Roy begitu khusyuk mencoba membuka peti tersebut, entah dorongan apa yang membuatnya berhasrat sekali untuk membuka benda asing yang ada di tangannya itu.
Dia tak menghiraukan apapun yang ada disekitarnya, apalagi dengan teman-teman yang ternyata sedang resah dan mencari keberadaannya, yang ada dipikirannya hanyalah ingin kotak itu agar segera terbuka. Yahh, seperti anak kecil yang melihat mainan baru di toko dan ingin segera memilikinya. Atau seperti orang yang tersesat di gurun dan melihat ada oase di depannya.
Ia gunakan apapun yang ada dihadapannya untuk memotong akar dan membuka kotak itu. Kayu. Batu. Apapun ia coba. Walau dengan susah payah hingga akhirnya akar yang menjerat peti tersebut terlepas semua.
"hmmmmm" entah mengapa Roy terhenti dan menghela napas disertai dengan menatap tajam ke arah peti itu. Bukan karena ragu dan takut, melainkan hanya membulatkan tekadnya lagi untuk membuka peti tersebut.
Kemudian dengan tanpa membuang banyak waktu dan dengan rasa penasaran dia pun segera membuka peti tersebut. Sejenak setelah peti terbuka hawa disekitar tempat itu menjadi lebih mencekam.. Angin berhembus mengakibatkan dedaunan yang ada di tanah berterbangan, serentak daun-daun di pepohonan bergoyang.. Bulu kuduknya terasa berdiri semuanya. Rasa takut mulai menjalari dirinya. Dengan mata yang sedikit disipitkan ia menoleh kanan kirinya untuk memperhatikan sekitar. "pp... pasti gua cuma kedinginan hmm" Roy berusaha menepis ketakutan yang ada pada benaknya. Dengan keringat dingin yang mengalir di dahinya, ia kembali menundukkan kepalanya untuk melihat isi dari peti yang Roy buka itu...
"kalung....?" dahinya mengernyit bingung menatap benda yang sekarang berada di genggamannya.
Sejenak ia kembali terdiam dan terlihat berpikir keras. Otaknya pun mulai merangkai satu persatu kejadian yang telah terjadi pada dirinya. Mulai dari dia menemukan kertas kuno tersebut, hingga kejadian yang ia hadapi saat ini
"apa mungkin ini kalung yang ada di kertas itu?" hal itu membuatnya semakin merinding apalagi mengingat kata-kata yang ada disana.
Tiba-tiba ia merasakan hawa aneh dari belakang punggungnya, ia merasakan seperti ada seseorang yang berada di belakangnya. Terasa seperti orang yang memiliki tubuh besar. Sontak ia menoleh ke arah belakang. Kosong, itulah yang ia lihat di depan matanya.
Namun.. Sekarang ia merasakan hal yang sama sedang berada di depan badannya.. Langsung ia kembali menoleh ke depan. Tetap saja, kosong. Hanya pepohonan yang ia lihat di depan.
Seketika keringat dingin semakin deras mengaliri pelipisnya. Bulu kuduk yang sedari tadi sudah berdiri, kini seakan ingin lari menjabutkan diri dari tengkuk Roy.
Karena merasa semakin takut Dia pun bergegas berdiri hendak lari dari tempat itu. Tapi.. saat ia akan segera beranjak tiba-tiba terlihat seseorang dari kejauhan yang berlari kearahnya
"Diki?" tanyanya, begitu berharap sosok di depannya adalah Diki.
Namun sosok itu tetap membisu. Roy terus menajamkan penglihatan, berusaha menatap wajahnya, namun hanya keburaman yang ia lihat di wajah itu. Bukannya tahu siapa sosok itu Roy malah mendengar sayup-sayup suara teman-teman memanggil namanya, suara Diki dan yang lainnya, tanpa disadari Ia langsung menoleh ke belakang, ke arah suara teriakan panggilan dari teman-temannya itu. Seketika Roy merasakan firasat buruk, di benaknya langsung terlintas "kalo itu suara Diki" lalu yang di depan tadi siapa" Sontak dia langsung kembali berbalik mengarah sosok tadi berlari dan bersiap lari ke arah sebaliknya. Namun tanpa disadari, ternyata sosok tadi sudah berada di depan Roy dan menabraknya hingga membuat Roy terjatuh, terbentur batu dan membuatnya pingsan seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fear
Misteri / ThrillerRoy telah memantapkan hatinya untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Dengan tubuh gagahnya, ia berusaha menenangkan kegundahan hati yang hendak mengungkapkan apa yang ia rasakan. Ia siap tuk berbicara pada sarah soal isi hatinya. Berbekal rasa cin...