Makan malam itu diselesaikan dengan canggung. Jisoo membuat Jeonghan duduk diam sementara dia mencuci piring.
Sambil mendengarkan suara air dan benturan gelas, Jeonghan masih berpikir bahwa dia bermimpi.Lelaki ini lahir dari keluarga yang terhormat, berada di puncak baik dari penampilan dan kemampuan. Dia lembut dan anggun, bahkan tiran dingin seperti Choi Seungcheol bisa luluh dibawah senyumannya, apa yang tidak sempurna darinya?
“Apa yang kepala kecilmu ini pikirkan dengan begitu serius?” Jisoo mengusap kepala Jeonghan, tersenyum tipis.
“Tidak ada.” Jeonghan menunduk, menyembunyikan ekspresinya.
Jisoo memandang kucing pendiam ini sambil menghela napas. Melihat apartemen kecil dan sepi ini terasa agak menyedihkan. Dia tidak pernah sekalipun melihat Jeonghan tersenyum dengan megah, dia hanya akan tertawa sedikit sambil menjaga diri, bertindak sempurna dan menyendiri.
Kadang dia berpikir bahwa itu karena Jeonghan terpaksa tinggal bersama keluarga lain sementara tidak punya orangtua di sisinya. Itu benar. Lebih dari itu, dia pikir Jeonghan menjadi seperti ini karena dia ingin membuktikan dirinya pada Seungcheol.
Ketika Jisoo melihat matanya yang cerah ketika berbicara pada Seungcheol, dia mengerti segalanya.
“Kami bertemu saat sekolah menengah, lebih tepatnya di perjamuan makan malam saat ulang tahun Kakekku. Dia seperti landak kecil yang garang, seperti semua orang adalah musuhnya. Dia sangat sopan tapi agak tidak sabaran.” Jisoo menatap jendela kecil di sisi dapur, nadanya santai dengan sedikit perasaan nostalgia.
“Kami memiliki hubungan diatas kesopanan untuk sementara waktu. Kemudian itu adalah orangtuaku yang ingin segera melihatku berkencan dengan seseorang, Seungcheol kebetulan berada di usia yang sama dan entahlah, semuanya terjadi begitu saja.”
“Jika kau bertanya apakah aku menyukainya, aku juga tidak yakin.”
Jeonghan segera melihat Jisoo dengan terkejut. Jisoo hanya tersenyum acuh seperti dia tidak sedang membicarakan dirinya sendiri.
“Kami sudah melakukan ini selama beberapa tahun, kurasa. Aku selalu terjerat dengan karierku dan ingin segera terbang jauh, dia juga begitu. Jadi bisa dibilang kami saling membutuhkan untuk menopang satu sama lain. Semua orang berpikir kami sangat cocok, bukankah begitu?”
Jeonghan telah mengetahui ini jauh sekali, di dalam hatinya, mereka seperti pasangan yang dibuat surga. Jika keduanya bisa bersama dan memiliki keturunan yang cakap, betapa baiknya itu.
Senyumnya tumbuh lebih lebar. Rasa sakit dan ketidakberdayaan itu masih ada disana. Selain orangtuanya, dia hanya menyukai satu orang sepanjang hidupnya, namun sisa hidupnya sepertinya hanya akan dihabiskan untuk melepaskannya.
Jisoo menyadari suasana diantara mereka semakin tidak nyaman. Jisoo tidak berusaha menjangkau dan menenangkan kucing yang terluka itu dan hanya dengan tenang menyelesaikan ceritanya.
“Aku sudah lelah berpura-pura, aku tidak ingin menjalani semua omong kosong ini lagi. Jadi Jeonghan, aku akan mengembalikan Seungcheol padamu.”
Jantungnya berdebar keras. Jeonghan menatap Jisoo dengan kosong, tidak mengerti apa yang dia bicarakan.
Jisoo menggenggam erat tangan dingin Jeonghan, memberinya usapan menyakinkan. “Jangan takut, aku akan membantu kalian berdua.”
.
.
.
Jisoo pergi setelah memberinya sebuah flash drive yang sudah kusam, terlihat sering dipakai, berkata bahwa itu akan membantunya mengurangi rasa sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jumoke [CheolJeongGyu]
FanficJeonghan harap, dia bisa memiliki Seungcheol seperti keinginan yang telah dia pendam sejak pertama kali bertemu. Namun bahkan setelah 21 tahun berlalu, Seungcheol tidak pernah sekalipun melihat ke arahnya. Tidak akan pernah. "Aku sangat mencintaim...