Part 7

168 11 2
                                    

Tyas masuk ke dalam kamar Aras, dilihat Aras duduk di sofa biru, mata aras tampak terpejam.

"Kenapa tidak mengetuk pintu dulu" ucap aras masih dengan mata terpejam

Tyas melangkah mendekati kakaknya, dan duduk di sofa itu juga.

"Aku minta maaf kak,," Tyas langsung memeluk tubuh Aras.

"Ya"

"Apakah besok aku sudah mulai bekerja kak?" tanya tyas

Aras membuka matanya, ada rasa senang saat adiknya bertanya seperti itu.

"Minggu depan saja" jawab Aras singkat

Tyas mengangguk, dalam hatinya sudah berjanji, jika dia akan menuruti kemauan kakaknya ini.

"Ingat, kau tidak boleh bilang di kantor jika kau adikku, kau juga harus menggunakan nama panggilan sekolahmu, bukan nama Akte, Arilla Barata"

Tyas hanya mengangguk, Arilla Barata adalah nama ibu mereka. Aras mengubah panggilan tyas di sekolahnya menjadi Arilla, tapi namanya tidak di ubah di ijazahnya. teman-teman Tyas tahu namanya Arilla, bukan tyaska.

* * *

Deo dan Mark Masuk ke dalam ruanganku, mereka adalah bodyguard kepercayaanku, kemampuan mereka sangat baik, mereka bahkan bisa membunuh puluhan orang hanya dengan sebilah pisau.

"Aku ingin kalian memasang cctv dan perekam di ruang kerja tyas, pastikan tidak ada yang tahu, dan kalian berdua juga akan aku tempatkan di bagian humas, jadi kalian bisa menjaga adikku, selama dia jauh dari pengawasan ku"

"Baik nyonya" Jawab Deo dan Mark serempak.

"Laporkan apa saja yang dilakukannya, dan beri pelajaran bagi siapapun yang berani menyakitinya, aku tidak ingin adikku di sakiti oleh para pegawai rendahan" ucap Aras tegas.

Setelah mendengarkan perintah Aras, mereka berdua segera melaksanakannya..

Aras menyenderkan kepala pada senderan kursi kerjanya. tiba-tiba handphonenya berbunyi. tertera nama Namila di layar handphonenya.

"Ibu?"

Namila Adalah ibu Valiant dan Genta, Aras memang dekat dengan keluarga Almarhum kekasihnya itu, mereka tetap saling berkomunikasi meski Valiant telah tiada. dengan segera Aras mengangkat telponnya.

"Halo,,selamat pagi bu" sapa Aras lembut

"selamat pagi ras,,maafkan ibu mengganggumu pagi-pagi begini nak"

"ibu bicara apa, mana mungkin ibu menggangguku" ucap Aras

"Ibu rindu padamu ras, kemarin genta bilang kau akan mengunjungi ibu, tapi ternyata sampai sekarang kau belum mengunjungi ibu" ucap bu Namila

"aku juga merindukan ibu, lusa aku akan kesana bu,,sekalian memperingati kematian Valiant yang ke 14 tahun"

"Begini ras, ibu dan ayah sudah sepakat, jika tahun ini kita tidak akan memperingati kematian valiant lagi" ucap bu namila pelan

" loh, kenapa bu? bukannya kita setiap tahun memperingatinya?" Tanya Aras

"Aras,,sudah waktunya kau mencari pengganti valiant, kau sudah seperti anak ibu sendiri, ibu akan sedih jika kau seperti ini terus, lupakanlah valiant, dan menikahlah dengan laki-laki yang baik"

"Aku tidak bisa bu" Jawab Aras lirih

"Aras,,bagaimana kalau sore ini kau ke rumah, ada yang ingin ibu bicarakan kepadamu"

"Baiklah bu, aku akan kesana sore nanti"

Aras meletakkan handphonenya tak lama setelah ibu Namila mengakhiri telponnya.

My Beloved SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang