Chapter 11

211 18 0
                                    

Sebenarnya otak saya saat nulis ini benar-benar masih buntuuu bangettt. Gatau kenapa, gaada ide sama sekali buat ngrangkai kata-kata. Jadi mohon maaf banget kalau kurang puas sama chapter ini. Biasanya saya terinspirasi sama adegan di Gintamanya. Tapi karena udahnyelesein animnya jadi gada inspirasi ehew.

So, selamat membaca!!

Maap banyak typo!

Seorang wanita dengan wajah cerah serta mata sebiru laut, antara usia menginjak dua puluh tahun-an dengan baju merah belahan paha membuatnya menjadi perhatian banyak orang, rambut panjang yang di gerai tak lupa sebuah jepit rambut  bertengger manis di rambut sebelah kanannya. Rambut berwarna jingga itu berkibar mengikuti arus angin yang cukup kencang di siang hari ini. Bibirnya yang tipis tertarik keatas menunjukkan sebuah senyuman yang membuat siapa saja terpana ketika menatapnya.

Gadis itu membuka payungnya yang sejak tadi di genggamnya secara perlahan. Payung tersebut di pakainya menutupi kepalanya dari teriknya panas matahari di musim ini. Gadis berpayung itu berjalan meninggalkan terminal kota edo, senyumannya senantiasa menghiasi wajahnya dengan kulit berwarna putih pucat miliknya itu.

Menatap perubahan kota edo disekitarnya, membuatnya merasa sedikit menyesal dulu sempat meninggalkan kota ini. Dia menghela nafas sejenak, masih dengan langkah kakinya yang tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat menuju ke sebuah jembatan, tempat dimana dulu dia sering merenungkan diri. Gadis itu berhenti sejenak.

Menatap aliran sungai yang cukup tenang, menghirup udara yang segar, sudah lama dia tidak menghirup udara sesegar ini. 7 tahun terakhir dia berkeliling berpindah pindah antara planet satu dengan yang lain, tidak ada satupun planet yang dikunjunginya memiliki udara yang segar seperti ini. Setiap kali dia bernafas pasti yang dis hirup udara dengan debu yang senantiasa bersama. Untungnya dia bukan manusia biasa, yang secara tidak langsung berpengaruh dengan pernafasannya. Jadi sampai sekarangpun paru-parunya masih sehat.

Mata gadis itu menatap seorang anak kecil berambut cokelat pasir berlari kearahnya dengan kencang tanpa memperdulikan sebuah batu bertengger manis di depannya, Gadis itu segera dengan reflek mengulurkan kedua tangannya menangkap sosok malaikat kecil itu, payung ungunya dia lempar secara tak sadar.

Perempuan berambut jingga itu menatap wajah anak laki-laki yang ada di pelukannya saat ini, dia menjongkokkan tubuhnya agar sejajar dengan anak laki-laki tersebut, gadis itu menatap matanya yang berwarna  hitam dengan campuran warna merah. Ah entah mengapa wajahnya mengingatkannya akan seseorang. Apalagi dengan rambut coklat pasirnya itu. Kagura gadis yang sudah tumbuh menjadi dewasa, dan baru saja kembali ke Edo hari ini mengusapkan kepala anak laki-laki itu menggunakan tangannya. Dia tersenyum singkat, lalu meraih kedua lengan anak tersebut,

"Lain kali, hati-hati ya! Jangan sampai tersandung, itu bisa menyakitimu." suara lembut Kagura memenuhi telinga anak itu, anak itu hanya memasang wajah penuh rasa bersalahnya sambil mengangguk lemah.

"Ak-u tak akan mengulanginya lagi, terimakasih Onee-san," Kagura mengangguk, lalu segera berdiri, anak laki-laki itu berlari ke belakangnya, dengan senyumannya yang tiba-tiba melebar serta matanya yang berbinar seperti baru saja menemukan air di tengah-tengah padang pasir.

"Okigoo!!!" teriakan anak itu, membuat Kagura menoleh kebelakang, menatap seseorang yang tiba-tiba dipeluk oleh anak laki-laki tersebut. Mata biru laut Kagura mengarah pada payung ungunya yang bertengger manis di tangan besar milik laki-laki yang di peluk oleh anak kecil itu.

"Yuki-kun, sudah berapa kali ku bilang jangan berlarian di sekitar sini! Berbahaya, bagaimana jika kau masuk ke dalam sungai?" Nasihatnya dengan suara yang tegas dan keras, Kagura hanya diam menyimaknya, wajah pria itu tertutup payungnya yang di pegang di tangan kanannya sehingga tmenutupi sebagian wajahnya, yang gadis itu lihat hanya rambut coklat pasir panjang dengan warna yang sama dengan anak kecil tadi tergerai indah, anak rambutnya sesekali berayun-ayun menutupi wajahnya mengikuti aliran angin disekitar.

"Ah nona, maafkan aku, dia telah merepotkanmu. Ini payung milikmu. Untungnya tadi tidak msuk ke sungai." suara laki-laki dewasa di tangkap oleh telinganya. Gadis berbaju merah dengan model khas china itu mengulurkan tangannya meraih payung unguny, dia menutup payung tersebut agar tidak menghalangi pandangannya, lalu di pegangnya payung itu di tangan kirinya, Kagura tersenyum singkat.

"Okey t,erimaka-" Ucapan Kagura terhenti saat manatanya bersitatap dengan mata merah gelap itu, nafasnya tercekat. Bulu kuduknya berdiri seketika. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang seperti dia bru saja berlari mengelilingi seluruh bumi tanpa beristirahat. Sementara wajah laki-laki itu menunjukman raut yang tak berbeda dengannya. Mata merah gelap itu membulat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini. Bibirnya terkatup rapat. Namun sedetik kemudian laki-laki itu dapat menetralkan wajahnya agar se-biasa mungkin. Kagura pun sama, Gadis itu dengan segera menyentuh dadanya yang bergemuruh. Berharap ggar dirinya dapat lebih tenang.

Gadis itu menatap laki-laki yang da di depannya. Wajahnya lebih dewasa di banding dulu, rambutnya berubah menjadi panjang tergerai hanya dia kucir seadanya, laki-laki itu memakai Hakama putih dengan bawahan hakama juga berwarna putih, di pinggangnya terdapat sebuah katana yang indah seindah pemiliknya. Kagura menelan ludahnya pelan. Dia memalingkan wajahnya agar tidak menatap wajah laki-laki itu.

Sementara laki-laki bersurai pasir itu masih menatap Kagura yang penuh dengan perubahan. Bagaimanapun sudah 7 tahun berlalu. Tidak mungkin akan sama dengan dulu. Anak kecil di samping nya menarik narik ujing lengan hakamanya, pria itu dengan segera mengalihkan pandangannya ke arah bocah di sampingnya.

"Ada apa Yuki-kun?" tanyanya dengan nada lembut, tidak sekeras dan setegas tadi. Bulu kuduk Kagura semakin meremang mendengar suara  berat pria itu, wajahnya memanas seketika.

"Oigoo pulang! Ayo pulang! Nanti Okaasan mencari!" ucap anak kecil dengan umur kisaran 5 tahun itu, Pria berhakama putih mengangguk pelan, lalu mengikuti langkah anak kecil itu yang ada di depannya. Bagaimanapun dirinya masih belum siap bertemu dengan gadis itu sekarang, tapi sayangnya dia sudah terlanjur bertemu,nsetidaknya dia tidak bisa menatap wajah itu lama-lama.

"Bye bye Oneesan!" lambai anak kecil tersebut ke arah Kagura. Kagura tersenyum. Tangannya terkepal erat menahan gejolak di tubuhnya, sementara laki-laki di belakang anak kecil itu acuh tak acuh melewatinya tanpa melirik dirinya sedikitpun. Kagura hanya diam lalu melanjutkan langkahnya menuju ke tempat ayah angkatnya dengan argumen-argumen yang memenuhi  Otak manis kecilnya itu.

Siapa anak kecil tersebut?

Hallo! Saya buat Ehem mamas Sougo rambutnya panjang ya! Gatau kenapa suka aja gitu pas rambutnya panjang ehew!!

OkikaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang