14. Nona muda

1.1K 74 0
                                    

Pesta ulangtahun putri satu-satunya keluarga itu akan diadakan besok dan malam itu semua orang mulai sibuk mempersiapkannya.

Jalan masuk menuju rumah sudah dihiasi dengan bola-bola lampu dan rangkaian bunga yang cantik. Ruangan utama di lantai satu menjadi tempat diadakannya pesta. Kesan mewah pun begitu kuat pada dekorasinya. Semua bernuansa merah muda, sesuai keinginan nona muda.

Dia ingin yang sempurna untuk pestanya kali ini, karena semua teman-temannya akan datang besok. Baik itu yang di dalam negeri ataupun luar negeri

"Aku dengar-dengar, nona Adisti akan memakai gaun bertabur berlian yang dipesan khusus dari perancang ternama di Perancis."

"Wah, dia pasti terlihat sangat anggun dengan itu."

"Bukankah itu terdengar tidak tahu diri."

Nala menoleh pada orang yang baru saja mengatakan hal itu. Siapa lagi jika bukan Gisel, si gadis mulut cabe yang selalu melontarkan kata-kata pedas.

"Jaga bicaramu, Gisel. Jangan sampai orang-orang mendengarnya," ujar Ajeng.

Gisel mengedikkan bahunya. "Itu kenyataannya. Dia hanya bisa menghabiskan uang keluarga ini. Padahal, dia bukan siapa-siapa di rumah ini."

"Sudah, urus saja urusanmu."

Gisel mendelik. "Iya, baiklah."

Nala menatap Ajeng yang hanya tersenyum kepadanya tanpa mau menjelaskan apa yang tadi dikatakan Gisel. Nala yang merasa tidak perlu tahu soal itu pun tak mau bertanya-tanya. Lebih baik dia mengurusi pekerjaannya untuk membersihkan area ruang utama yang dipenuhi sampah-sampah hasil dekorasi.

Tetapi, ke mana pun dia pergi, semua orang sibuk menceritakan tentang pesta itu.

"Nona Adisti punya teman-teman yang populer. Beberapa dari mereka adalah artis papan atas. Kudengar, Tuan Dilan juga mengundang penyanyi pop Kirana Maheswari. Aku sudah tidak sabar untuk melihatnya secara langsung besok."

Kirana Maheswari? Serius? Ya ampun! Dia kan salah satu penyanyi favoritnya Nala! Dan dia juga mengkoleksi semua albumnya.

"Kirana akan datang ke sini?" tanya Nala pada wanita berambut pendek di belakangnya.

"Iya. Apa kamu menyukainya?"

Nala mengangguk semangat. "Iya, saya sangat mengaguminya. Dia cantik, pintar, dan suaranya bagus sekali."

"Itu sebabnya Tuan Dilan memiliki hubungan baik dengannya. Kirana memang perempuan yang sempurna. Mungkin saja Tuan Dilan menyukainya."

Nala tidak peduli dengan manusia satu itu. Yang dia pikirkan saat ini ialah, bagaimana caranya agar besok dia bisa berfoto bersama dengan penyanyi

favoritnya itu. Apalagi mengingat ponselnya masih ditahan oleh Dilan. Sepertinya dia tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mengabadikan momen itu.

Nala juga masih malu untuk menemui Dilan setelah insiden gas yang menurutnya mengandung racun itu terjadi.

"Di mana Gisel? Apa kamu melihatnya?" Tiba-tiba, Adisti menghampirinya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Caranya berdiri, berbicara dan menatap seseorang, menunjukkan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari lawan bicaranya.

Unboxing My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang