"Jaga ucapan lo Junghwan."
Junghwan dan Jaehyuk terperanjat kaget begitu Jeongwoo menimpali ucapan Junghwan seraya berdiri di ambang pintu. Asahi sudah tahu bahwa sedari tadi Jeongwoo memang berada di sana hanya saja lelaki itu tidak mengatakan sepatah katapun.
"Kenapa? Gue cuma penasaran sama perempuan tadi, dia bilang rumah ini banyak hantunya." Jaehyuk yang memang dasarnya penakut malah ikut penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Junghwan.
"Perempuan? Siapa?" tanya Jaehyuk. Seingatnya tidak ada perempuan di dalam rumah ini, kalaupun ada Jaehyuk pasti sudah berkenalan dengannya.
"Gue nguping pembicaraan Mashiho sama perempuan di teras depan."
Jeongwoo mendelik kesal. Sudah berbicara sembarangan, menguping pula. Bukankah semua rumah pasti ada penunggunya, lalu kenapa Junghwan begitu penasaran dengan hantu di rumah ini.
"Perempuan itu pasti pake baju putih, rambutnya panjang. Nah lo, itu mah udah pasti kuntilanak!!" ujar Jaehyuk heboh. Ia memang tidak pernah melihatnya secara langsung, tapi ia sering melihatnya di film.
Melihatnya di film pun ia ketakutan, apalagi jika melihatnya secara langsung. Membayangkan nya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding. Jaehyuk akui bahwa Junghwan sangatlah berani.
Bukanya takut, Junghwan malah menatapnya sinis. "You shit. Tapi rumah-rumah tua gini pasti ada sejarahnya, gue jadi makin penasaran."
"Hati-hati Junghwan, mereka bisa denger ucapan lo." dia malah menggendikan bahunya tidak peduli dengan ucapan Jeongwoo.
Bulu kuduk Jaehyuk tiba-tiba merinding, ia memperhatikan Jeongwoo yang sedang memejamkan matanya disamping Junghwan. Dia merasa ada yang aneh dengan Jeongwoo saat ini.
Asahi memilih keluar dari kamar daripada harus ikut dalam pembicaraan mereka yang menurutnya sangat tidak penting. Saat Asahi hendak pergi ke kamarnya, ia melihat satu pintu kamar yang terbuka. Asahi melihat Junkyu yang sedang menghadap lemari bajunya tanpa bergeming.
Yang lebih mengherankan, raut wajahnya terlihat sendu. Asahi ingin menghampirinya namun tidak jadi dan segera berjalan menuju kamarnya.
Begitu Asahi pergi, Junkyu mengalihkan pandangannya menatap tempat dimana Asahi mengintip tadi. Ia mengerutkan keningnya begitu tidak melihat siapapun disana, padahal ia merasa ada yang memperhatikannya.
Junkyu kembali menghadap lemari di depannya. Lebih tepatnya cermin yang berada di samping lemari.
"Very handsome," gumamnya.
_________________
Jihoon berdecak kesal sebab sinyal tak kunjung ada sejak kedatangannya ke rumah itu. Untungnya ia dan teman-temannya sedang libur kuliah jadi tidak perlu khawatir dengan perkuliahan nya.Jihoon masuk ke dalam ruangan yang pintunya terbuka lebar. Matanya sibuk menelusuri seluruh ruangan dan terpaku pada lukisan yang paling besar di antara lukisan yang lain. Lukisan seorang anak kecil dengan raut wajah sedih sedang melambaikan tangan ke arah orangtuanya.
"Gue liat lo kayak sedih gitu, kenapa?" Hyunsuk masuk ke dalam ruangan. Niatnya ingin mengunci pintu ruangan tersebut tapi tidak jadi begitu melihat Jihoon berdiri di depan lukisan.
"Kasihan, anak itu mau ninggalin orangtuanya."
Hyunsuk ikut memandangi lukisan di depan sana. Lukisan itu paling mencolok dibandingkan lukisan yang lain. Disamping lukisan tersebut ada lukisan garis yang membentuk seperti kepala dengan kedua tanduk. Entah kenapa, lukisan anak kecil lebih menakutkan dibandingkan lukisan iblis.
"Apa yang lo liat dari lukisan itu?" tanya Hyunsuk.
"Anak itu melambaikan tangannya karena mau ninggalin orangtuanya. Anak-anak sedari kecil selalu bersama mereka, mungkin saatnya anak itu bebas dan hidup dengan pilihannya sendiri," jawab Jihoon sambil melirik sekilas Hyunsuk yang berdiri di sampingnya.
"Lo bener, tapi gue punya pikiran lain mengenai lukisan itu."
"Menurut lo anak itu kenapa?" tanya Jihoon seraya mengalihkan pandangannya mengarah kepada Hyunsuk.
"Anak itu bukan melambaikan tangannya, tapi dia menghentikan perbuatan keji kedua orang tuanya. Gue liat raut wajah mereka kayak iblis. Entah kenapa gue selalu ngerasa merinding setiap gue lihat lukisan itu," jelas Hyunsuk sambil bergidik.
Jihoon mengalihkan pandangannya menghadap lukisan dan mengeryit heran begitu melihat luka sayat di lengan anak laki-laki di lukisan itu. Padahal sebelumnya ia tidak melihat luka tersebut.
"Jihoon, ayo keluar," ajak Hyunsuk sambil melangkah keluar mendahului Jihoon.
Mereka keluar dari dalam ruangan itu, tak lupa Hyunsuk mengunci pintunya sebab ruangan itu memang jarang sekali dikunjungi oleh anak-anak yang lain kecuali Hyunsuk yang selalu membersihkan ruangan tersebut.
Meskipun tidak dikunjungi, setiap ruangan harus tetap bersih.
"Maafin teman-teman gue ya Ji? Mereka masih canggung sama kehadiran kalian. Tapi mereka sebenarnya baik kok." Padahal Hyunsuk sendiri pun sama canggung nya hanya saja ia pintar menyembunyikan itu.
"Gapapa, kita ngerti." mereka tidak seharusnya meminta maaf, karena Jihoon dan teman-temannya yang datang ke tempat mereka tetapi Jihoon tidak berani mengatakannya pada Hyunsuk.
"Mau keliling rumah? Biar lo nggak bosen," ajak Hyunsuk.
Yedam yang tidak sengaja mendengar suara Hyunsuk, langsung mengapit lengan Hyunsuk dan Jihoon dengan semangat. "Ayo, kita keliling rumah."
Sepanjang perjalanan mereka bercerita banyak hal. Ternyata rumah ini tidak ada pemiliknya, mereka tinggal disana karena tersesat juga. Jihoon yang mengetahui hal itu sangat terkejut. Dia mengira rumah itu milik Yoshi karena dia yang ngajak buat tinggal disini.
"Kita udah temenan lama, niatnya mau liburan tapi malah tersesat dan berakhir disini," ucap Yedam.
"Kenapa kalian nggak cari cara buat keluar dari sini? Kembali ke asal kalian dan meminta bantuan sekitar," tanya Jihoon. Ia tidak mengerti mengapa mereka tidak mencoba mencari bantuan kepada orang-orang di sekitar.
Jika kita tersesat, kita pasti mencari cara untuk keluar dari tempat itu dan meminta bantuan. Dilihat di sekitaran sini banyak sekali perumahan dan orang-orang yang lewat, tidak mungkin mereka tidak memberi tahu jalan keluar dan menolong mereka yang tergolong masih sangat muda.
"Lo tahu sendiri, nggak ada sinyal sama sekali di tempat ini. Kita juga udah cari cara buat keluar tapi bukannya dapet jalan keluar, kita malah berakhir di tempat yang sama, berkali-kali," sambung Hyunsuk.
Mereka sekarang berada di halaman belakang. Terdapat kolam renang dan pohon yang cukup besar, beserta daun-daun kering yang berserakan. Menambah kesan horor dari tempat itu.
"Karena mulai sekarang lo dan teman-teman lo ada di sini, kita cari cara buat keluar dari rumah ini. Gue rasa rumah ini terkutuk," kata Yedam sembari menatap Jihoon tajam.
Jihoon jadi merasa khawatir begitu mendengar cerita mereka. Ia percaya hantu, sebab ia pernah melihatnya secara langsung dan berakhir demam setelahnya.
"Jaga ucapan lo, Yedam. Nanti mereka denger." Hyunsuk menyenggol lengan Yedam membuatnya sedikit oleng.
"Mereka nggak bakal ngapa-ngapain kalau diantara kita nggak ada yang ngusik mereka." dengan santainya Yedam berdiri di tepi kolam, memandangi bayangannya sendiri.
"Siapa mereka yang kalian maksud?" tanya Jihoon.
Bukannya menjawab pertanyaan Jihoon, Hyunsuk malah mengajak Jihoon dan Yedam masuk kedalam rumah.
____________________
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Geist | Treasure
Horror[COMPLETED] Rumah yang awalnya terlihat nyaman ternyata memiliki sisi kelam. Rumah itu bukan hanya ditinggali oleh mereka, tetapi banyak makhluk-makhluk yang tidak mereka percaya adanya tiba-tiba menampakan dirinya.