Bagian 9 - Tugas Membuat Cerpen

3 1 5
                                    

Vera berada di kamarnya, ia sudah memakai baju tidur yang berwarna kuning terang kesukaannya. Seharusnya ia sudah tertidur sekarang, tetapi ada hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu.

"Cerpen merepotkan. Aku sekarang sudah SMA, imajinasiku tidak seperti anak SD! Apa yang harus aku tulis?!"

Vera berteriak pada secarik kertas yang tergeletak di atas meja belajarnya.

Dengan remang-remang cahaya lampu belajarnya, Vera berusaha memikirkan ide bagus untuk cerpennya.

Berkali-kali pulpen yang ada di tangannya menjadi sasaran pelampiasannya. Pulpen itu terus di ketuknya ke meja belajarnya.

"Genre untuk cerpennya bebas, tapi seberapa banyak pun aku berpikir, tidak ada satupun yang ingin aku tulis. Otakku oh otakku! Bekerjalah!" Vera menjambak rambutnya sendiri. Dia benar-benar dibuat bingung.

Ini lebih sulit daripada soal-soal kimia yang baru aku selesaikan....

Vera ingin menangis ketika memikirkan tugas Bahasa Indonesia nya itu.

"Ah!"

Seekor kunang-kunang melewati wajahnya. Cahaya yang berkelap-kelip menarik perhatian Vera.

Saat kunang-kunang itu keluar melalui jendela, Vera juga ikut keluar.

"Cerita fantasi sepertinya bagus! Aku sudah dapat gambarannya!" Vera dengan semangat mengikuti kunang-kunang itu menyusuri jalanan yang hanya dihiasi lampu jalan.

"Sudah jam 10 lewat, jika aku ketahuan berkeliaran, Ibu dan Ayah bisa-bisa mengunciku di kamar. Baiklah, aku langsung kembali saat tahu kemana tujuan kunang-kunang itu. Ide ini tidak akan aku biarkan pergi begitu saja." Vera sudah menetapkan tekadnya.

Beberapa arah jalan sudah Vera lewati, ia kini berada di lapangan. Disana ternyata ada ribuan kunang-kunang menghiasi rerumputan yang berembun.

Vera terpana melihatnya. Untungnya waktu itu langit sedang cerah dengan bulan purnama yang terang. Jadi walaupun tidak ada lampu di sekitar, Vera masih bisa melihat mereka dengan jelas.

"Anak gadis tidak bagus keluar malam."

Kalimat itu membuat pundak Vera tersentak. Dia tidak sendirian. Vera menoleh dengan gugup.

"Hei."

"Dasar kucing hitam! Kenapa kau disini?!"

Itu Arya. Dia memakai baju berkerah tinggi di lapisi jaket abu-abu.

"Kucing kan sudah biasa keluar malam-malam hahaha! Kau yang kenapa disini? Mau jadi kucing juga?!"

"Kenapa juga harus kuberitahu." balas Vera sewot.

"Baiklah, baiklah. Aku kesini karena kucingku kabur dari rumah. Aku lihat dia berlari kesini tadi, kau lihat?"

Vera masih memasang wajah masam sambil menggeleng.

Saat mengedarkan pandangannya ke bawah, Vera melihat sesuatu.

"WAA! ULAT BULU BESAR!!!"

"Mana?!"

"ITU!!!"

Vera menunjuk ke arah semak-semak. Ia kemudian menutup mata dengan kedua tangannya karena takut.

Arya yang menyadari itu bukan ulat bulu, refleks tertawa, "Hahaha! Itu ekor kucingku!"

Vera mengintip dan membuka salah satu matanya.

"Lihat, bulunya memang seperti ini. Dia ras anggora, namanya Anemone."

"Ane... mone?"

"Cantik kan? Ini kucing yang pernah aku ceritakan waktu kita berkenalan dulu. Kucing hitam bukan pembawa hal buruk."

Dari telinga sampai ujung ekornya hanya ada warna hitam saja. Vera agak bergidik saat melihatnya.

"Kau bukan hal buruk kan?"

"A-apa?"

"Anemone berlari ke sini dan aku bertemu kau. Kalau kau masih menganggap bahwa kucingku membawa hal buruk, berarti kau adalah 'hal' buruk. Tapi bukankah kau adalah 'hal' baik yang aku dapat saat mulai bersekolah?" ujar Arya sambil mengelus-elus kucing yang sudah ada dalam pelukannya sekarang.

H-hal baik...?

Wajah Vera menjadi merah padam saat mendengarnya. Entah itu pujian, candaan, atau apapun, Vera merasa malu sekali.

"Anemone!"

Kucing itu melepaskan diri dari majikannya. Ia ingin bermain-main dengan kunang-kunang yang ada di sekitarnya.

Vera masih mengedarkan pandangan di sekitarnya dan menikmati pertunjukkan para kunang-kunang dan bulan purnama yang terang.

Vera masih mengedarkan pandangan di sekitarnya dan menikmati pertunjukkan para kunang-kunang dan bulan purnama yang terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh iya, PR ku! Aku hampir kehilangan fokus lagi. Batin Vera saat melihat Anemone mengejar seekor kunang-kunang.

"Baiklah, aku sudah dapat!" kata Vera.

Arya yang tidak bermaksud mendengarnya lantas bertanya, "Apa yang kau dapat?"

"A-tidak ada apa-apa! Aku pulang dulu!"

"Baiklah, aku disini sebentar lagi setelah mendapatkan Anemone. Hati-hati di jalan!" Arya melambai saat Vera berlari meninggalkan lapangan.

Vera berhasil kembali ke kamarnya dengan selamat, dia tidak ketahuan sama sekali.

Meletakkan secarik kertas di atas meja dan memegang erat pulpennya, Vera siap untuk menulis semuanya.

Can I Protect That Smile?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang