TIGA

1 1 0
                                    

Up lagi🙌
SELAMAT MEMBACAA~

🍃🍃🍃

  Penampilan berdurasi tujuh menit itu berakhir dengan sorakan dan tepuk tangan. Entah karena merasa penampilan itu luar biasa atau hanya sebagai apresiasi, yang jelas penghuni kelas XI C itu merasa puas. Terlebih Chiara yang langsung menghembuskan napas lega dibelakang panggung.

“Makasih buat kerja samanya semua.” Sean bersorak dengan senyum lebar.

Anak kelas XI C itu pun saling bersorak menyelamati diri sendiri atas penampilan di atas panggung tadi.

“Chiara, keliling yuk. Laper.”

Delia menyambar lengan Chiara lalu menariknya paksa keluar dari balik panggung. Menelusuri bangku bangku penonton yang terisi penuh dan beranjak menuju keluar aula.

Kedua perempuan itu kemudian mengelilingi lapangan tempat bazar digelar. Disuguhkan dengan pemandangan berbagai lapak makanan dengan aroma yang menggoda. Delia sibuk menarik lengan Chiara yang tampak pasrah dibawa kemanapun oleh sahabatnya itu.

“Lo mau? Gue denger denger dari anak kelas katanya Boba Tea ini enak banget. Gak kalah sama yang dijual di mall. “

“Boleh deh, gue juga haus banget.”

“Oke.”

Delia dengan cepat memesan pesanan mereka. Pas sekali lapak minuman ini sedang tak ada antrian sehingga dengan cepat dua gelas Boba Tea berada di tangan masing masing dari mereka.

“Eh, tunggu.”

Langkah keduanya terhenti. Menatap seorang cowok dengan kamera terkalung dilehernya. Delia dan Chiara sama sama tak bersuara namun melayangkan tatapan bertanya kepada cowok di hadapan mereka.

“Ah, dua hari yang lalu gue-“

Delia paham ketika cowok itu condong menghadap Chiara bahwa cowok itu punya urusan dengan sahabatnya itu. Ia menepuk lengan Chiara dengan isyarat bahwa ia akan kembali duluan. Tak lupa tatapan jahil ia layangkan kepada Chiara.

“Jadi dua hari yang lalu di minimarket, lo lupa ngambil kembalian uang lo.” Aksala menjelaskan dengan singkat.

Chiara memutar otaknya mengingat kejadian seperti yang diceritakan cowok tak dikenal dihadapannya ini.

“Uangnya masih ada sama mbak kasirnya sih. Mending lo ke minimarket lagi dan jelasin kejadian itu.” Aksala mencoba memberi saran.

Chiara mengangguk. “Makasih udah ngasih tau.”

“Santai, waktu itu gue mau ngejar lo buat ngembaliin uangnya tapi lo udah keburu pergi.”

Chiara lagi lagi mengangguk. Bingung harus menanggapi apa.

“Oh ya, Gue Aksala, dari kelas XI A.” Aksala menjulurkan tangannya yang segera disambut oleh Chiara.

“Ah, Gue Chiara dari XI C.”

“Kalau gitu gue duluan ya Chiara, salam kenal.”

Aksala melambaikan tangan sambil menunjukkan senyum tipisnya. Chiara hanya diam ditempat sembari menatap punggung Aksala yang kian menjauh.

🍃🍃🍃

“Cowok tadi siapa, Ra?”

Chiara yang baru sampai di aula langsung dihujani pertanyaan oleh Delia.

“Aksala, anak kelas XI A.”

Delia menyerong. Menghadapkan sepenuhnya menghadap Chiara. “Terus? terus?”

“Emang lo tukang parkir?”

Delia mencebikkan bibirnya sebal. “Ceritain, cowok tadi siapa dan ada urusan apa sama lo? Gue penasaran banget.”

“Bukan apa apa, ih.”

Delia yang tak puas makin gemar bertanya. Melayangkan kemungkinan kemungkinan yang langsung ditepis Chiara.

“Gue juga baru kenal sama cowok tadi. Dia Cuma bilang kalau uang kembalian gue ketinggalan di supermarket.”

“Kok kalian bisa ketemu di supermarket? Lo inget?”

Chiara menggeleng dengan pasti. Ia benar benar merasa baru dengan Aksala. Gambaran cowok dengan senyuman manis itu tak terlintas satupun diingatannya sebelum keduanya saling bertukar kata beberapa menit yang lalu.

“Lagian lo juga ceroboh banget sih.”

Chiara meringis. Dalam hati membenarkan ucapan Delia.

🍃🍃🍃

Out of LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang