Part 45

194 7 5
                                    

Happy Reading❤

Typo komen!

"Kenapa kau datang lagi? Udah ga bisa hidup tanpa harta lagi?" tanya Riza anak perempuan dari Raina.

"Saya tidak butuh harta sepeser pun dari kalian, karena saya sendiri sudah punya harta tanpa harus jadi beban orang tua!" jawab Ikhsan dengan muka datar namun terdapat sindiran halus di dalam perkataannya. Riza pun terdiam mendengar jawaban dari Ikhsan. Lama-lama bisa kena mental dia.


"Saya sebenarnya juga tidak ingin menginjakkan kaki ke rumah ini, tapi karena kakak saya butuh keadilan jadi saya datang kemari," ucap Ikhsan dengan formal. Semua orang terkejut mendengar ucapan Ikhsan.

"Silahkan di jelaskan dok, tempat dan waktu di persilahkan" kata Daddy sambil memberi kode kepada Dokter Wanda.

Dokter Wanda mendekat ke arah mereka. Tiga puluh menit berlalu, semua nya tampak terkejut bukan main, semua mata tertuju kepada Raina.

"Tega kamu sama keponakan sendiri!"

"Benar-benar tidak punya hati!"

"Dasar gila!"

Hujatan demi hujatan keluar dari mulut mereka semua tanpa sadar. Ikhsan yang mendengar itu sangat mengganggu telinga nya seperti ada yang salah,

"Tidak usah menghujat kalian sama saja, hanya saja beda tingkatan." ucap Ikhsan dengan wajah datar.
Semua orang terdiam mendengar ucapan Ikhsan. Mau melawan tapi itu semua adalah kenyataan.

"Sekarang gimana keadaan Senja?" tanya salah satu om nya.

"Baik, dan lebih baik jika tidak bertemu dengan orang semacam kalian."

Deg.

Ucapan itu adalah ucapan yang mereka katakan pada Senja saat umur 6 tahun. Saat mengetahui bahwa Senja yang memberikan racun kepada minuman Bagas. Kedua kakak nya itu hanya diam. Mereka melihat mata Ikhsan yang mengisyaratkan akan kecewa, sedih, marah, lelah, dan sedikit putus asa.

Ia menutup mata nya agar emosi nya mereda. Saat menutup mata bayang-bayang Senja menasehati nya waktu di teras rumah di temani kopi hitam dan pisang goreng buatan Senja. Suasana nya sedikit mendung, membuat udara menjadi sedikit dingin.

Ia ingat bahwa Senja berkata,

"Dek, jadi orang tuh harus lapang dada, menerima apapun yang terjadi."

"Kalau tak sesuai dengan ekspetasi kita?"

"Jangan gantungkan apapun di dalam ekspetasi mu." ucap Senja ter-jeda dan menyeruput kopi hitam nya.

"Tapi gantungan semua nya pada usaha dan niat mu"

"Kenapa?"

"Jika kau hanya berekspektasi semua nya baik-baik saja karena itu hanya haluan mu dek bukan kenyataan mu" Setelah itu kedua nya diam.

"Setiap orang punya masalah sendiri-sendiri. Kita tidak untuk menghakimi mereka."

"Kalau mereka punya salah sama kita?" tanya Ikhsan menoleh ke arah kakak nya.

S E N J A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang