Part 4

188 16 1
                                    

Malam ini hujan sangat deras, sebuah bunyi petir yang besar membangunkan Aras dari tidur lelapnya. Dengan pelan aras menuju ke kamar tante zumi.

Tok tok tok...

"Tante,,"

Tante zumi terbangun mendengar ketukan pintu dan suara aras yang memanggilnya.

klik, pintu terbuka

"ada apa aras?" tanya tante zumi dengan muka ngatuknya

"tante temani Tyas tidur,sekarang sedang hujan, aku khawatir dia akan menangis jika mendengar petir" ucapan Aras lebih mirip perintah daripada permintaan.

"Baiklah" tante zumi segera menuju kamar tyas, setelah memastikan tante zumi masuk kamar, Aras menuju ruang kerjanya.

Diruang kerjanya Aras memasukkan password yang terdapat di balik lukisan didinding, tak lama kemudian Dinding itu bergerak perlahan, membuka ruangan rahasia. Aras memasukkan kembali password dan ruangan itu menutup kembali menjadi dinding tembok biasa jika dilihat dari luar.

Aras duduk disalah satu sofa, diraihnya foto dirinya bersama ayah,ibu dan tyas. jika saja jose lehaen tidak merusaknya.

"Akan ku balas kematian ayah dan ibuku jose! kau akan membayar semua penderitaan yang dialami oleh aku dan adikku" desis Aras tajam

Sebuah rencana sudah disusun rapi oleh Aras, dia sudah bertekad jika dia akan membuat jose dan keluarganya merasakan kepedihannya.

* * *

Pagi-pagi sekali terdengar suara nyanyian dari lantai bawah, Aras hapal betul, itu suara tyas. dengan baju yang sudah rapi Aras segera turun ke bawah menuju ke ruang makan, Bi Minam kepala asisten rumah tangga masih menata makanan di atas meja, dia langsung menunduk hormat saat melihat aras. aras hanya membalasnya dengan senyuman.

Tak lama kemudian Tyas datang, dengan mengenakan baju kemeja putih dan rok hitam, rambutnya dibiarkan tergerai.

"Aku akan ujian kompreshif hari ini kak, do'akan biar aku sukses ya kak" Ucap tyas

"sini" ucap aras seraya mengeluarkan pita merah dari saku nya

"Ada apa kak?"

"Sini, mendekat pada kakak,,"

Tanpa bertanya kembali tyas langsung mendekat pada kakaknya.

"Berbalik"

Tyas menuruti perkataan kakaknya, walaupun sesungguhnya dia pun bingung.

Aras mulai berdiri, dan menyisir rambut tyas. dulu ibunya melakukan hal ini kepadanya saat dia akan ujian kompreshif.

Aras menyanggul rambut tyas hingga tyas tampak cantik apalagi dengan hiasan pita merah. setelah itu Aras memasangkan kalung dengan liontin berbentuk setengah hati. Tyas terkejut karena kakaknya memberinya kalung.

"Ini kalung ibu yas,  kakak juga memakai kalung yang sama, kalung ayah. jika kita satukan liontinnya, maka akan jadi bentuk hati yang utuh." ucap Aras

Tyas langsung berhamburan kedalam pelukan kakaknya, hatinya hangat sekali dengan perlakuan aras pagi ini.

"Kakak hanya ingin kamu tahu, ayah dan ibu selalu bersama kita"

"Terima kasih kak, aku sayang kakak,, terima kasih sudah menjadi ayah dan ibu bagiku" ucap tyas sambil terisak

"Jangan menangis, cepat panggil tante zumi, kakak sudah lapar"

uh,,sikap dingin kak aras muncul lagi...

"Tante zumi sejak pagi tadi pergi ke rumah paman toby kak, dia bilang akan menginap disana, tante kangen dengan sepupu*nya"

"Baiklah, kalau begitu ayo kita sarapan" ucap Aras

* * *

Aras menenteng tas kerjanya, dia berjalan menuju ke garasi, Aras memang mengemudi sendiri, sejak kematian orang tuanya Aras tidak mempercayakan dirinya pada supir.

"Kak, Bisakah kakak mengantarku ke kampus hari ini?" tanya tyas

Aras menatap tajam ke arah tyas, dan..

"Kemana pak Danu? kakak menggajinya untuk mengantarmu kemana saja, bukan untuk malas-malasan!"

"Kemarin, Anak pak danu meninggal, karena Demam Berdarah, jadi aku memberikannya cuti, sampai dia merasa tenang dan bisa bekerja lagi kak" jelas Tyas

Aras terdiam, dia tidak tahu jika anak pak danu meninggal.

"Kau minta antar pak Ahmad saja yas" ucap aras

"Pak Ahmad mengantar tante zumi ke rumah paman tobi kak"

"Ya sudah, kalau begitu cepat masuk ke mobil, kakak akan mengantarmu, cepat!"

Tyas segera masuk ke dalam mobil aras, mobil aras pun melaju dengan cepat, sepanjang perjalanan ke kampus tyas dan Aras hanya diam, tidak ada percakapan diantara mereka. Tak lama kemudian mobil Aras pun telah sampai di depan kampus Tyas.

"Aku pergi dulu kak" ucap Tyas seraya membuka safebelt nya.

Aras hanya mengangguk, tyas segera keluar dari mobil kakaknya, kemudian melambaikan tangan sebentar dan berjalan masuk ke kampusnya.

"Goodluck Tyas!" teriak Aras dari mobilnya

Mendengar teriakan Aras, tyas langsung berbalik.

"Pasti Kak!" jawab tyas cepat.

Aras tersenyum mendengar jawaban tyas, dia pun menutup kaca mobilnya, dan melaju meninggalkan tyas.

*Kak Aras tersenyum, senyuman yang beda dari biasanya, senyuman yang hanya keluar disaat hatinya bahagia, senyuman kak Aras seperti ibu, senyuman yang menenangkan hatiku..*batin Tyas

* * *

Mobil Aras memasuki parkiran kantor, setelah memarkirkan mobilnya dia langsung menuju ke ruangannya. Hari ini Aras ada rapat dengan para pemegang saham, dan juga akan membahas beberapa proyek penting bersama dengan perusahaan lain.

"Kau yakin akan menjadi investor di Lehaen.Inc Aras?" Tanya Nadya

"Tentu" Jawab Aras singkat

Aras tahu, Nadya mengetahui jika ayah dan ibunya dibunuh oleh Jose Lehaen, dan menjadi investor di perusahaan itu merupakan salah satu rencananya.

"Apa yang bisa tante lakukan untuk membantumu ras?" Tanya Nadya lagi

"Belum saatnya tante membantuku"

Nadya menarik nafas dalam,, Dan kemudian permisi keluar.

*Tuhan, Bantulah nona Aras,, Apapun rencananya, aku berharap itu tidak akan berbalik menyakitinya*

* * *


My Beloved SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang