16. Rasa yang lalu

1.9K 118 22
                                    

"Bukankah itu gaun dan sepatu milikku? Seingatku, aku sudah membuangnya. Apa kamu mengambilnya dari tempat sampah?"

Nala mendengar pertanyaan itu dengan sangat jelas. Bukan hanya dirinya, tapi juga semua orang yang ada di ruangan itu.

"Tapi, ya sudahlah, itu cocok untukmu. Lain kali, aku akan memberikannya langsung padamu. Jadi, tidak perlu mengambilnya dari tempat sampah. Ya?"

"Adisti, cukup!" Keenan menyela, "kamu sudah bicara terlalu banyak."

Dilan melirik Keenan yang berbicara dengan tatapan dingin pada Adisti. Ini adalah kali pertama dia melakukannya. Kenapa? Apa wanita itu begitu penting baginya?

Adisti terlihat mengerling, tak peduli dengan ucapan Keenan. Apa yang dilakukannya barusan adalah balasan bagi Nala karena sudah membuat pestanya sedikit berantakan.

"Ayo, ikut aku!" Keenan menarik Nala, membawanya pergi dari tempat itu. Tentu saja, tangan Keenan yang memegang pergelangan tangan Nala saat itu menjadi pusat perhatian banyak orang. Mereka pun bertanya-tanya mengenai hubungan keduanya.

"Siapa gadis itu?"

Dilan menoleh pada neneknya yang berdiri di sampingnya entah sejak kapan. "Staf baru di rumah kita, Nek."

"Tangannya terluka, apa dia baik-baik saja?"

"Keenan akan mengurusnya."

"Gadis itu sangat cantik. Aku seperti pernah melihatnya, tapi di mana...."

Dilan tersenyum, "Mungkin, kemarin Nenek bertemu dengannya di rumah ini."

"Tidak. Aku pernah melihatnya. Dia sangat mirip dengan-"

"Dilan, apa yang terjadi?" Kirana tiba-tiba muncul, memotong pembicaraan keduanya.

Dilan menggeleng, "Bukan apa-apa."

"Nenek...." Kirana memeluk wanita paruh baya di depannya dengan penuh perhatian. "Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu."

"Kirana.... kabarku menjadi lebih baik setelah melihatmu. Iya, kan, Dilan?"

Dilan menatap Kirana yang juga menatapnya penuh arti. Pipi wanita itu tampak merona merah dan seperti yang dikatakan orang-orang, Kirana adalah arti kecantikan yang sesungguhnya. Namun, meski begitu, Dilan tidak pernah merasakan hal aneh ketika bersamanya. Seperti jantung berdegup kencang yang dirasakannya beberapa waktu lalu pada suatu kejadian.

"Iya," ujar Dilan sekenanya.

"Kamu sangat cantik malam ini, Kirana. Di mana calon suamimu?"

Kirana semakin tersipu. "Nenek, aku belum punya calon suami."

Diana tampak terkejut mendengar pengakuan itu. "Benarkah?"

Kirana tersenyum, "Iya."

"Kenapa? Apa kamu menunggu seseorang?"

Pertanyaan itu penuh makna tersirat, keduanya pun tahu itu.

Kirana melirik Dilan lagi kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Tidak juga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unboxing My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang