Part 37

48 5 6
                                    

Happy Reading❤

Typo komen!

Sama seperti bunga yang butuh waktu untuk mekar. Luka pun butuh waktu untuk memudar.
-🌼

"SAYA TIDAK SUDI PUNYA ANAK SEPERTI KALIAN!" teriak nya.

Langkah Senja dan Ikhsan terhenti. Kepala mereka menoleh kebelakang. Aura Senja sudah menyeramkan. Kaki nya melangkah untuk mendekati Rani. Tepat di depan Rani Senja berhenti.

"Kalau saya bisa milih, saya juga tidak mau di lahirkan oleh Anda. Tapi apa daya kita ini pemeran dan sutradara nya adalah Tuhan dan skenario nya adalah takdir." ucap Senja dengan santai. Mata nya menatap ketiga laki-laki di belakang Rani. Ia melangkahkan kaki nya mendekat.

"Kalian tau luka bakar?" tanya Senja dengan santai. Mereka menyeritkan dahi nya tak lama mereka spontan mengangguk.

"Butuh waktu untuk sembuh. Sama seperti saya dan adik saya. Butuh waktu untuk sembuh. Luka itu sudah mengering tapi sekarang basah kembali. Bahkan bekas luka itu belum hilang dan tidak akan pernah hilang," lanjut nya.

Jleb..

Mereka terdiam menyadari maksud perkataan Senja. Ikhsan mendekati sang kakak dan merangkul bahu nya.

"Bahu ini adalah bahu terkuat yang pernah saya kenal. Dan sudah waktu nya saya membiarkan bahu ini untuk istirahat," ucap Ikhsan dengan santai namun sangat menusuk keempat orang yang ada di sana. Tak lama terdengar suara memanggil Senja dan Ikhsan.

"NON.. DEN.." teriak Bi Siti sambil tergopoh-gopoh. Senja dan Ikhsan langsung berlari kepelukan Bi Siti. Bi Siti sudah meneteskan air mata nya.

"Kalian gapapa? Ada yang sakit?" tanya Bi Siti memastikan keadaan mereka.

"Enggak ada kok Bi," ucap Ikhsan menenangkan Bibi mereka yang khawatir.

"Syukurlah." Mata nya menatap keempat orang di sana. Matanya menatap sendu.

Sesak sekali.

"Bibi kenal mereka kan?" tanya Senja dengan halus.

"Pasti Non. Maaf yang dulu Non." ucap Bi Siti.

"Gapapa. Kak Na sama Ikhsan malah seneng tau," ucap Ikhsan dengan senyum lembut. Mata Gio tak lepas dari mereka. Suara mobil berhenti di dekat mereka. Tak lama Daddy dan Mommy keluar dari mobil. Tak lama Dika datang dengan motor sport milik nya. Jangan tanya mereka tau dari mana. Tentu dari Pak Udin yang tidak sengaja bertemu di restoran.

"SENJA.. IKSAN.." teriak Mommy dengan raut khawatir.

"Mommy.. Senja capek," Ucap Senja dengan lirih di pelukan Sinta-Mommy Dika. Pelukan itu mengendur. Mata Senja menutup dengan perlahan. Sayup Senja mendengar orang memanggil nama nya sebelum kegelapan menelan nya.

"KAK NA!"

"SENJA!"

"NON!"

Teriak semua orang yang ada di sana. Tubuh Sinta akan ikut ambruk jika Dika tak menahan nya. Ikhsan dengan cekatan mengambil alih tubuh Senja dan meminta seseorang untuk ikut dengan nya. Namun tak di sangka Gupta dan Bagas yang ikut. Ikhsan tak memikirkan itu sekarang hanya Senja yang ada di pikiran nya.

Bertahan Kak buat Ikhsan. Ikhsan mohon. Batin Ikhsan perlahan air mata nya keluar.

Beda dengan keadaan di mobil yang sudah panik bukan main. Di jalan tadi suasana tegang. Perlahan Mommy mendekat, matanya memerah dan tangan nya terkepal.

S E N J A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang