"AKU DAPAT NILAI 75!!! HOREEE!!!"
Perhatian seisi kelas langsung tertuju pada Arya, bahkan guru yang mengajar nampak kebingungan dengan kelakuan muridnya yang satu ini.
Guru fisika itu berdehem "Arya, jangan senang dulu. Seharusnya jika kau mendapat nilai sempurna baru kau harus senang seperti itu."
Arya langsung membenarkan posisi duduknya "Maafkan aku pak, sebelumnya nilai fisikaku selalu dibawah KKM."
Guru itu memukul meja dengan penggaris yang dipegangnya, menimbulkan suara keras yang bergema diruang kelas "Bagus! Ternyata setelah kau masuk ke sekolah ini, nilaimu ada peningkatan! Bapak bangga padamu, lain kali lebih ditingkatkan lagi ya!"
"Baik, pak!"
***
Anak baru yang di sukai karena tingkah lakunya yang tak hanya lucu tapi juga ramah pada semua orang.
Anak itu sekarang sedang menuju kantin bersama dua teman barunya.
"Makasih Chiko, Nona lesu! Nilaiku membaik karena kalian sudah mengajariku!" ujarnya dengan penuh kemenangan.
"Setidaknya masih butuh lebih dari 10 tahun untuk melampauiku, dasar kucing garong!" balas Vera.
"Woy, sebutanku kan 'kucing hitam', kok malah jadi 'kucing garong'??" protes Arya.
"Lebih mirip kucing garong." jawab Vera meledek.
"Awas kau!"
Mereka berdua mulai kejar-kejaran di lorong. Chiko terkikik pelan menyaksikan mereka, ia masih berjalan santai sambil menahan tawa melihat kedua temannya berlari mengelilingi dirinya.
Mereka membuang waktu sekitar lima menit karena kejar-kejaran. Di kantin mereka langsung memesan menu makanan.
"Nasi goreng satu!" kata mereka serempak.
"Cuma tersisa satu porsi. Salah satu dari kalian mau mengalah?" tanya bu kantin.
Arya menjawab "Aku pesan Nasi kuning saja."
Vera kagum, ia tidak menyangka Arya akan mengalah.
Seusai pesanan datang, mereka duduk disamping Chiko yang daritadi menunggu.
"Kucing garong ini ternyata lebih baik dari yang aku kira." kata Vera.
Arya tidak mengindahkan sebutan barunya lagi, ia membalas "Itu bayaran karena sudah membantuku belajar."
"Arya memang sangat baik, Vera juga sangat baik. Aku senang kalian berdua bisa menjadi temanku." ujar Chiko.
Ketua kelas mereka, Chiko, selalu dapat diandalkan untuk menengahi mereka. Suasana kembali damai dan mereka makan dengan tenang.
***
Sepulang sekolah, Vera berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu Arya dan Chiko. Beberapa menit kemudian Arya datang menuju ke arahnya.
"Dimana ketua kelas? Dia akan pulang bersama kita kan?" tanya Vera.
"Tidak jadi, wali kelas tadi menyuruhnya dan wakil ketua untuk melakukan persiapan acara lusa." jawab Arya.
"Lusa ada acara?"
"Pentas seni. Jangan bilang kalau murid terpintar disini bisa lupa dengan acara penting yang diadakan enam bulan sekali."
Vera benar-benar lupa, padahal sudah diberitahu seminggu lalu bahwa akan ada acara pentas seni.
Ia mengelak "A-aku tadi cuma sedang mengujimu apakah kau bohong atau tidak, itu saja."
"Hmmm.... Apa Nona lesu menjadi terlalu lesu hari ini bahkan untuk mengingat suatu acara? Hahahaha, bercanda!"
Vera membalikkan wajahnya, dan segera melangkah dengan agak tergesa-gesa.
Arya mengejarnya "Oiii, aku kan cuma bercanda!"
Arya berhasil mengejarnya "Dasar cewek, jangan ngambekan dong! Aku mana paham kalau cewek sudah ngambek."
Vera hanya mengucap sembarang "Nyenyenye"
Arya tidak bisa menahan tawanya "Hahahaha! Kau lucu sekali, sedang menirukan apa kau??"
"Beruang kutub!" asal Vera.
"Kalau begitu aku akan jadi saljunya hahaha!" seru Arya.
"Kenapa salju? Kenapa tidak menjadi anjing laut supaya aku bisa memakanmu?!"
"Begitukah? Aku akan menjadi salju yang longsor supaya bisa mengubur semua anjing laut hidup-hidup dan memberikannya semua padamu!" celoteh Arya.
Vera merinding "Kedengarannya kejam, aku jadi jijik."
"Aku tahu. Tapi kalau aku yang menjadi beruang kutubnya, aku dengan senang hati menerimanya!"
"Aku lebih baik menjadi manusia saja kalau begitu."
"Aku juga, hahaha!" ia tertawa lagi.
Vera tidak lagi kesal, kali ini ia ikut tertawa bersamanya.
Siapapun yang mendengar gelak tawa Arya akan ikut bahagia juga. Tawa yang tidak pernah dibuat-buat dan wajah bahagia cemerlang, dia lucu dan ramah, Arya seolah membagi semangatnya pada murid-murid lain di sekolah itu. Dia istimewa.
Hari itu cerah, matahari bersinar terik. Dalam perjalanan pulang, Vera menjadi haus dan memutuskan untuk membeli sekaleng minuman dingin.
Ia merogoh sakunya tapi,
Uangku tidak ada! Kemana perginya?!
Arya yang menunggunya, melihat ada yang tidak beres.
"Nona lesu, masih belum selesai?"
Vera membalikkan badan, wajahnya terlihat sedih "Aku menghilangkan uangku. Itu juga untuk ditabung...."
"Kau kan masih bisa mendapat uang saku juga besok. Sudahlah, jangan terlalu sedih." Arya mencoba menghiburnya.
"Benar.... Baiklah, ayo kita pulang saja." kata Vera.
"Eh tunggu," cegat Arya.
Ia memasukkan koin kedalam mesin minuman dan membeli dua kaleng minuman.
Arya melempar satu kaleng ke arah Vera "Ini."
Vera menangkapnya "Untukku?"
Arya menjawab dengan malas "Ya, aku tidak mau kau jatuh ditengah jalan cuma karena kepanasan. Ayo lanjut."
Vera membuka kaleng itu dan meneguk isinya "Terima kasih."
"Sama-sama."
Mereka kembali melangkah, jalanan pada saat itu sudah kosong, mereka harus bergegas pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Protect That Smile?
Teen FictionHari ini ada seorang murid baru di kelas Vera, ia bernama Arya. Seorang anak lelaki yang penuh semangat dan suka bercanda. Vera awalnya tidak terlalu peduli tetapi setelah membantunya dengan pelajaran olahraga, Vera dan Arya menjadi teman. Vera adal...