?"
Elena yang melihat itu tertawa tipis. Hyejin dan Jimmy juga sudah mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan. Vante berkutat dengan ponselnya untuk menghubungi tour guide yang sudah ia pesan jauh-jauh hari dan mengatakan jika mereka sudah sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Escape ✔️
Fanfic[Sudah dibukukan-259 pages] Semuanya dimulai karena bocah-bocah ingin diajak pergi jalan-jalan. Atau ini tentang keluhan Vante karena putra kembarnya bertengkar dan mereka barangkali butuh hiburan, Jongkuk yang sedikit kesal karena hari Minggu masih...