Bau harum masakan Bunda mesuk ke dalam hidungku. Dengan perlahan aku beranjak dari atas tempat tidur, dan berjalan dengan gontai menuju kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri dan memakai seragamku dengan rapi. Ku ambil tasku dan segera turun menuju ruang makan.
Setiap hari aku di rumah hanya ditemani dengan Ayah dan Bunda. Tidak ada maid atau apapun itu namanya. Biarpun Bunda selalu disibukkan dengan pekerjaan kantornya yang menggunung, tapi Bunda tidak pernah mau untuk dibantu oleh maid dalam urusan rumah tangga. Bunda memang merupakan seorang istri idaman suami. Beruntung Ayah mempunyai Bunda.
Biarpun aku hanya ditemani oleh Ayah dan Bunda dirumah. Akan tetapi, aku tidak pernah merasa kesepian sekalipun. Karena mereka berdua sangat mencurahkan kasih sayangnya kepadaku. Biarpun mereka selalu sibuk dengan pekerjaan kantornya, mereka selalu menyempatkan waktu mereka untukku. Apalagi Ayah yang memang memiliki watak humoris. Tapi, kadang-kadang sifat Ayah ini lah yang membuatku jengkel terhadapnya. Bagaimana tidak, kalau kami sedang di acara keluarga, aku selalu menjadi bahan candaannya. Huftt
Setelah selesai bercengkrama bersama Bunda dan Ayah serta menghabiskan sarapanku. Aku pun pamit untuk segera pergi ke sekolah. Ya, sekarang aku sudah sekitar 1 bulan lebih bersekolah di sana. Tidak membosankan juga, dan untung saja si kutu kupret itu tidak banyak berulah terhadapku. Malah bisa dibilang kami berdua itu sudah seperti stranger. Ya sebenarnya aku tidak peduli juga akan hal itu.
***
Mrs. Rachel sedang menjelaskan bagaimana fungsi hukum pascal apabila diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Ugh aku sudah jegah dengan pelajaran ini, dari tadi aku hanya melirik ke atas papan tulis untuk melihat jam.
KRINGGGG!!
Aghh akhirnya berakhir juga. Perutku sudah keroncongan dari tadi minta diisi. Setelah selesai membereskan mejaku, aku pun lekas segera melangkahkan kakiku menuju kantin yang tak jauh dari kelasku.
Aku yang memang sudah berjalan cepat tidak memperhatikan jalan lagi. Tiba-tiba ketika aku ingin keluar dari pintu kelas, hampir saja aku bertubrukkan dengan seorang laki-laki. Wajah kami sangat dekat mungkin jika diukur jaraknya hanya sekitar 5 cm.Astaga ini kan Ka Ressa!
"Eh maaf kak." Jawabku cepat dengan pipi yang sudah merah seperti tomat busuk. Eh?
"Eh--h gapapa kok, gue juga ga liat-liat jalan." Balasnya kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Tanpa ada percakapan yang lain lagi, akupun memutuskan meneruskan perjalananku ke kantin setelah mengucapkan perpisahan dengannya. Sungguh, momen tadi membuat jantungku berdetak sangat cepat. Entah karena aku kaget atau ...
Aghh gila banget. Jantung udah kayak mau copot aja. Batinku.
Aku pun melaju dengan cepat menuju kantin dengan tangan yang masih menempel didadaku. Dan mulut yang sedari tadi senyam senyum tidak jelas. Mungkin orang yang melihatku mengira kalau aku memiliki kelainan jiwa. Errr
***
Saat ini aku sedang mengerjakan tugas-tugasku yang sudah menggunung. Agh tapi pikiranku dari tadi melayang entah kemana. Astaga kenapa pikiranku dari tadi hanya mikirin Ka Ressa. Sedari tadi yang ada di kepalaku hanya wajah Ka Ressa. Apakah aku sudah jatuh dalam pesonanya? Tidak, tidak mungkin. Kenal saja baru, apalagi setelah insiden dia yang mengantarkanku ke kelasku waktu hari pertama sekolahku itu kami tidak pernah lagi berbicara. Paling-paling hanya saling bertukar senyum jika berpapasan di lorong sekolah.
TING!!
Tiba-tiba handphoneku berbunyi menandakan adanya notification pesan baru di BBMku. Alah paling hanya orang yang mengirimkan Broadcast promosi pin atau malah yang mencoba menakut-nakuti kalau tidak di broadcast balik nanti akan terjadi ini itu. Huftt
Tapi tanganku gatal untuk membuka handphoneku. Ya sekalian mengecek grup chatting kelasku. Sebelum membuka grup chatting kelasku akupun membuka aplikasi BBMku. Dan setelah melihat siapa yang mengirimkan pesan tersebut tiba-tiba saja mataku terbelalak. Kalian tau siapa yang mengirimkan pesan kepadaku malam-malam begini? Salah. Bukan orang yang isen ngirim broadcast tidak jelas. Tapi Ka Ressa. Aduh Ka Ressa sepertinya panjang umur deh. Baru saja dipikirkan sudah nonggol.
Pipiku pun tiba-tiba menghangat setelah melihat notification itu. Padahal dia hanya mengirimkan 'PING!!'. Oke Afa jangan berharap yang lebih dulu bisa saja dia ada yang penting atau malah salah kirim. Jangan kepedean dulu Afa.
Langsung lah ku balas pesan tersebut.
Afalorenza : Iya kak?
Ressa G : Sibuk ga?
Afalorenza : Ga sih ka, kenapa?
Ressa G : Temenin chattingan ya, bosen nih.
Astaga Ka Ressa minta temenin Chattingan? Mimpi apa aku tadi siang. Batinku.
Percakapan lewat BBM antara aku dan Ka Ressa pun mengalir begitu saja. Ternyata dia orangnya asik. Awalnya aku kira dia orangnya agak cuek, ternyata selera humornya tidak buruk juga. Tak terasa kami pun bercakap-cakap sampai jarum jam menunjukkan angka jam 12 malam. Aku pun memutuskan untuk tidur, takut besok malah bangun kesiangan. Ahh mungkin malam ini aku akan mimpi indah. Mungkin memimpikan Ka Ressa. Ah memikirkannya membuatku senyum-senyum sendiri.
***
Ya, benar saja hari ini aku bangun agak kesiangan dan alhasil aku tidak sempat sarapan pagi tadi. Dan sekarang aku harus menahan lapar di perutku sampai bel istirahat berbunyi. Ya, sebentar lagi Afa, sebentar lagi.
Tiba-tiba saja seseorang yang duduk di sebelahku Melanie mengajakku bicara. 2 minggu yang lalu Mr. Anton wali kelaskami memutuskan untuk mengubah posisi duduk dikelas kami. Akhirnya aku pun duduk bersama Melanie tidak lagi bersama si kutu kupret itu.
"Lo kenapa sih dari tadi murung banget, terus pucet lagi." Kata Melanie berbisik.
"Laper" balasku tak bersuara.
Yang hanya dibalasnya dengan ber Oh ria.
KRINGG!!
Akhirnya bel juga, sebentar lagi akan kuisi perut buncitku ini. Hfff
Tiba-tiba saja Ryan berteriak memangilku dari depan pintu kelas. Yang hanya ku balas 'Apa'.
"Ada yang mau ketemu lo nih." Teriaknya lagi.
Aku pun dengan langkah gontai berjalan menuju pintu kelas. Betapa terkejutnya aku, ternyata yang dimaksud Ryan adalah Ka Ressa.
"Hai fa, kantin yuk." Katanya sembari tersenyum manis kepadaku.
Aku pun yang masih menormalkan deru jantungku hanya mengangguk kikuk kepadanya. Dan kami akhirnya berjalan beriringan menuju kantin. Kami pun menuju salah satu meja yang masih kosong. Ia menanyakan padaku apa yang ingin makan dan aku pun hanya bilang ingin menyamakannya saja dengannya.
Setelah menunggu beberapa menit. Ia datang sambil membawa nampan yang berisi 2 mangkok bakso dan 2 gelas es teh. Aku pun langsung mengambil baksoku dan memakannya dengan lahap. Well, aku memang tidak pernah menjaga image seperti cewe-cewe lainnya, kalo makan ditempat umun yang makannya sangat lambat dan sebentar-sebentar menyapu mulutnya dengan tissue.
Aku pun sadar orang yang ada dihadapanku tertawa dengan kencang.
"Ya ampun Afa lo kok makan lucu banget sih, kaya besok mau mati aja." Katanya masih tertawa, sembari menyodorkan tissue kepadaku dan menghapus noda bekas bakso disekitar mulutku.
DEG
Ya ampun, apa-apain sih Ka Ressa. Bikin jantung olahraga mulu. Aku yakin pipiku ini sudah memerah. Astaga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Asparagus
Short StoryGadis yang selalu ceria pun memiliki sisi paling sedihnya.