T A K U T

3 1 0
                                    

Emely dan damar berada di kursi panjang depan kelas emely yang masih terlihat sepi karena jam masuk kelas masih berjarak satu jam dari waktu itu.

"aku suka kamu emely" cewek itu terdiam mendengar pengakuan damar, mengetahui ke terkejutan emely, damar mencoba untuk menjelaskan lebih dulu.

"aku suka kamu sebelum papa di putuskan pindah tugas ke luarnegri, sehari sebelumnya aku memutuskan untuk ngomong hal ini ke kamu tapi karna tugas papa aku lupa sama hal itu"

Damar mencoba meraih tangan emely, karena tidak mendapat penolakan ia pun menggenggamnya.

"dan aku tau kamu memiliki rasa yang sama saat itu dan aku berharap sampai saat ini rasa itupun masih sama" lanjutnya dengan penuh harapan.

Emely perlahan melepas genggaman tangan damar sambil memperbaiki posisinya.

"maaf" emely melepas genggaman tangan damar dan membuat jarak mereka sedikit menjauh

"apa lo suka ardan, sama seperti yang kevin bilang?" tanya damar seolah membuatnya mengingat kejadian semalam dimana ia sudah menyakiti ardan secara langsung.

"siapapun yang lo bilang, biar itu menjadi urusan gue. Gue ngak mau lo ikut campur atau dengar sesuatu yang bukan dari gue" kata emely datar lalu masuk ke dalam kelasnya dan tak menghiraukan cowok yang kini masih melihat ke arahnya.

***

"kak adam!" panggil bianka namun ada yang beda dari nada bicaranya tidak seperti biasanya.

"aku boleh kecewa ngak sama kak adam?" bukannya menjawab cowok itu malah berjalan pergi meninggalkan bianka dengan rasa kesalnya saat hendak mengejar cowok itu seorang cewek lebih dulu mengambil perhatian adam.

"dam kita mulai sekarang?" adam hanya mengangguk tanpa memperdulikan bianka yang masih terdiam mengamatinya.

"apa iya gue harus jadi anggota osis dulu biar bisa sedeket itu sama kak adam?" monolog bianka.

"ngak harus gitu bi" kata tio yang datang tiba-tiba sambil melihat kepergian adam bersama perempuan tadi.

"ngagetin aja lo yo!" protes bianka sambil memukul lengan tio tidak keras namun cowok itu malah hampir terjatuh hanya agar melihat bianka tersenyum.

"apaan, masa kaya gitu aja lo langsung oleng!"

"kalau itu bisa buat lo senyum kenapa ngak?" bianka terdiam sambil tersenyum kecut lalu pergi menuju kekelas.

"adam ngak pantes ngedapetin lo bi"

"andai lo juga bisa liat gue, gue disini bi. Selalu ada untuk lo, akan selalu ada!" batin tio yang belum sempat berani ia katakan.

***

"ardan! Kok gue malah di tinggal!" kesal andira saat melihat cowok itu pergi meninggalkan sekolah dengan motor besarnya.

"eh, ardan mana?" tanya bams mendekati andira.

"kenapa lo nanyain gue, harusnya gue yang nanyakin lo. Ardan pergi kemana buru-buru gitu sampai ninggalin gue!" sinis andira kesal.

"eh nenek lampir, kalau kita tau ardan kemana ngak akan kita nanyakin lo. Katanya pacar tapi segala sesuatu ngak tau!" kata kevin tak kalan ketus.

"Bener ya kata ardan. Se cerewet apapun bianka lo melebihi bianka!" tuding banu geram saat cewek itu mulai menunjuk.

"percuma ngomong sama lo!" andira pergi dengan rasa kesalnya.

"gue cakar juga mukak lo!" banu mengarahkan kedua tanganya layaknya kucing yang ingin menerkam mangsa.

696 HOURS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang