Suatu perbedaan

79 47 100
                                    


.

I hate bullshit

.

>< SERINA ><


plak

Rasa sakit menjalar pada hatinya saat tamparan hebat yang datang dari sang ibu mengenai pipi Serina. Ia menatap Rina dengan tatapan kecewa. Tangannya memegang pipi sebelah kiri. Membekas, merah, sudut bibirnya pun berdarah. Tapi itu semua tidak sebanding dengan rasa sakit dalam hati Serina.

Luka luar yang mungkin dapat disembuhkan, tapi luka dalam sulit. Biarpun sembuh, akan membekas.

"Ini apa! Ngapain aja kamu selama ini, Serina?!" sentak Rina sembari membanting kertas yang merupakan hasil tes matematika Serina.

Serina diam. Ia masih tak percaya dengan apa yang dia dapatkan tadi.

"Jawab!"

"Aku belajar, belajar, belajar, dan itu yang buat nilai aku jadi jelek, ma." Serina beralih ke arah kertas ulangannya, ia mengangkat kertas itu dan menunjukkan nya pada Rina. "Bahkan mama gak pernah hargain hasil kerja keras aku, gimana aku mau semangat untuk jadi juara kelas?"

"Setidaknya kamu berusaha-"

"Aku udah usaha, ma. Ini hasil dari usaha aku, mama harus terima," sela Serina.

"Kalau kamu kayak gini terus. Kamu bakal kalah saing dengan Cia, Serina!"

Serina menarik nafasnya pelan. "Aku gak pernah kalah saing dari dia."

Gadis itu menunjuk semua piala beserta piagam nya yang tersusun rapih di dalam kamar. "Itu semua? Apa pernah mama kasih pujian ke aku?"

Serina terkekeh. "Gak pernah, ma."

"Karena kamu tidak pernah mendapatkan juara satu!" Nafas Rina memburu. "Selalu juara dua."

"Apa pernah kakak dapat juara pertama?"

Rina terdiam.

"Kakak yang bahkan juara pertama dari terakhir, mama selalu puji dia di depanku."

"Apa pernah mama puji aku di depan kakak?"

"Aku iri, ma."

"Aku mau dipuji mama."

Air mata menggenang di pelupuk mata Serina. Ia menunduk dan memejamkan matanya membuat air itu jatuh begitu saja ke lantai.

"Mama sayang sama kamu! Tapi kamu gak pernah ada buat mama, Ser!" ucap Rina.

"Selama ini gue dianggap apa sih sama mama?"

Serina hanya diam, ia hanya berkata dalam hati.

"Sedangkan kakak kamu? Dia dapat kejuaraan lomba, teman-teman mama selalu muji kakak kamu, dia cantik lemah lembut, kakak kamu penurut. Itu yang buat mama selalu puji dia," lanjut Rina.

"Terus aku ini apa, ma?! Siapa yang bantu mama baikan sama papa, hah?!"

Cukup, runtuh sudah kedewasaan Serina. ia meninggikan suaranya pada sang ibu. Serina sudah muak dengan keadaan. Dimana dirinya selalu impossible di mata Rina.

Serina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang