06

1.8K 367 6
                                    

Jaehyuk terbangun dari tidur nyenyaknya kala mendengar suara langkah kaki yang terdengar buru-buru lalu diikuti oleh suara lolongan anjing yang begitu nyaring. Jaehyuk memejamkan matanya mencoba untuk tidur lagi namun tenggorokannya terasa kering membuat kantuknya hilang.

Begitu ia membuka pintu kamar, ia mengernyit heran melihat semua pintu kamar tertutup rapat. Padahal, ia jelas mendengar suara orang-orang yang berlarian. Mencoba berpikir positif dan mengabaikan suara yang ia dengar, Jaehyuk berjalan ke arah dapur yang ada di lantai bawah.

Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri ketika ia melihat sekeliling ruangan yang sangat sepi dan gelap. Biasanya lampu akan tetap menyala walaupun mereka tertidur, namun entah kenapa malam itu sepertinya Doyoung lupa menyalakan lampu.

“Sialan Doyoung,” gumam Jaehyuk.

Air yang ia minum membuatnya merasa lega. Selang beberapa detik, bulu kuduknya semakin merinding saat ia melihat bayangan seseorang melintas di hadapannya. Bahkan kakinya sangat sulit untuk digerakan. Orang itu berdiri dihadapannya dengan jarak yang lumayan dekat. Bayangan itu semakin terlihat dengan jelas ketika Jaehyuk memejamkan matanya.

Jaehyuk sadar seseorang didepannya itu bukan salah satu dari temannya. Bukan pula manusia. Dia, seseorang yang berdiri dihadapannya itu memiliki mata semerah darah dengan kedua tanduk dikepalanya.

Dia menyeringai, sambil bergumam. “Mati... Mati... Mati....”

Jaehyuk berlari secepat mungkin menuju kamarnya. Kakinya terkilir begitu ia berlari di area tangga. Tak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan, Jaehyuk hanya ingin masuk ke dalam kamarnya karena ia merasa kamarnya sangat aman. Ya, semoga.

Disaat panik seperti ini, Jaehyuk dibuat bingung dengan letak kamarnya. Semua pintu terlihat sama, ia jadi terlihat seperti orang linglung ketimbang orang yang sedang melihat hantu.

“Mati... Mati... Mati... MATI!!! HAHAHA.”

Jaehyuk menutup kedua telinganya sembari terduduk dilantai. Ia menangis, menangis dengan kencang. Tidak peduli dengan harga dirinya yang akan ditertawakan, sungguh ia sangat ketakutan sekarang.

Pura-pura pingsan di saat kondisi seperti ini adalah ide yang cukup bagus, tapi bagaimana jika ia pingsan hantu itu malah menariknya ke dunia lain? Tidak, Jaehyuk tidak akan melakukan hal tersebut.

“Jaehyuk”

"Jaehyuk”

“Jaehyuk”

Demi Tuhan, bagaimana bisa makhluk itu tau dirinya? Jaehyuk membuka matanya, ia menghela nafas lega saat mendapati tidak ada siapapun disekelilingnya.

Tiba-tiba tubuhnya menegang, perlahan ia mendongak. Seseorang sedang menyeringai dengan tangan dan kaki menempel di atap seraya menatapnya tajam dengan mulut terbuka lebar.

“ARGHHH!!” teriakan ketakutan dari Jaehyuk membuat makhluk itu tertawa keras dengan mulut yang semakin lebar.






“Woy Jaehyuk! Bangun!!”

Jaehyuk membuka matanya, ia melihat Jeongwoo yang sedang menatapnya khawatir. Ternyata apa yang ia alami itu hanyalah mimpi.

“Gue mimpi buruk” gumamnya.

“Makanya kalau mau tidur tuh baca doa!”

Jeongwoo sangat kesal ketika sedang enaknya tidur, Jaehyuk yang berada di seberangnya mengerang kesakitan dan banyak peluh keringat bercucuran diwajahnya.

Seketika Jeongwoo langsung menghampiri kasur milik Jaehyuk dan membangunkan dia, tapi Jaehyuk malah menangis lalu berteriak. Melihat Jaehyuk yang seperti itu, refleks Jeongwoo menampar wajah Jaehyuk.

Ya, Jaehyuk terbangun berkat tamparan itu.

“Gimana kalau ternyata mimpi itu gambaran dari masa depan?”

“Ngaco, nggak ada yang bisa meramalkan masa depan. Dah sana lanjut tidur.” Jeongwoo berjalan kearah tempat tidurnya, mengabaikan Jaehyuk yang masih terkejut dengan mimpinya barusan.

____________________

Yedam bersenandung pelan sembari mengisi botol minumnya dengan air putih. Bila sewaktu-waktu dia butuh air, sudah disediakan dalam botol minumnya. Semakin lama Yedam bersenandung semakin banyak suara-suara yang mengikuti alunan suaranya. Yedam mencoba mengabaikan suara-suara itu dan memilih masuk ke dalam kamar.

Seharusnya ia tidak boleh keluar kamar di malam hari. Bukan hanya dirinya, tapi mereka semua. Sebab, mereka yang sedang beraktivitas di malam hari akan senang menganggu manusia yang masih terbangun.

Perlahan Yedam menaiki tangga. Semakin pelan semakin makhluk-makhluk itu gencar mengganggunya. Yedam tidak takut, tapi Yedam mudah terkejut. Ia takut jika makhluk itu tiba-tiba menampakan dirinya.

Yedam menghela nafas lega begitu ia sudah berada di depan kamarnya. Tangannya hendak membuka knop pintu namun terhenti saat mendengar suara teriakan dari kamar sebelah. Dengan cepat Yedam langsung membuka kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Dilihatnya Jeongwoo yang sedang terlelap serta Jaehyuk yang berteriak bahkan menangis dalam tidurnya. Yedam tidak berani melangkah lebih dalam, ia hanya berdiri di ambang pintu.

Yedam ingin sekali berteriak membangunkan Jeongwoo namun melihat Jeongwoo yang tertidur sangat pulas mengurungkan niatnya.

Yedam menelan salivanya gugup kala ia melihat satu sosok perempuan yang sedang merayap di langit-langit kamar tepat dimana Jaehyuk tertidur. Sosok itu menatap kearahnya, menyeringai sinis seraya menunjuk Yedam lalu tertawa renyah. Sepertinya sosok itu senang melihat Yedam yang ketakutan.

Yedam menggeleng cepat lalu menutup pintu kamar dengan kencang. Tidak peduli dengan teman-temannya yang kemungkinan akan terbangun, yang terpenting Yedam harus masuk ke dalam kamarnya. Bersembunyi dibalik selimut.

“ARGHHH!!”

“Kenapa lagi sih?!!”

“Sekarang gue malah mimpiin Yedam.”

“Jaehyuk, tidur. Gue gak mau kebangun lagi cuma gara-gara mimpi lo itu.”


‘Itu bukan mimpi, bodoh. Itu pertanda dan kita dalam bahaya.’ gumam seseorang dalam kegelapan.

____________________

to be continued

Geist | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang