Aku ikutan ketawa waktu bacain komennya, mood banget. Thank you untuk pemenuhan tantangannya, udah lebih dari 300 komen and here we go the next part!Orang bilang, rumah itu seperti dunia kecil di mana manusia bisa merasakan berbagai macam hal dari sensasi sederhana sampai luar biasa sekalipun. Entah sebuah kebahagiaan, atau mungkin satu sampai dua hal yang menyesakkan hati. Vante berpikir keluarganya tidaklah sesempurna itu, namun setiap tawa pada sudut rumah memang layak untuk disyukuri. Vante barangkali bisa memamparkan opini lain dengan lebih unik mengenai anggapan itu, namun dia memang setuju mengenai dunia kecilnya. Bagi Kim Vante, rumah di mana ia bisa melihat Seorin dan juga Vincent Vangogh itu seperti semesta. Semesta yang mereka bangun bersama untuk dihuni bersama-sama pula.
Oke, mungkin cukup untuk pengenalan mengesankan yang sengaja diletakkan pada paragraf pertama agar kau terpesona.
Seorin baru saja masuk ke dalam dapur dengan sengal napas yang sedikit memburu, keringatnya memenuhi kening, celana yoga panjang berwarna hitam memeluk lekuk dan kaki jenjangnya dengan sempurna, sementara kaos pendek dengan sedikit lengan nampak pas warna birunya. Seorin dan workout itu sudah seperti belahan jiwa. Vante yang baru saja membaca koran digital pada ponsel dan masih mengenakan kacamata baca, menepuk pantat sintal Seorin begitu saja dengan senyum dan kerlingan mata yang menggoda.
Lalu berjalan mundur sembari menjentikkan jari, meliukkan badan ke kanan dan ke kiri, menggigiti bibir bawahnya dan bernyanyi, "Can you stay up all night...."
Seorin tertawa kecil setelah meneguk air putih dingin dari gelas tingginya, melihat Vante yang sudah berjoget seperti ubur-ubur ke kanan dan ke kiri, masih berniat melanjutkan nyanyiannya. "Fuc—"
Sayangnya nyanyian Vante mendadak berhenti dan keduanya menoleh seketika ke arah dua buntalan yang berdiri lugu dengan dua pasang mata yang mengedip lucu.
Saat keheningan mendadak merangkak, Vante menyengir dan tetap bernyanyi dengan sedikit lirih. "Can you stay up all night, singing till up daylight."
Seorin sampai menggeleng di tengah tawa oleh penggantian lirik yang luar biasa mendadak. Mereka memang sering seperti ini, kok. Menariknya keluar Vante memang ada di situ. Tentu saja Vin dan Van mendadak muncul bukan tanpa alasan. Seorin yang masih merasakan gerah tubuhnya mendera lanjut bertanya. "Kalian membutuhkan sesuatu?"
Vincent dan Vangogh saling menatap sejenak, mengangguk serempak dan mengembangkan senyum.
"Mau meminjam hape Papa sama Mama," kata Vincent.
Vangogh mengangguk sok dewasa. "Betul itu betul, ingin mengemban misi penting tapi membutuhkan surpot teknologi."
"Suport, Van...."Vante membenarkan sembari memberikan handphonenya dan hape Seorin yang memang ada di atas meja. "Dan hari ini hanya boleh melihat kartun selama satu jam saja."
Vincent menerima dengan kalem sementara sang adik sudah berjingkrak entah kenapa. "We got it," jawab Vincent.
Secara singkat memang begitulah permulaan hari di rumah Vante. Jarum jam baru menunjukkan pukul sebelas siang. Matahari sedang terik-teriknya dan meneguk dingin-dingin memang tidak pernah mengecewakan.
Vante mendapati dua putranya tengah sibuk mengerut-ngerutkan kening sejak beberapa saat lalu, sampai sekarang tersenyum-senyum girang tatkala bermain dengan ponsel miliknya dan milik Seorin. Sedikit dirundung rasa penasaran sebab itu bukan ekspresi kedua sang putra saat menonton kartun Boboboy, Vante mau tidak mau menegur tatkala berjalan dengan segelas jus probiotik di hari Minggu.
"Hayo, kalian berdua sedang apa?" tanyanya saat mengambil tempat dan memaksa Vin dan Van untuk menggeser tubuhnya guna memberikan celah bagi sang Ayah untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Escape ✔️
Fanfiction[Sudah dibukukan-259 pages] Semuanya dimulai karena bocah-bocah ingin diajak pergi jalan-jalan. Atau ini tentang keluhan Vante karena putra kembarnya bertengkar dan mereka barangkali butuh hiburan, Jongkuk yang sedikit kesal karena hari Minggu masih...