bab 2

1.2K 104 8
                                    

•happy reading•

Sejak kejadian kemarin Altezza entah pergi kemana. Sudah dua hari laki-laki itu tidak pulang ke rumah. Zefa sudah biasa ditinggal berminggu-minggu jika Altezza keluar negeri tapi ini berbeda, mungkin karena masalah surat cerai itu Altezza jadi enggan pulang kerumah.

Panggilan dari Zefa juga tidak terhubung. Zefa kembali menghubungi Altezza untuk yang kesekian kali. Tidak terhitung sudah berapa kali Zefa mencoba dan sepertinya keberuntungan berpihak padanya, Altezza mengangkat telepon darinya.

Kak Eza
Call📞.......

"Kak!"

"Kamu siapa?"

"Aku Zefa. Istri kakak. Kenapa berisik? Kakak dimana?"

"Di bar. Kamu jangan sok peduli. Sebentar lagi kita tidak ada hubungan!"

Tut!

Ponsel diputus secara sepihak. Zefa menghubungi sekretariat Altezza untuk meminta tolong.

"Ayo Bu ikut saya" mereka menuju bar tempat Altezza menghilangkan stress nya.

"Kalau boleh tau pak Al kenapa ya Bu? Beliau sangat jarang minum dan setelah menikah dengan ibu beliau bahkan tidak pernah lagi menginjakkan kaki ketempat itu" Anton ingat sekali kalau Altezza menolak ajakan rekan bisnis dan bilang kalau dia sudah malas menginjakkan kaki di sana.

"Saya mengajukan surat pisah"

Ckit!!

Rem mendadak membuat Zefa hampir saja terbentur jika dia tidak memakai sabuk pengaman "maksud ibu?" Tanya Anton kebingungan.

"Saya mengajukan perceraian"

"Kenapa?"

"Apa kamu tahan dengan suami kamu yang dingin? Kalau pulang kelelahan dan rekening saya selalu bertambah banyak, tapi saya tidak pernah melihat dia menatap atau memperlakukan saya sebagai istri! Apa yang kamu lakukan kalau kamu ada di posisi saya ?" Anton memilih melajukan mobil, bingung harus menjawab apa.

"Maaf saya ikut campur tapi saya sarankan ibu untuk mengurungkan niat itu. Pak Al sepertinya tidak menginginkan hal itu dan sepertinya kalian berdua sama-sama tidak menginginkan itu"

"Tau apa kamu? Sa--"

"Kalau begitu kenapa ibu menelepon saya tengah malam begini dengan raut wajah cemas? Kenapa ibu mau datang ke tempat ini? Kenapa?"

"Sudahlah saya ingin mencari suami saya"

"Biar saya temani. Saya tidak ingin nyawa saya terancam ditangan pak Al jika sesuatu yang buruk terjadi"

Mereka berdua berjalan memasuki bar. Zefa menutup mulut karena bau alkohol dari ruangan ini. Dia juga menutup telinga karena bunyi nyaring dari sana "biar saya antar kemana biasanya pak Al" Zefa melotot melihat suaminya yang seperti orang depresi. Sudah berapa gelas yang ada di depannya sekarang dan beberapa wanita malam yang menggodanya dengan berlenggak-lenggok di sana.

Menghampiri suaminya. Zefa langsung ditarik Altezza untuk duduk di pangkuan. Laki-laki itu memeluk Zefa erat, tidak membiarkan gadisnya dilihat orang lain "ini Zefa saya? Kenapa gadis kecil saya ini disini hm?" Perlahan, Altezza mengurai pelukan.

RestartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang