Hari ini kuhabiskan dengan berjalan-jalan bersama Tiffany dan teman-teman smpku. Dari menonton film, shopping, dan sekarang kami sedang mengisi perut kami yang sudah dari tadi minta diisi di salah satu restoran di mall yang kami kunjungi.
Sembari menunggu pesanan kami tiba, kami saling bertukar cerita tentang sekolah kami masing-masing, inilah itulah. Pokoknya banyak sekali yang kami bicarakan. Senang sekali rasanya bisa kembali berkumpul seperti ini bersama teman-teman smpku yang sudah lama tidak bertemu.
Saat aku dan teman-temanku sedang asik makan sambil bercanda tertawa bersama tiba-tiba ponselku bergetar memberitahukan bahwa ada satu pesan yang baru masuk. Ah ternyata Ka Ressa. Ia menanykan dimana keberadaanku dan sedang apa aku sekarang. Dan ia juga meminta maaf kepadaku bahwa ia tidak bisa menghubungiku karena ia sedang sibuk sekali dan ia kemarin sangat lelah hingga tertidur seharian. Setelah membalas pesan dari Ka Ressa aku pun kembali bergabung bercanda bersama teman-temanku.
Waktu tidak terasa cepat sekali berlalu. Mungkin sudah sekitar 3 jam kami berada di Restoran ini. Padahal rasanya hanya seperti baru 30 menit saja. Lalu kami pun memutuskan untuk pulang karena hari yang sudah malam ini. Tiffany menawarkan tumpangan untuk mengantarkan pulang kepadaku, tapi aku menolak. Karena tadi Ka Ressa mengatakan kepadaku bahwa ia ingin menjemputku. Awalnya ku tolak tapi ia memaksa dengan alasan ia belum melihatku dari kemarin. Ya sudah, ku iyakan saja permintaannya, lagi pula aku juga sudah kangen ingin melihatnya.
Tak berapa lama ku tunggu di depan pintu masuk mall yang aku dan teman-temanku tadi kunjungin, akhirnya Ka Ressa datang juga dengan audinya. Awalnya kupikir ia akan langsung mengantarkan ku pulang kerumah. Ternyata ia mengajakku berkeliling dulu dan ia memintaku untuk menemaninya makan.
Setelah aku menemani Ka Ressa makan dan berkeliling, ia mengantarkanku pulang ke rumah. Aku pun berterima kasih kepadanya, karena telah mengajakku berkeliling dan mau mengantarkanku pulang ke rumah. Padahal seharusnya Ka Ressa belajar di rumah karena sebentar lagi ia harus berhadapan dengan ujian kelulusan sekolah.
"Santai aja kali Af. Lo kan udah kaya adik gue sendiri." Katanya santai.
DEG
Adik?
Apa aku tidak salah dengar?
Hatiku hancur lebur hanya dengan mendengar kalimat yang sesederhana itu keluar dari mulutnya. Mulut seseorang yang kuanggap mempunyai perasaan yang lebih kepadaku. Mulut seseorang yang mengucapkan janji yang menurutku sangat sakral.
Tadi, begitu bahagianya aku dimana waktu beberapa jamku bisa kuhabiskan bersama Ka Ressa dan akhirnya rasa rinduku kepadanya pun sudah terbayarkan. Tapi dengan cepatnya juga mood bahagiaku langsung berubah hanya karena mendengar perkataannya itu.
Akupun hanya mengangguk sembari memaksakan untuk tersenyum kepada Ka Ressa. Setelah Audi Ka Ressa meninggalkan perkarangan depan rumahku, aku memutuskan untuk berbalik masuk ke dalam rumah. Saat aku berbalik berjalan menuju ke dalam rumah, pertahanan yang sudah ku bentengi dengan kuat tadi akhirnya hancur juga. Berbutir-butir air mata bebas meluncur melalui pipiku.
Apa aku salah dengar tadi? Atau memang aku yang salah kaprah akan perhatiannya selama ini? Tapi, yang kuingat dia pernah mengatakan kepadaku, bahwa ia akan merubah status kami menjadi lebih dari yang sekarang ini nanti. Itu artinya dia menyukaiku kan? Lalu, apa arti kata-katanya tadi. Adik? Aku benar-benar tak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini.
***
Semalaman yang ku lakukan hanya menangis bergelung di bawah selimut sampai akhirnya tertidir. Dan hal tersebut akhirnya membuat mataku sembab seperti orang habis dipukuli beberapa orang. Untunglah tadi Bunda dan Ayah tidak melihat keadaanku yang mengenaskan ini. Karena tadi aku cepat-cepat pergi sekolah sebelum Bunda dan Ayah sarapan.
Teman-teman di kelas pun bergantian menanyai ada apa denganku. Kenapa mataku bisa sembab seperti itu. Aku pun hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan mengatakan kepada mereka bahwa kemarin aku terjatuh dan menyebabkan di daerah sekitar mataku terbentur meja. Ya, sungguh alasan yang sangat tidak logis. Untunglah setelah kukatakan seperti itu, mereka tidak menanyaiku lagi.
Suasana hatiku saat ini sangat tidak baik. Pikiranku melayang kemana-mana. Sedari tadi aku tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru-guru. Tak ada satupun yang aku perhatikan. Aku tahu kalian pasti berpikir, kalau aku sangatlah labil dan tidak bisa mengontrol emosi dan suasana hatiku, atau apa lah itu. Tapi yang pasti kalian tidak merasakan bagaimana keadaan hatiku saat ini. Mungkin bagi kalian yang pernah melalui fase ini akan tahu bagaimana rasanya sepertiku sekarang ini.
Bel istirahat pun terdengar. Para siswa dikelasku keluar berhamburan, mungkin ada yang ingin pergi ke kantin atau bertemu dengan teman-teman mereka di kelas lain. Tapi ada juga beberapa yang memutuskan untuk tinggal dikelas. Seperti yang aku lakukan sekarang ini.
Ku tenggelamkan kepalaku ke lipatan tanganku diatas meja karena kepalaku sangat pusing sekarang ini. Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang duduk disebelahku. Ah mungkin Melanie sudah kembali dari kantin. Jadi aku tidak menengadahkan kepalaku.
"Ehm--m." Batuk seseorang disebelahku.
Loh kok suara Melanie jadi berat seperti seorang laki-lagi. Dan aku pun memyimpulkan bahwa yang duduk di sampingku ini bukan Melanie. Tapi aku memutuskan untuk membiarkannya saja. Padahal sebenarnya aku penasaran juga siapa yang duduk di sampingku ini.
"Woy." Kata orang tersebut lagi sembari mendorong kepalaku.
Akupun meringis karena kepalaku yang didorongnya terpentok meja. Kemudian aku menengadahkan kepalaku bersiap untuk memarahi orang yang kurang ajar disebelahku ini.
Ketika aku sudah berancang-ancang untuk menyemprotkan makianku kepadanya. Aku terdiam sejenak ketika melihat siapa sebenarnya orang tersebut. Tenyata orang yang sedari tadi menggangguku itu dia.
Aku pun bungkam seribu bahasa karena tidak tahu apa yang harus aku katakan kepadanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Asparagus
Short StoryGadis yang selalu ceria pun memiliki sisi paling sedihnya.