The Promise

165 36 6
                                    

Setelah kejadian seminggu yang lalu, ketika Ka Ressa mengajakku makan di kantin sekolah, kami semakin dekat. Tiada hari tanpa bertukar kabar. Bahkan sekarang akibat semua itu, aku jadi sering bangun kesiangan. Tapi, tidak apa-apa lah yang penting aku senang. Haha

***

Kugigit ujung pensilku sambil menggeryitkan dahi. Ini lah kebiasaanku ketika sedang bingung memikirkan jawaban soal-soal. Ugh bisa-bisanya Mr. Ensol memberikan tugas sebanyak ini, sedangkan ia saja jarang masuk untuk menjelaskan. Ughh kepalaku seakan-akan mau pecah saja.

Tiba-tiba terdengar bunyi tanda adanya panggilan video call di skypeku. Ah ternyata Ka Ressa.

"Hai." Sapanya dengan tersenyum.

"Hai ka." Balasku kurang bersemangat.

"Kok lesu gitu sih." Tanyanya bingung.

Bagaimana aku tidak lesu seperti ini, dihadapanku ada banyak soal yang tidak kumengerti bagaimana menyelesaikannya.

"Gapapa ka, cuma lagi jenuh aja ngerjain tugas hehe." Balasku.

"Tugas apaan sih." Tanyanya.

Lalu mengalirlah ceritaku dari bagaimana Mr. Ensol memberikan tugas yang begitu banyak dan ia yang jarang masuk untuk menjelaskan  materi pelajarannya yang menyebabkan aku tidak paham. Mungkin bukan hanya aku saja yang tidak paham, bahkan bisa satu kelas.

Beruntunglah aku karna setelah selesai aku menceritakan keluh kesah ku akan susahnya tugas itu, Ka Ressa mau membantuku untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dan dengan santainya lah aku sekarang berjalan menuju mejaku, sedangkan mereka teman-temanku sedang berlari kesana kemari untuk mencari jawaban. Untung saja ada Ka Ressa, kalau tidak ada dia mungkin nasibku sudah seperti mereka. Oh terima kasih pangeranku.

Ku lihat dibelakangku si kutu kupret sedang santai-santainya tidur sambil menelungkupkan kepalanya. Memangnya dia tidak pernah tidur apa di rumah, kenapa malah di sekolah kerjaannya malah tidur saja. Eh jangan salah paham ya, bukannya aku selalu memperhatikannya. Tapi, melihat dia yang selalu dihukum guru karna kedapatan tidur di kelas, lama-lama jengah juga.

Entah aku yang memperhatikannya sambil melamun atau apa. Sampai-sampai aku tidak sadar dia telah bangun dari tidur tidak gantengnya itu. Dari yang ku lihat dia tersenyum menyeringai lalu menggodaku.

"Ah si Annabelle kepincut ya sama gue haha." Katanya keras. Ugh untung saja teman-teman sedang sibuk menyalin jawaban pr matematika, kalau tidak sudah dipastikan aku bakal jadi bahan ledekan mereka.

Aku pun langsung membalikkan tubuhku tanpa membalas perkataannya. Ia pun menyikut bahu dan akupun tidak menggubrisnya berpura-pura tidak tahu. Ini juga, kenapa aku tadi malah memperhatikannya ketika tidur. Pasti dia sedang kepedean mendapati aku yang memperhatikannya. Ugh bikin sebal saja. Aku pun memutuskan membaca novel saja dari pada meladeni godaan si kutu kupret itu.

***

Aku dan teman-temanku sudah selesai melaksanakan ujian semester ganjil. Aku dan Ka Ressa pun masih dekat. Bahkan bisa dibilang makin dekat. Kemarin saja kami berdua jalan-jalan dan nonton barsama. Nanti sepulang sekolah aku dan Ka Ressa berencana ingin makan di cafe depan sekolah.

Aku dan Ka Ressa pun berjalan masuk kedalam Cafe tersebut. Ku lihat banyak meja yang sudah dipenuhi oleh anak-anak muda yang  berseragam sama denganku. Untunglah masih ada tersisa beberapa meja yang kosong.

Kami pun memesan minuman dan makanan ringan untuk teman ngorol. Tak terasa sudah 1 jam kami berbincang. Tiba-tiba Ka Ressa memegang tanganku yang berada di atas meja. Aku pun terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba ini. Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa membalas pandangannya yang kini tengah menatapku.

"Af, sabar ya tungguin gue." Katanya pelan.

"Tungguin apa kak?" Tanyaku bingung.

"Tungguin gue buat jadiin lo pacar gue. Nanti kalo gue udah ga males pacaran, gue bakal nembak lo kok." Ucapnya panjang lebar.

Jujur perkataannya yang terbilang blak-blakkan ini sangat membuatku terkejut. Entah ada setan apa yang merasukiku akupun hanya senyum lalu mengangguk. Kata-katanya membuat hatiku menghangat. Ya, walaupun sedikit mengecewakan. Aku berharapnya dia cepat-cepat menjadikan ku menjadi pacarnya. Tapi, biarlah. Toh dia juga sudah berjanji akan menjadikanku sebagai pacarnya.

***

Aku dan Melanie menuju gerombolan siswa yang sedang memperhatikan sesuatu di depan mading. Setelah bersusah payah menembus gerombolan ini, akhirnya aku dan Melanie sudah berada di barisan paling depan. Ternyata yang sedari tadi dilihat mereka adalah pengumuman pentas seni yang akan dilaksanakan besok.

Aku yang memang kurang tertarik dengan segala macam berbau seni memutuskan untuk keluar dari desakan itu. Lagi pula apa juga yang akan aku tampilkan jika mengikuti pentas seni itu. Bernyanyi? Yang ada uks bisa-bisa penuh gara-gara banyak  yang mengeluh telinga mereka sakit.

Aku pun memutuskan pergi menuju kelas. Melanie? Well, ia kutinggalkan tadi karna dia sepertinya tidak ingin diganggu bercengkrama dengan gebetan barunya. Ketika ku langkahkan kakiku memasuki ruangan kelas, hanya ada beberapa siswa yang ada, bahkan mereka sedang tidur. Tak terkecuali si kutu kupret.

Ku putuskan saja untuk memasang earphone dan mulai membaca novelku. Saat sedang asik-asiknya aku membaca, ada sesuatu yang menggangguku. Ku rasakan ada sebuah tangan yang dari tadi menyikut punggungku. Awalnya ku biarkan saja, tapi lama kelamaan konsentrasi membacaku menjadi buyar. Ku palingkan badanku kebelakang.

"Apa." Tanyaku ketus.

Dia yang kutanya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lalu kembali menelungkupkan kepalanya. Astaga, kenapa si kutu kupret ini suka sekali mengganggu orang. Benar-benar menjengkelkan. Tapi, kalau dipikir-pikir kenapa akhir-akhir ini aku jadi banyak bicara dengan si kutu kupret itu, padahal dari awal-awal aku menjadi siswa baru disini, kami jarang bercengkrama. Bahkan bisa dibilang sama sekali tidak pernah. Akupun yang sudah tidak mood membaca novel dan tidak mau memilirkan hal tadi itu memutuskan untuk pergi keluar menuju kantin. Siapa tahu teman-temanku sedang berada di kantin.

Sesampinya aku di kantin, akupun mengedarkan pandanganku kesegala penjuru kantin. Siapa tau ada yang ku kenal, jadikan aku tidak sendirian disini. Ku lihat ada seseorang yang melambaikan tangannya kepadaku. Ah ternyata Tiffany, aku pun melangkahkan kakiku menuju mejanya.

Tiffany adalah teman sewaktuku masih di smp dulu, kami sama-sama masuk CIS. Tapi sayang sekali kami tidak satu kelas. Jadi kami jarang bertemu.

"Hai." Sapaku ketika sudah duduk dihadapannya.

"Hai, sombong banget sih lo sekarang." Balasnya.

"Ga sombong kok, kita kan emang jarang ketemu gara-gara beda kelas." Ucapku sembari tersenyum.

Setelah itu kami menceritakan cerita kami masing-masing mengenai bagaimana keadaan kelas kami dan banyak lagi. Tak lama setelah itu berbunyilah bel tanda istirahat telah berakhir. Aku pun segera berpamitan dengan Tiffany karna takut telat masuk kelas.

AsparagusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang