Chapter 12

212 16 0
                                    

Seorang anak kecil kisaran umur 3 tahun dengan rambut berwarna perak kebiruan memakan sukonbu yang ada di tangannya dengan lahap, disekitar bibirnya berceceran remahan sukonbu , sementara meja di depannya sudah di penuhi dengan bungkus sukonbu yang cukup banyak. Kagura menggeram marah, dia mslototi anak tersebut dengan tatapan tajam berani sekali menghabiskan sukonbu miliknya!

"Tsa chan! Apa yang kamu makan?!" suara bentakan Kagura membuat gadis kscil itu menoleh ke arah kagura dengan tampang imutnya, untung saja dirinya tidak bisa terpengaruh oleh tampang imut anak kecil.

"Sukonbu!!" ucap anak itu sambil tetap melanjutkan menguyah sukonbu, Kagura semakin germ di buatnya,

"Milik siapa itu sukonbunya?!"

"Kagura Nee-san!" jawabnya dengan penuh semangat, kilatan marah Kagura terlihat di matanya yang berwarna biru laut itu, Kagura mendekati anak tersebut, mencubit pipinya yang  chubby dengan geram.
Membuat anam kecil itu meringis kesakitan, tak lama setelahnya cairan bening meluncur dengan halus dari kelopak matanya diikuti dengan rengekannya yang keras, Kagura yakin suara rengekan tersebut akan terdengar sampai luar.

Sementara Gintoki yang mendengar teriakan anak kecil segera berlari menuju ke ruang tamu, melihat anak gadisnya yang dianiaya oleh Kagura. "Kagura! Apa yang kau lakukan ke anak gadisku?!" Kagura segera menoleh ke arah sumber suara gadis itu memutarkan matanya malas,

"Hah? Aku hanya mencubit pipinya aru! Lagi pula dia duluan menghabiskan sukonbu milikku! Bahkan tidak menyisakan sedikitpun untuk ku!" Gintoki hanya menggelengkan kepalanya, lalu mendekati anaknya mengelus ngelus pipinya yang tadi dicubit Kagura.

"Hanya aku yang boleh menyentuh pipi Tsaya!" teriak Gintoki, "lagipula kau kemari tanpa membawa oleh-oleh, jadi anggap saya sukonbunya oleh-oleh untuk anakku!"

"Kau mau ku bawakan bangkai monster bakajiji! Aku pergi bukan untuk bertamasya. Padahal tadi aku berniat memberikan susu untuk Tsaya, tapi sukonbuku malah sudah di habiskan aru. Yasudah tidak jadi aru." Gintoki segera melotot mendengar perkataan kagura, lalu merebut sukonbu yang tersisa dari tangan anaknya.

"Tsaya chan, kembalikan sukonbunya ya! Ini milik Kagura nee-chan nanti biar Kagura membelikanmu susu!"  Kagura mendecih pelan, dasar paman tua. Batinnya,

Tsaya yang sukonbunya direbut oleh Ayahnya segera menangis kembali dengan raungan yang lebih keras dari sebelumnya.

" Apa yang kau lakukan terhadap anakku hah!" teriak seorang wanita yang tiba-tiba datang dari arah dapur, tangannya memegang solet dengan celemek menempel di tubuhnya, Tsukki dengan gesit melemparkan solet ke arah Gintoki, tepat sasasaran mengenai jidat laki-laki bermata ikan tersebut, Gintoki mengaduh kesakitan. Sementara Kagura tertawa dengan keras, pemandangan yang seharusnya di abadikan. Gintoki dan Tsukki sudah menikah, tepat 4 tahun lalu, bahkan sekarang  sudah di beri buah hati. Kagura turut hadir di upacara pernikahannya. Tapi selang 1 hari dirinya kembali ke luar angkasa.

Shinpachi yang baru saja datang menggelengkan kepala, dia membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot.

"Yare yare, pagi-pagi sudah sangat berisik!" keluhnya, matanya menelusuri rumah Yorozuya, terpaku dengan gadis berambut vermilion panjang itu wah Kagura benar-benar sangat cantik.

"Kagura chan? Kapan kau kembali?"
Kagura segera menoleh ke sumber suara,

"Ah shinchan? Kemarin sore aru. Mengapa kau baru saja kesini? Kemarn aku tidak melihatmu sama sekali aru?"

"Biasa dia melihat konser Otsu," Jawab Gintoki yang sudah menggendong anaknya Tsaya, lalu keluar, "aku mau mengajak Tsaya jalan-jalan" lanjutnya kemudian punggungnya hilang di  telan waktu

Kagura mengangkat bahunya acuh, menuju ke dapur,"Apa ada yang perlu ku bantu Tsukki? " tanya Kagura sambil menatap Tsukki yang masih fokus dengan nasi kepal di tangannya.

"Tidak perlu, nanti bisa-bisa hancur semua." Kagura melongo dengan kejujuran yang diucapkan Tsukki,  jika dirinya yang dulu memasak tentu akan hancur, tapi dirinya yang sekarang tidak mungkin.

"Asal kau tau tsukki aru, aku sudah pandai memasak sekarang!" ujarnya dengan bangga, Tsukki menatap Kagura sejenak.

"Ah kalau begitu aku ingin minta tolong,"

"Ya, katakan saja?"

"Bisakah kau membelikanku pipa rokok? Pipa milikku di patahkan oleh Tsaya kemarin,"

"Hah? Kukira kau mau membuatku membantumu memasak? Baiklah, di mana aku bisa membelinya" Kagura melipatkan kedua tangannya di dada kemudian menerima selembar uang yang di julurkan Tsukki.

"Aku memesannya di Hijikata, kau mungkin bisa menemuinya di markasnya sekarang. Aku tidak tau dia bekerja atau libur. Jika libur kau bisa menuju ke rumahnya." Kagura menghela nafas pelan.

"Sejak kapan Mayora menjual pipa rokok? Dan juga yang pasti saja Tsukki, rumahnya atau markasnya? Ah ngomong-ngomong aku tidak tau di mana rumahnya."

"Penjual langgananku sudah pindah ke luar Edo, dia teman Hijikata, Hijikata hanya sebagai perantara. Hm menurutku kau lebih baik ke markasnya. Nanti jika tidak ada Hijikata pasti salah satu bawahannya menunjukkan arah, jika dia di markas itu berarti keberuntunganmu" Gadis china itu berbalik pergi meninggalkan dapur tanpa sepatah kata lagi. Dia mengelus kepala Sadaharu yang sedang tertidur. Sadaharu membuka matanya saat merasakan seseorang menyentuh bulu kepalanya.

"Ayo antarkan aku ke markas Shinsengumi," Sadaharu mengaung lalu berjalan keluar dari rumah Yorozuya mengekori Kagura, Kagura menunggangi sadaharu dengan tubuh menyamping. Rambut jingga yang di kuncir dua dengan sisa anak rambut terbang dengan bebas.
Dia turun saat sudah di depan gerbang markas Shinsengumi, tidak ada siapapun yang menjaga gerbang itu saat ini. Dengan santai gadis berambut jingga itu memasukinya matanya menelusuri sekitar terpaku dengan seseorang yang sedang duduk di teras sambil menikmati kue Anpan di tangannya. Kagura mendekat, dia  yang merasakan seseorang mendekatinya segera menoleh,

"Wah? Etto- Gadis Yorozuya ?" Tanyanya ragu, sambil menatap Kagura yang saat ini sudah tepat di sampingnya," sejak kapan kau kembali?" lanjutnya.

Kagura menatap Yamazaki sejenak,"Ya kemarin,"

"Ah ada keperluan apa kau kemari?" Kagura diam sejenak, kemudian menatap Yamazaki,

"Anu aku mencari mayora- eh maksudku Hinikata-san," Yamazaki mengangguk, lalu berkata "Sekarang wakil komandan sedang tidak ada di markas dia sedang berpatroli. Dan mungkin akan kembali nanti siang." Kagura mendesah dengan lesu,

"Oke tolong bilang pada Mayora em Hijikata maksudku, bahwa aku mencarinya, suruh dia ke tempat Yorozuya dan membawa Pipa rokok. Terimakasih." setelah mengatakan itu tanpa menunggu jawaban Yamazaki gadis itu segera melenggang pergi.

Beberapa helai surai cokelat pasir berterbangan di bawah pohon sakura yang sudah mulai berguguran, Kagura menatap pemilik surai yang menggangu penglihatannya itu, berjalan mendekat agar dapat melihat dengan jelas ssang pemilik. Jantungnya berdebar kencang saat melihat pemilik surai cokelat pasir itu, sedang tertidur di bawah pohon dengan mata tertutup rapat, tak lupa sebuah masker mata berwarna merah melekat dengan pas di matanya. Rambutnya yang panjang melambai-lambai dengan indah kadang beberapa helaian rambutnya jatuh menutupi wajah tampannya itu. Kagura  tetap melangkah mendekat, semakin mendekat hingga jaraknya hanya beberapa cm dengannya. Gadis china itu berjongkok, menundukkan kepalanya agar dapat menikmati pemandangan dengan jelas. Ah dia jadi ingat kemarin bertemu pria ini di jembatan, tapi dengan sombongnya laki-laki sialan ini tidak menyapnya sedikitpun. Kagura mendecih kesal, tapi tangan kananya terulur kedepan  menyentuh wajahnya, menyingkirkan beberapa helaian rambut yang menutupi wajah pria itu.

Sougo yang merasakan seseorang menghalangi silaunya matahari mulai terusik, sebuah tangan membelai pipinya membuat dia merasa merinding, bulu kuduknya berdiri seketika, dengan sekejap Sougo meraih mencekal dengan erat tangan kecil yang menyentuhnya itu, tangan kirinya membuka penutup matanya. Menatap manik biru laut di depannya dengan tatapan tajam seperti menunjukkan kemarahan. Kagura yang ketahuan memandang segera gelagapan, dia membuang muka berusaha melepas cekalan laki-laki di depannya ini.

OkikaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang