Btw yang di mulmed itu Connor Franta a.k.a Ressa.
***
Begitu senangnya aku hari ini. Hari ini sekolahku mengadakan pentas seni. Tapi sebenarnya aku tidak senang dengan diselenggarakan pentas seninya. Aku hanya senang karna semua mata pelajaran hari ini dibebaskan. Jadi, setidaknya aku bisa tidur-tiduran di kelas mengganti waktu tidurku yang akhir-akhir ini berkurang.
Di kelas hanya ada aku dan beberapa temanku yang hanya tidur-tiduran. Sedangkan sisanya mungkin sedang menonton acara pentas seni atau malah membolos keluar sekolah. Ku putuskan untuk novelku dengan seksama sembari mendengarkan lantunan lagu dari Sam Smith. Sepertinya kurang asik kalau membaca novel tidak ditemani dengan cemilan. Ya sudah, lebih baik aku ke kantin saja dulu.
Ketika aku berjalan menuju kantin untuk membeli cemilan, aku dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Betapa terkejutnya aku, ternyata itu Ka Ressa. Selalu dengan senyum manisnya.
"Hai, mau ke kantin ya?" Sapanya lembut.
"Iya kak." Balasku tersenyum lembut.
"Ikut gue aja yuk ke Auditorium."
"Ga deh kak, aku juga ga ikut apa-apa." Kataku malas.
"Udah ayok ikut aja. Temenin gue."
Aku yang belum mengiyakan ajakannya itu pun langsung ditarik menuju Auditorium.
Ruangan Auditorium dipenuhi siswa-siswi yang ingin melihat pertunjukan pentas seni. Aku dan Ka Ressa pun mencari bangku yang masih kosong. Beruntunglah masih ada bangku yang kosong. Ka Ressa telihat sangat antusias melihat para peserta yang menampilkan bakat mereka, berbeda sekali denganku yang sangat terlihat terpaksa untuk menyaksikan.
Tiba-tiba Ka Ressa berdiri dan berbisik mengatakan kepadaku bahwa ia ingin menemui temannya sebentar. Aku pun hanya mengangguk pelan-- lah gimana sih ini, tadi minta ditemenin. Sekarang malah di tinggal. Bikin makin bete aja.
Kuputuskan saja untuk memainkan ponselku, daripada aku semakin bosan. Tak berapa lama terdengar riuh teriakan para penonton. Aku pun mendongakkan kepalaku melihat ke atas panggung. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Ka Ressa berdiri di atas panggung sambil membawa gitar.
"Test, test. Ehm. Selamat siang semuanya." Sapanya dan membuat suara riuh teriakan makin menggaduh. Sepertinya fans-fansnya sedang memenuhi ruangan Auditorium ini.
"Gue disini mau nyanyikan sebuah lagu buat seseorang."
Tak lama, terdengarlah bunyi petikan gitar yang dimainkan Ka Ressa.
I try but I can't seem to get myself to think of anything but you
Your breath on my face your warm, gentle kiss I taste the truth, I taste the truth
We know what I came here for
So I won't ask for more
I wanna be with you.
Ka Ressa menyanyikan lagu itu sambil menatap kepadaku. Astaga apa karena banyak orang jadi kadar oksigen disini menipis. Astaga i can't breathe.
Oh, baby
I can't fight this feeling anymore(anymore)
Drives me crazy when I try to
So call my name and take my hand
Can you make my wish, baby, your command(command)?Yeah
Oh yeah
I wanna be with you
Wanna be with you, ooo, yeah
I wanna be,
I wanna be.
Nyanyiannya dituntaskan dengan permainan gitar sebentar, dan membuat riuh teriakan di ruang Auditorium semakin menggaduh.
Ia pun berdiri dan mengatakan "This song is for you Afa."
DEG
Betapa terkejutnya aku dengan perkataannya. Semua mata yang ada disini pun langsung tertuju kepadaku. Bahkan mata-mata itu ada yang melotot kepadaku, seakan-akan aku adalah mangsa yang empuk.
Aku tidak menyangka kalau Ka Ressa akan melakukan tindakan senekat ini. Jika dia tidak menyebutkan namaku tadi, mungkin aku tidak akan segusar ini. Astaga aku sangat malu sekali sekarang. Bukan, bukan malu sebenarnya. Tapi bagaimana ya, susah menjelaskannya.
Tak lama setelah Ka Ressa melangkah ke Backstage, ia kembali duduk ke sampingku. Aku pun hanya tersenyum kepadanya, karena memang bingung ingin berkata apa.
"Bagaimana?" Tanyanya.
"Hah?" Kataku tak mengerti.
"Yang tadi." Ucapnya.
"Oh, keren." Jawabku sembari tersenyum.
Ia pun membelai rambutku dengan lembut sembari mengacak-acaknya lalu tersenyum. Aku pun membalas senyumnya-- Astaga jangan sampai Ka Ressa mendengar degub jantungku yang begitu cepat ini.
Entah karna feeling atau apa, ku palingkan kepalaku kearah pintu keluar. Kulihat disana si ku- Gerry sedang berdiri dengan wajah yang datar menatap ke arahku. Sedang apa juga dia cuma berdiri disana-- Loh kok aku malah memperhatikan dia sih.
***
Tak lama setelah aku dan Ka Ressa sedikit mengobrol di bangku penonton tadi. Ia menemaniku ke kantin untuk menuntaskan tujun awalku keluar kelas tadi. Lalu ia mengantarku ke kelas dan pamit pergi ke kelasnya juga.
Aku pun kembali membaca novelku yang tadi kutinggalkan sambil memakan makanan yang kubeli dari kantin tadi. Sampai aku sudah merasa gelisah merasa ada yang memperhatikanku. Ku edarkan pandanganku ke sepenjuru kelas tapi teman-temanku yang berada di kelas tidur semua. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku pun kembali meneruskan kegiatanku yang terhenti sejenak tadi.
Tak terasa ternyata aku tertidur di dalam kelas dengan keadaan tanganku yang masih di dalam bungkus snack dan buku novelku yang menutupi wajahku. Ku bereskan lah mejaku dan bergegas untuk segera pulang. Ya, sekarang sudah kurang lebih 1 jam setelah bel pulang sekolah berbunyi. Dan ku lihat di kelas hanya tinggal aku yang tersisa.
Ketika aku ingin memasukkan buku pelajaranku kedalam tas, ternyata ada sebotol minuman yang berada di tasku dan juga sepucuk surat. Ah bukan surat, mungkin hanya sepotong kertas dengan beberapa kata.
Jangan biasakan makan tidak minum Afa.
Ah, betapa perhatiannya seseorang yang memberikanku minuman ini. Setelahku baca sepotong kertas itu seketika juga pipiku memerah merona. Hanya dengan sepotong kertas dengan kalimat yang tidak romantis seperti ini saja bisa membuatku merona? Sungguh sangat polosnya kamu Afa.
Ka Ressa.
Ya, nama itu lah yang terlintas dibenakku setelah membaca surat itu. Mungkin ia ingin membuat pipiku seperti badut saja hari ini. Dari yang muncul tiba-tiba di hadapanku, menyanyikanku lagu romantis di hadapan hampir seluruh siswa CIS, sampai ia yang memberikanku minuman ini.
Setelah aku sadar akan aku yang terlarut akan kesenangan ini, aku bergegas menuju parkiran untuk segera pulang kerumah. Disepanjang perjalanan menuju rumah, senyumanku tak pernah berhenti terlukis di wajahku.
Hari ini memang sangat indah. Seindah senyuman yang selalu kusukai. Seindah senguman yang selalu bertengger di wajah Ka Ressa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Asparagus
Short StoryGadis yang selalu ceria pun memiliki sisi paling sedihnya.