Chap 1. My personal trainer

2.3K 229 1
                                    

Sudah 5 menit berlalu, tapi Luke masih memandangi lembaran formulir pendaftaran anggota gym. Dia sudah membaca semua peraturan anggota, biaya dan berbagai hal penting lainnya. Tapi hatinya masih ragu, perlukah melakukan ini semua hanya demi mendapatkan Mook?

Ah, sudahlah.
Luke akhirnya memantapkan tekad. Dengan mantap dia tandatangan di atas formulir itu.

Pegawai administrasi menerima formulir dari tangan Luke sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pegawai administrasi menerima formulir dari tangan Luke sambil tersenyum.
"Selamat. Khun Luke sudah resmi menjadi member gym kami. Kebetulan hari ini ada personal trainer kami yang jadwalnya masih kosong. Mungkin mau mulai gym sekarang?"

"Boleh."
Kebetulan Luke sudah siap dengan seperangkat kaos ganti dan sepatu olahraga.

"Baik, mohon ditunggu. Saya akan panggilkan PT nya."
Petugas itu pergi ke belakang counter dan tidak lama kemudian kembali bersama seseorang yang berbadan tinggi kekar, dengan kulit kecoklatan.

"Khun Luke, ini Joss personal trainer kami."
Luke tertegun mengagumi Joss. Luke sendiri memiliki tinggi badan 185 cm sudah merasa tinggi. Tapi yang namanya Joss ini lebih tinggi lagi. Dan otot-otot yang dimiliki Joss membuat Luke iri.

 Dan otot-otot yang dimiliki Joss membuat Luke iri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sawadde krab. Joss kub"
Joss memberi salam dengan ekspresi tak acuh.

"Sawadde krab. Luke kub"
Luke membalas dengan sopan. Tapi dalam hatinya memaki.
Orang ini kenapa tidak ada ramah-ramah nya. Padahal aku sudah membayar.

"Silahkan mengganti baju dulu. Saya tunggu dekat treadmil situ."

"Iya. Tunggu sebentar."
Luke menjinjing tas nya dan beranjak ke loker untuk bertukar pakaian.
Dalam hatinya sudah mulai menyesal karena mendapat PT yang tidak ramah seperti ini.

*****

Luke menghampiri Joss yang menunggunya sambil melipat kedua tangan di depan dada. Wajahnya terlihat tidak senang. Luke memang menghabiskan waktu lama di ruang ganti tadi, karena dia ke toilet dulu. Dan disitu antri.

"Oke, sebelum kita mulai boleh tahu tujuan anda ikut gym supaya apa?"

"Oh itu.. ehem. Saya ingin punya badan kekar."

"Hanya kekar saja? Bukan supaya sehat? Anda harus tahu bahwa punya badan kekar itu bukan tujuan. Orang berolahraga supaya tubuhnya sehat, lemak terkikis dan otot terbentuk. Menjadi kekar adalah bonus."
Joss menjawab dengan wajah tanpa ekspresi.

Huh. Bukannya dia sendiri yang bertanya? Kenapa jawabanku dipermasalahkan?

Luke sedikit menekuk wajahnya. Tapi tidak menyanggah lagi omongan Joss.
Dia enggan berdebat dengan orang semacam ini.

Tapi memang tujuan Luke ikut gym adalah supaya menjadi kekar. Sudah 2 bulan ini Luke menaruh hati kepada rekan sekantornya yang bernama Mook. Wanita cantik yang bekerja satu divisi dengan Luke.

Luke sudah berhasil mengakrabkan diri dengan Mook. Di kantor mereka sering makan siang bersama. Tapi Luke mendengar kabar bahwa Mook sudah memiliki pacar. Dan pacarnya itu berbadan tinggi kekar. Dari informasi yang dia dengar, selera Mook memang pria berbadan kekar, karena merasa dilindungi.

Dengan pikiran polosnya, Luke tiba-tiba juga ingin punya badan kekar berotot, siapa tahu bisa merebut hati Mook. Dan disinilah dia. Di tempat gym. Sambil harus menahan pahit karena bertemu Joss,  personal trainer yang jutek.

"Oke kita langsung mulai saja. Kita pemanasan dulu. Ikuti gerakan saya."
Ucapan Joss membuyarkan lamunan Luke.

Joss memperagakan beberapa gerakan pemanasan. Dan Luke mengikutinya.

"Nah sekarang silahkan naik ke treadmill ini. Lari selama 20 menit."

"Tapi kalau lari nanti malah kurus? Kenapa tidak angkat beban?"

"Disini saya personal trainer. Dan saya yang mengatur pola olahraga anda."
Joss menjawab dingin.

Luke akhirnya naik ke atas treadmill sambil melirik tajam ke arah Joss. Tapi Joss tetap kalem, tidak terpengaruh.

Joss menyalakan treadmill dan mulai mengatur kecepatannya. Mula-mula pelan, sehingga Luke hanya berlari-lari kecil. Tapi lama kelamaan Joss menambah kecepatan treadmill dan memaksa Luke berlari lebih cepat juga.

Siaaall..!
Luke memaki dalam hati sambil tetap memaksakan diri berlari. Wajahnya mulai merah.

Melihat itu, Joss menurunkan kecepatan treadmill hingga Luke dapat berlari dengan lebih stabil. Saat dilihatnya Luke mulai santai, Joss menambah lagi kecepatan treadmill nya. Dan berulang-ulang seperti itu.

Siksaan 20 menit akhirnya berlalu.
Luke turun dari treadmill sambil menyeka keringat dan menenggak air minum dari botol yang dibawanya.

"Next, kita latih otot dada. Alatnya sebelah sana."

"Tunggu. Istirahat dulu sebentar."
Luke masih terengah-engah.

"Waktu saya adalah untuk melatih anda. Bukan menunggu anda bersantai. Saya mau 2 jam ini efektif untuk berlatih."

Rasanya Luke ingin mencekik Joss saat ini juga. Tapi ditahan-tahannya. Lagipula dengan tubuh sebesar itu, mungkin Joss hanya akan berasa dikelitik saja.

*****

Siksaan 2 jam latihan akhirnya berlalu. Luke sudah tidak ingat lagi berapa alat gym yang sudah dia pakai tadi. Mulai dari alat untuk otot dada, punggung, bicep, tricep, hingga otot paha dan betis. Kaosnya basah kuyup dengan keringat dan sangat lelah.

Joss membimbing Luke melakukan beberapa gerakan peregangan sebagai penutup sesi latihan.

"Sesi hari ini selesai. Sampai ketemu besok. Jam berapa anda ada datang ke gym?"

"Hmm..kira-kira jam 4 sore."

"Oke. Jangan telat ya."
Sehabis mengucapkan itu Joss langsung membalikkan badannya dan meninggalkan Luke.

Luke spontan melemparkan handuk yang baru saja dipakainya menyeka keringat, ke arah Joss. Handuk itu mengenai angin kosong karena Joss sudah jauh.

Sial. Sombong sekali. Kenapa aku tidak boleh telat? Bukannya pelanggan adalah raja?

Love Sports, Love You ! (JossLuke) - Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang