Bagian 2 - Ketua Kelas

8 2 11
                                    

Saat pulang sekolah hari ini Vera merasa agak tenang, tidak seperti biasa dimana dia selalu memikirkan apa mata pelajaran yang akan dia pelajari saat sampai di rumah.

Anak itu lumayan juga... Dia membuat suasana kelas menjadi makin ceria dan cerah. Orang seperti dia... pasti banyak yang suka, kan...?

Vera kaget sendiri dengan hal yang dia pikirkan.

Ah! Apa ini?? Kenapa aku malah memikirkannya? Dengan tampang dan sifat yang dimilikinya sudah jelas banyak yang suka. Dia... dia pasti playboy.

Vera entah kenapa menyimpulkan bahwa Arya adalah seorang playboy.

Dia senang, kemudian kesal sendiri. Vera menambah sendiri beban pikirannya.

Menyebalkan! Apa karena aku tidak memiliki teman dekat semenjak masuk SMA, begitu didekati pikiranku langsung diambil alih olehnya?! ARGHH!!!

Kaki Vera melangkah lebih cepat menuju rumahnya karena perang kata-kata yang ada dikepalanya.

Menapak jalan masuk menuju halaman rumahnya, Vera sudah tenang dan mengambil nafas panjang.

Ayah dan Ibunya sepertinya pergi keluar karena ia melihat pintu rumah dikunci. Vera mengambil kunci cadangan yang barang di saku roknya dan membuka pintu rumah.

Makanan telah disediakan oleh Ibunya diatas meja makan, tetapi Vera memilih untuk masuk ke kamarnya untuk belajar terlebih dahulu. Setelah belajar barulah ia bisa makan dengan tenang.

Begitulah kehidupan sehari-hari yang di laluinya sekarang. Belajar adalah hal terpenting dari segalanya. Pagi ke sekolah untuk belajar, tengah hari dia belajar dulu baru makan, dan pada malam hari, dia akan mengerjakan PR yang diberikan atau mengulangi pelajaran yang ia terima di hari itu. Bahkan walau itu di hari libur, Vera akan pergi ke perpustakaan kota, seharian berada disana.

Hari berganti, Vera memasuki ruang kelasnya. Tak disangka dibangku Vera ada sebuah kertas, lebih tepatnya surat, berisikan kata-kata yang menarik perhatiannya.

'Hai Vera, ayo berjumpa di perpustakaan setelah kelas pagi ini selesai. -Tertanda, Kucing Hitam Misterius.'

Vera melongo membacanya. Di liriknya Arya yang tengah asyik mengobrol dengan teman-teman barunya di bangku belakang.

Bel masuk pun berbunyi.

***

Sehabis jam pelajaran pertama, sesuai isi surat yang diterima Vera pagi ini, dia langsung menuju perpustakaan sekolah. Karena tidak memperhatikan, Vera menabrak seseorang saat akan berbelok ke kanan.

"Aduh... hati-hati kalau berjalan, Vera. Selain orang lain, kau juga bisa terluka."

Vera terkejut, buru-buru ia minta maaf "Maafkan aku Ketua Kelas. Aku ingin menemui seseorang di perpustakaan sekolah."

Yang tertabrak tadi adalah Ketua Kelas di kelasnya Vera, Chiko namanya.

Dia tinggi, memakai kacamata, selalu berpakaian rapi dan menyukai kebersihan.

Chiko berkata "Baiklah, tidak apa-apa. Aku baru saja keluar dari kantor guru dan ingin menuju kesana untuk mengembalikan beberapa buku. Ayo pergi bareng."

Vera dan Chiko di beri julukan 'Duo Kutu Buku' oleh semua murid karena hanya mereka berdua yang sanggup untuk terus mengikuti pelajaran apapun dengan serius dan nilai mereka hampir selalu 'Sempurna'. Mereka berdua lah yang paling sering mengunjungi perpustakaan sekolah.

Banyak yang bilang mereka adalah saingan, tetapi Vera lebih unggul kepintarannya, dia hanya lemah dalam Olahraga sedangkan Chiko lemah dalam pelajaran Fisika dan Sejarah.

Tetapi mereka tidak benar-benar bersaing. Karena pelajaran kesukaan Vera adalah Sejarah, maka Chiko sering meminta bantuannya dalam menghafal.

Saat melangkah masuk ke perpustakaan, terlihat seseorang yang sedang mencari-cari buku tiba-tiba berhenti dan memamerkan senyuman nya yang secerah matahari.

Dia sebenarnya memperlihatkannya kepada semua orang yang berada dalam perpustakaan itu, namun tetap saja Vera merasa bahwa senyuman itu memang ditujukan padanya.

Chiko menyenggol Vera sedikit, lalu berkata "Aku kira siapa, ternyata Arya yang ingin kau temui."

Terpukau oleh kilau senyum Arya, Vera akhirnya tersadar. Dia dengan tenang berkata "Iya. Entah ada apa sampai mengajakku untuk menemuinya disini. Ketua kelas, temani aku untuk menemuinya ya? Aku masih belum terlalu mengenalnya... jadi..."

"Oh, baiklah kalau begitu. Ayo." jawab Chiko.

Arya selesai memilih buku dan menemukan meja yang bisa mereka pakai. Mereka duduk dengan posisi Arya dan Chiko berhadapan dengan Vera.

"Nona lesu, aku pikir aku hanya memberitahu mu untuk datang menemuiku. Tapi kau mengajak Ketua kelas juga? Sepenakut apa dirimu?"

Gigi Vera terakatup "Ck, berhenti memanggilku 'nona lesu' dasar kucing hitam."

Chiko tidak tahan dengan perkelahian. Dia segera melerai sebelum lebih banyak kata mereka ucapkan "Sudah, diam. Kita berada di perpustakaan. Lebih baik langsung ke intinya saja, kenapa kita disini?"

Arya melihat Chiko yang berada di samping nya "Kau benar, Ketua kelas. Ini masalah yang sangat penting dan menyangkut hidupku." kemudian dia mengalihkan matanya ke Vera "Aku kesulitan dengan PR Matematika yang nomor 5, sudah ku coba rumus yang guru berikan tapi hasilnya tidak ku jumpa. Ini lebih sulit daripada 'mencari jarum di tumpukan jerami'."

Vera membuat ekspresi kesal, melabrak meja tapi suaranya tetap pelan agar tak membuat keributan lebih banyak "Apa? Kau menyuruhku kesini, cuma untuk menanyai soal ini? Kau bisa bertanya di dalam kelas. Lagipula kenapa harus aku???"

Chiko melihat tanda-tanda keributan jika mereka terus bicara, jadi sebelum Arya menjawab dia dengan cepat berkata "Aku bilang sudah. Kalian jangan buat ribut, aku mohon. Nah Arya, kau salah rumus. Yang guru berikan bukan yang ini, tapi yang ini."

"Eh? Salah rumus?" Arya menepuk dahinya "Bisa-bisanya aku salah rumus..."

Vera menopang dagu, ekspresinya masih kesal "Makanya perhatikan baik-baik waktu guru menjelaskan!"

Arya terkekeh "Ya maaf. Aku kan duduk di bangku paling belakang jadinya suara bu guru susah kedengaran."

Chiko menepuk pundak Arya "Aku senang masalah mu sudah selesai, Arya. Setelah mengerjakan ini, kita kembali ke kelas."

"Baiklah, hmm... Aku selalu dengar semua orang memanggilmu 'Ketua kelas'. Kalau tidak keberatan aku ingin memanggilmu dengan namamu saja. Boleh?"

Chiko tersenyum pasrah "Ya tentu saja. Kalau Vera mau, kau juga boleh memanggilku dengan namaku. 'Chiko' tidak sulit di ucapkan kan?"

"Ketua kelas memang sangat baik, terima kasih banyak." kata Vera.

Can I Protect That Smile?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang