Lelaki Paruh Baya

77 4 2
                                    

Roy berjalan tak tau arah, dunia di sekitarnya bagaikan runtuh menimpanya. Semua serasa hampa setelah ia tau bahwa Sarah tak mencintainya. Hatinya membisu, terpana tak sanggup menerima kenyataan.

Sejujurnya saat berniat menyatakan perasaannya dia belum mempersiapkan hati untuk menerima kenyataan terburuk. Dia hanya sibuk merancang skenario-skenario indah yang akan dilalui saat Sarah sudah menjadi pacarnya, dan nyatanya skenario-skenario itu takkan pernah terwujud.

Berjalan dengan pikiran yang kosong, membuatnya tak menghiraukan kondisi sekitar. Di tengah kekosongan pikirannya, tanpa sadar Ia menabrak lelaki paruh baya. Membuat sekumpulan kertas yang dibawa bapak itu berakhir berceceran di tanah.
"haduh maaf pak, saya tidak sengaja, tadi saya melamun" dengan cepat dia membantu bapak itu mengumpulkan kertas yang berceceran. Dia mungkin sakit hati tapi dia tidak kurang ajar.

Saat hampir merapikan semua berkas-berkas tadi, tanpa sadar matanya melihat satu kertas yang nampak asing namun menarik perhatiannya. Sembari menyerahkan kertas yang lainnya, ia mencuri-curi tuk mengamatinya.

Kertas berwarna coklat usang karena termakan usia. Teksturnya sedikit kasar dan melekat bila diraba. Aromanya yang khas dan menyengat jika dihirup terlalu dalam. memiliki nampak seperti arsip kuno yang berumur lama. Di salah satu sisisnya terdapat tulisan aksara jawa yang ia tidak mengerti artinya.

Insting kepo pun muncul di hatinya. Namun, saat berniat mengangkat wajah untuk bertanya, bapak itu sudah menghilang. Seketika hawa dingin melintas meninggalkannya sendiri dengan kertas aneh yang masih tergenggam erat di tangan.

Bulu kuduknya berdiri, dari tengkuk hingga kaki, membuatnya serasa membeku di tempat.

"Lahh.. Bapak tadi kemana, kok jadi merinding njir" Ia bergumam lirih sambil menoleh ke kanan-kiri untuk memastikan keberadaan bapak tadi, namun tak juga terlihat di sepanjang matanya memandang.

"Asem.. ini dimana lagi, perasaanku jadi gak enak"

Roy baru sadar ternyata ia berjalan hingga ke tempat yang tak dikenalnya.
Jalan setapak dikerumuni pohon beringin yang besar. Pohon tua yang seakan sedang mengawasinya. Ia merasakan hawa yang tidak enak. Angin yang semilir membelai, membuatnya semakin merinding. Tak seorangpun yang terlihat juga membuat suasana semakin mencekam.

"Harus segera balik nih, kejebak di sini sampe malem kan berabe, bisa tambah serem njir" menyadari matahari yang mulai tenggelam, Roy bergegas mencari jalan untuk keluar dari tempat itu. Dengan tergopoh-gopoh Ia berusaha meninggalkan tempatnya saat ini berdiri, dan tanpa disadarinya ternyata ia terus menggenggam naskah kuno yang ditemukan saat menabrak bapak tadi.

Bersambung...

The Fear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang