Chapter 16

358 16 3
                                    

“Jadi, apa yang kau khawatirkan lagi Kagura Chan? Bukankah kapten Okita sangat baik? Dia juga tampan bahkan para wanita Edo, banyak yang mati-matian mengejarnya tapi tidak bisa mendapatkan hatinya,” Ujar Soyo hime dengan lancarnya, Kagura mendesah pelan,

Memikirkan lamaran Sougo yang tiba-tiba hampir membuatnya gila, ya memang dia ingat sedikit kejadiann saat dia mabuk malam itu. Sepertinya dia sangat ceroboh mengatakan suka begitu mudahnya di hadapan sadis. Sangat menyebalkan. Dia bahkan tidak menyangka kapten divisi 1 Shinsengumi itu besoknya langsung melamarnya tanpa fikir panjang. Sepertinya dia sudah gila,

“Bukan begitu Soyo, aku hanya sedang tidak ingin berkeluarga kau tahu? Aku ingin bermain-main dengan lelaki, sayang kecantikanku jika tidak kugunakan dengan baik. Lagipula dia juga sering bermain dengan perempuan bukan?”

“Wah dari mana kau mendengar itu? Setahuku dia bahkan tidak mendekati seorang perempuan pun disini. Dia juga tidak pernah merespon wanita Edo yang mengejarnya, kau tahu dia terkenal sangat dingin loh,” Kagura terdiam, dia lalu mengambil sebuah sukonbu dan memakannya dengan perlahan,

“Eng, ah bagaimana dengan Nobutatsu? Bukankah mereka ada hubungan?” Soyo yang mendengar pertanyaan Kagura terkejut,

“Ah.. Nobume. Tidak kok,”

“Benarkah? Dari raut wajahmu sepertinya kamu berbohong Soyo. Aku fikir mereka ada hubungan,”

“Jangan terlalu berfikir Kagura Chan. Tidak mungkin jika kapten Okita sudah ada hubungan dan dia malah melamarmu. Dia bukan orang seperti itu bukan?” Jawab Soyo lalu berdiri berjalan keluar kamar,

“Aku akan mandi. Katakan pada Kamui, aku tidak akan ikut dia pergi.” setelah mengatakan itu, Soyo menghilang seiring dengan ditutupnya pintu kamar.

Kagura, gadis dengan rambut berwarna jingga menatap langit-langit kamar dengan nuansa putih itu, dia membuang nafas pelan. Saat ini dia tinggal dirumah Kamui-Soyo. Yah mereka sudah menikah beberapa waktu lalu, sekarang tinggal bersama. Dan Kagura dengan santainya mengganggu mereka dengan tinggal di rumah Kamui. Oke dia benar-benar bisa di sebut obat nyamuk saat ini.

“Huh, sepertinya aku harus mencari tempat tinggal Aru,” gumamnya lalu menutup kedua matanya menggunakan tangan kanannya.

“Kau bisa tinggal di rumahku semaumu.” sambung seseorang membuat Kagura mengerutkan alisnya,

Kagura menyingkirkan tangganya dan dengan segera memposisikan tubuhnya menjadi posisi duduk, saat merasakan kasur yang sedang dia tiduri bergetar seperti ada seseorang yang ikut mendudukinya.

Kagura menatap seseorang yang ada di hadapannya, laki-laki dengan rambut coklat pasir, rambut panjangnya terurai rapi bergerak-gerak seiring udara yang melewatinya. Kagura membuang muka jenuh,

“Tidak bisakah kau mengetuk pintu dahulu? Tidak sopan langsung masuk ke kamar seorang gadis.”

“Heh? Untuk apa? Lagi pula sebentar lagi kita akan menikah,” Kagura yang mendengar perkataan laki-laki di hadapannya ini langsung melirik tajam.

“Sejak kapan aku setuju?” jawab Kagura ketus. Tanpa Sougo sadari jantung gadis itu sudah seperti akan melompat dari tempat asalnya.

“Cih, Berapa hargamu China? Aku bisa membelimu berapapun harganya, mengapa kau bersikap mahal?” 

“Kau!! Sialan!! Berhenti menggangguku!”

“Terserah. Plin-plan!” setelah mengatakan itu Sougo segera keluar dari kamar Kagura meninggalkan Kagura yang terpaku mendengar makian laki-laki bersurai cokelat pasir itu.

Sougo, melepas halamannya kasar mengganti pakaiannya dengan kemeja berwarna hitam, rambut coklat panjangnya di kuncir pendek dengan rapi menyisakan poni dan beberapa anak rambut yang tidak ikut terikat.

Laki-laki itu mengambil sepatu formal miliknya dengan kasar membuat  suara yang cukup keras. Mitsuba yang kebetulan sedang ada di rumah adik laki-lakinya saat ini mengintip dari celah ruang tamu melihat Sougo yang sepertinya sedang dalam mood buruk. Sementara Hijikata melihat istrinya mengintip menepuk bahu Mitsuba pelan.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

“Ah kau mengagetkanku bodoh! Aku sedang melihat Sougo, dia sedang marah. Sangat jarang sekali.”

“Ah mungkin karena gadis Yato itu membuatnya menunggu jawaban lamaran darinya,” Mitsuba yang mendengar ucapan Hijikata sedikit terkejut.

“Jangan bercanda! Mengapa aku tidak tahu?” laki-laki pecinta mayonaise itu hanya menjitak dahi Mitsuba pelan.

“Sudahlah, nanti kujelaskan. Sekarang kita pulang. Yuki sendiri dirumah, bagaimana jika dia bangun!”

Nobume, gadis bersurai biru tua itu duduk di bibir pantai menikmati serpaan angin yang cukup kuat, sekali-kali ombak menerjang mengenai kakinya yang putih tanpa noda, hanya ada bekas luka yang sepertinya tidak akan menghilang.

Gadis itu membuang nafas pelan, merasa lelah menunggu, dia berdiri berjalan menelusuri bibir pantai sesekali memainkan pasir putih menggunakan kakinya yang saat ini tanpa alas kaki. Berjalan lurus mengikuti pembatas pantai.

“Huh, sudah berapa lama ini” desahnya pelan, Nobume menyeka bulir pasir yang menempel di wajahnya, hari ini dia memakai gaun one piece berwarna putih tanpa corak, lengan gaun tersebut sangat pendek sehingga memamerkan ketiaknya yang bersih tanpa rambut, sementara panjang gaun di bawah lutut, berkibar mengikuti arah angin.

Tangan gadis itu melambai, saat melihat seseorang berjalan mendekat ke arahnya, senyum Nobume terpancar begitu hangat. Tapi sedetik kemudian memudar saat mengetahui bahwa yang datang bukanlah seseorang yang sedari tadi ditunggunya.

Gadis itu membalikkan badannya, berjalan berlawanan arah dengan seseorang yang sedang menujunya saat ini.

“Nobumee-san!”

“Aku tidak ada urusan denganmu Yamazaki! Kembalilah!!”

“Tidak bisa. Aku di berikan pesan oleh Okita -san kamu yakin tidak ingin mendengarnya?” Nobume segera menghentikan langkahnya, berbalik menatap polisi Edo yang berlari setengah tergesa ke arahnya.

Yamazaki menatap Nobume dengan wajah ngos-ngosannya, pria itu memegangi dadanya, membuang nafas menarik nafas dengan perlahan, hingga dia bernafas dengan normal. Sementara Nobume hanya menatap laki-laki di depannya malas.

“Cepat katakan! Aku tidak ingin membuang waktuku lagi,”

“Oke-oke jadi Okita kaicho--”

Gadis itu meremas ujung gaunnya dengan keras kuku tangannya yang cukup panjang melukai telapak tangannya, suara Yamazaki yang sedang menjelaskan sesuatu seakan-akan terbang di terpa angin pantai di sore hari, sekumpulan burung gereja yang tadinya berkerumunan di bawah pohon rindang seketika memisahkan diri mereka masing-masing terbang dengan tujuan yang berbeda. Pandangan mata gadis itu tiba-tiba berkabut, seperti langit yang tadinya cerah di datangi oleh awan gelap dan tidak lama dari itu, embun-embun  yang selalu bersama dengan awan itu jatuh ke tanah membasahi bumi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OkikaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang