Jingga kembali menemaniku yang hendak menemui salah satu laki-laki yang juga ingin mendapatkan tempat di ingatanku. Aku tidak bisa melanjutkan perbincanganku dengan Abbas dan Kartika, mereka juga hendak pulang karena hari sudah sore.
Aku masih mengenakan jaket yang dipakaikan Abbas padaku, hangatnya masih membuatku nyaman. Seakan-akan Abbas ada memelukku dari belakang, ini saja sudah membuatku tenang.
Aku hendak menemui Jonas, ini adalah prinsipku sebagai manusia yang dibesarkan dengan baik oleh ayahku. Ayahku bilang, tolak apa yang tidak kamu sukai, namun jangan jauhkan sesuatu yang bisa memberimu kebaikan.
Aku yakin, Jonas memiliki kebaikan yang mungkin suatu saat akan aku perlukan. Aku tidak ingin menjauhinya seperti yang aku pikirkan sebelumnya. Tidak mencintai bukan berarti membenci bukan?
Jonas masih menungguku di Sudirman, aku memintanya begitu. Jarak antara kafe dan Sudirman memang dekat, jadi aku hanya tinggal berjalan kaki menuju ke sana. Beberapa meter dari arahku berjalan, Jonas sudah terlihat. Laki-laki tinggi dengan tas olahraga berwarna merah dengan corak Michael Jordan yang juga merupakan kesukaan Jonas terlihat olehku.
Aku melambaikan tanganku ke arah Jonas. Jonas melihatku, ia tersenyum lalu berjalan mendekat ke arahku. Wajahnya penuh kecemasan, aku tidak pernah bilang risih ketika Jonas mencemaskanku seperti ini. Mungkin, beberapa hari ini keberadaan Abbas yang tidak pernah aku duga akan menyita perhatianku sebesar ini berhasil membuat Jonas terlihat lebih tidak berpengaruh untuk perasaanku.
"Kamu gak apa-apa?" ucap Jonas ketika akhirnya bisa melihatku berdiri tepat di hadapannya. Aku memandang ke arah Jonas yang sudah mengganti pakaiannya dengan kaos polos berwarna hitam, membuatnya tampak lebih manis dari biasanya.
"Gak apa-apa, tenang aja, Nas." Aku berusaha menenangkan kepanikan yang nampak di wajah Jonas.
"Gimana aku bisa tenang, Ratu kan suka keterlaluan kalau udah gangguin kamu. Kamu beneran gapapa?" ucap Jonas masih mencemaskanku.
"Aku gak apa-apa, Jonas. Lagian tadi kebetulan ada Abbas juga yang bantuin aku," ucapku akhirnya menjelaskan jika aku berhasil menghindari Ratu dengan bantuan Abbas.
Mendengar nama Abbas diucapkan olehku, perhatian Jonas kini beralih pada jaket yang masih aku kenakan. "Ini jaket dia?"
"I—iya." Aku hanya bisa menjawab dengan singkat pertanyaan Jonas yang nampak tidak senang mendengarnya.
"Kenapa gak dibalikin lagi?" ucap Jonas.
"Bajuku masih basah, Abbas hanya mencoba membantuku," ucapku menjelaskan. Jonas masih memandangiku, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.
"Jangan sebut namanya di depan aku, aku gak seneng dengernya." Jonas mengerenyitkan keningnya.
"Kenapa sih? Lagian kalian kan temen sekelas? Masa kalian mau berantem gara-gara aku?" ucapku dengan percaya dirinya merasa jika aku jadi bahan rebutan Abbas dan Jonas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Meters Apart
Teen FictionErina Pramaswati masih terobsesi dengan cinta pada pandangan pertama yang ia temui di sebuah perlombaan tingkat SMP yang pernag ia ikuti. Tanpa tahu nama, asal sekolahnya dan informasi apapun menyangkut anak laki-laki itu, Erina masih amat terobsesi...