berpura pura

21 17 2
                                    

Perlahan lahan rasa sakitnya pun menghilang. Haru menghirup nafas Legas, kemudian mengalihkan pandangannya di depan kaca yang ada di hadapannya sekarang ini.

"Sial!! Disaat seperti ini, kau malah kesakitan " Ucap haru geram saat menatap dirinya sendiri didepan kaca.

Tiba-tiba datang seorang pria yang hendak masuk di dalam toilet, pria Ita kaget karena melihat haru. Haru yang menyadari nya lalu menatap tajam pria tersebut hingga membuat pria itu kembali menutup pintu toilet lalu pergi.

Setelah itu haru pun kembali menatap dirinya sendiri didepan kaca tangannya yang mulai mengumpal geram berserta tatapan mata tajam."argh!"

.....Bukkk.....

Pecahan kaca yang bertebaran dimana mana, dan beberapa noda merah yang berasal dari tangan nya sekarang ini.

Ternaya haru memukul kaca itu dengan sekuat-kuatnya hingga amarahnya pun sedikit mereda.

"Sial!" Setelah mengucapkan itu haru pun pergi. Ketika haru keluar dari dalam toilet, hari datang dari arah yang berlawanan.

"Ada apa dengan nya?" Batin hari binggung. Dari kejauhan hari melihat pria itu berjalan dengan brutal, siapa saja yang menghalangi jalannya iya akan langsung menerobos, peduli setan dengan mereka yang ingin marah atau mencaci makin dirinya sekarang ini.

"Bukan kah dia sangat mengerikan jika dilihat seperti ini?" Batin hari." Tapi walaupun sifatnya seperti mafia kejam haru mempunyai sisi baik yang tidak pernah bisa orang miliki"

Lalu hari mengingat kejadian saat haru melindungi nya dari lemparan telur busuk itu, bukankah saat itu mereka cukup dekat, apalagi saat hari langsung memeluk nya dan saat haru memegang tangannya ketika menuju ruangan BK.

Perlahan lahan hari mulai tersenyum sendiri."dia sangatlah tampan!" Ucap hari. Dengan sadar hari langsung mengenakan kepala nya beberapa kali. "Aissss... Apa yang sedang aku pikirkan?"

Ketika hendak melangkah kan kaki, matanya tertuju pada sebuah lantai yang bernoda kemerahan merahan, tapak jelas itu adalah darah. Darah itu pun meninggalkan jejak.

"Darah siapa itu?? Atau itu darah gadis yang sedang PMS??" Batin hari. Iya pun mengikuti jejak itu tanpa melihat ke dapan. Hari terus merunduk saat berjalan melintasi beberapa siswa siswi.

Jejak tersebut membawa dirinya pada satu ruangan kelas yang tampak sepi. Saat darah itu berhenti di satu tempat duduk. "Disini!" Ucap hari, kemudian iya perlahan lahan menggangkat kepalanya.

"Eung??" Hari kaget saat melihat Haru yang sekarang ini Berada didepannya.
Dengan tatapan mata tajam yang haru perlihatkan kepada diri nya sekarang ini, membuat hari menelan air liur nya sendiri.
 
Namun urin mata hari tertuju pada tangan kanannya haru, Yang terluka Bahkan menetes di atas meja nya. "Ada apa dengan tangan mu?? Jika kau biarkan seperti ini, yang ada luka itu akan infeksi!" Ucap hari yang memberanikan untuk bersuara.

"Apa peduli mu?" Jawab haru tanpa ekspresi." Pergilah!! Aku tidak butuh bantuan mu!"

"Ya-ya! Tentu saja aku peduli! Kau sudah menolong ku dua kali? Dan sekarang aku berhak untuk menolong mu sebagai balas Budi!" Menatap haru.

"Aku tidak butuh balas Budi dari mu!! Pergilah!!" Usir haru.

"Aissss..! Kau sangat keras kepala!" 

Hari pun menarik satu kursi lalu mendekatkan nya di kursi hari setelah itu mengambil tasnya. Untung lah hari selalu membuat kotak P3K hanya untuk berjaga jaga siapa tau ada yang butuh bantuannya suatu saat nanti Dan itu pun terjadi sekarang.

"Sini tangan mu!' ucap hari.

"Untuk apa?" Tanya haru.

"Aissss... Kode sekali Anda?' ucap hari.

Hari pun langsung menarik tangan kanan haru paksa, kemudian iya membuka kontak P3K dan mulai mengobati luka di tangan nya.

"Tahan sedikit, mungkin ini akan terasa sedikit sakit! Tapi orang seperti mu mana mungkin bisa merasakan sakit!" Ucap hari.

Ketika hari mulai mengoleskan Salep di tangan nya, rasa perih yang iya rasakan sekarang ini. Ingin sekali haru menarik tangan nya, dan menyuruh gadis ini untuk berhenti melanjutkannya.

Rasa gengsi itulah yang haru pikirkan. Haru tidak mungkin berteriak dihadapan gadis ini walaupun ekspresi nya berubah sesekali saat hari tidak melihat kearahnya.

"Bagaimana sudah merasa baikan?"  Tanya hari sambil melihat haru.

Tidak ada jawaban yang haru berikan bahkan tatapan matanya pun masih sama seperti tadi. Hari pun melanjutkan mengoles salep ditangan haru dan seketika ekspresi nya berubah terlalu banyak aib yang iya gunakan untuk hari ini. Saat hari melihat kearahnya haru berpura-pura tetap tenang seolah olah tidak merasakan sakit sedikit pun.

  "Rasanya seperti sunat!" Batin haru, saat menahan rasa sakit.

Yuhu Mimin up❤️.
Jangan lupa beri vote dan follow supaya kamu mendapat cerita yang lebih menarik lagi.
Happy reading~~~

I can be loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang