Please don't be a silent reader, okay?
Vote and comment, juseyo~
~||||||~
Taeil memejamkan matanya, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Saat ini pria manis itu berada di salah satu kamar mewah yang ada di mansion Doyoung, Taeil terkurung sendirian di kamar bernuansa hitam dengan rantai yang membelenggu tangan kirinya. Rantai itu cukup panjang dan di tanam di lantai kamar membuatnya tak bisa keluar dari kamar itu walaupun ia tetap bisa memutari seluruh ruangan kamar. Tangis Taeil pecah membayangkan hidupnya yang akan terbatasi lagi seperti dulu.
Taeil tidak tahu apa yang membuat Doyoung begitu terobsesi padanya, ia bukan berasal dari keluarga chaebol seperti Doyoung, bahkan kedua orang tuanya telah meninggal saat Taeil berada di tahun kedua sekolah menengah atasnya. Doyoung adalah orang yang ambisius, ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya. Taeil mendongak menatap pintu yang terbuka, memperlihatkan Doyoung dengan pakaian santainya. Posisi Taeil sekarang berada di atas ranjang king size dengan kedua lutut yang tertekuk di depan dadanya dan kepala yang tadinya ia tenggelamkan di lipatan lengannya.
Taeil menatap Doyoung yang berjalan mendekat ke arahnya, pria itu masih sama seperti dulu. Tampan, seksi, posesif, pemaksa, dan juga egois. Hanya saja Doyoung yang dulu memiliki sisi yang hangat, perhatian, manis, dan romantis. Bagi Taeil, Doyoungie-nya terlihat menggemaskan seperti kelinci, tapi sisi lain Doyoung yang membuatnya muak. Pria itu benar-benar ingin memonopoli Taeil untuk dirinya sendiri, bahkan mengancam akan menghancurkan orang-orang terdekat Taeil hanya untuk membuat pria bermarga Moon itu tetap berada di sisinya. Hal yang membuat Taeil berakhir geram dan memutuskan untuk meninggalkan Doyoung sejauh yang Taeil bisa.
"Kenapa menangis Hyungie? Apa kau tidak tahu seberapa tersiksanya diriku selama lima tahun ini karena kau meninggalkanku?" Doyoung mengusap lelehan air mata Taeil yang jatuh membasahi pipinya.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku .... Hiks!"
Doyoung menggenggam tangan Taeil yang tidak terikat oleh rantai, menciumnya dengan begitu lembut seolah-olah akan hancur jika ia tidak berhati-hati.
"Karena aku mencintaimu Hyung! Karena aku selalu mencintaimu Taeil Hyung! Aku ingin kau selalu berada di sisiku apa pun yang terjadi!"
"Kau sakit Doyoung! KAU SAKIT!!!" Taeil berteriak, ia lelah, pria di depannya ini tidak pernah mengerti.
Wajah Doyoung menggelap, tangannya menarik rambut Taeil dengan kencang hingga kepala pria manis itu mendongak ke atas.
"Iya, aku sakit! Aku begitu mencintaimu hingga hatiku terasa sakit saat kau menghilang sedetik saja dari pandanganku Moon Taeil! Apa kau tahu itu?! APA KAU TAHU SEBERAPA SAKITNYA AKU SAAT KAU MEMILIH MENINGGALKANKU?!!"
Taeil memejamkan matanya, kepalanya terasa pening saat Doyoung menarik kencang rambutnya. "Sa-sakit .... Hiks!"
Doyoung menatap dingin Taeil yang kesakitan, ibu jarinya bergerak mengusap bibir bawah Taeil yang lembap dan merona seperti buah persik yang matang. Taeil yang mengerti niat Doyoung mulai memberontak, dengan panik Taeil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Doyoung.
"Ja-jangan! Lepaskan ak-mmpphh!"
Doyoung mencengkram rahang Taeil, mencium bibir ranum pria mungil itu dan melumatnya dengan kasar. Menyesap bibir atas dan bawahnya bergantian dengan rakus. Taeil merapatkan bibirnya, mencoba menolak saat merasakan lidah Doyoung berusaha menyelinap ke dalam mulutnya. Doyoung menggigit bibir bawah Taeil hingga pria manis itu meringis, Taeil merasakan rasa anyir bersamaan dengan lidah Doyoung yang menerobos masuk ke dalam mulutnya. Taeil merasa pandangannya mengabur, air matanya kembali jatuh membasahi pipinya, luka hatinya kembali menganga lebar karena sikap kasar Doyoung. Ketika tautan bibir mereka terlepas, Taeil dapat melihat kilatan nafsu dan kerinduan di mata Doyoung.
Pria tampan bermarga Kim itu mengelus pipi Taeil dengan lembut membuat pria mungil itu tersentak pelan dan memalingkan wajahnya. Masih dengan isakan kecil, Taeil mundur. Mencoba memberi jarak antara ia dan mantan kekasihnya. Doyoung menatap Taeil, begitu mendominasi dan menekan hingga pria manis itu meremang takut. Doyoung menurunkan tangannya, mengelus leher putih Taeil yang terekspos jelas dengan erotis. "Kau tahu sayang, memilikimu adalah hal yang paling kuinginkan seumur hidupku. Jika kau mencoba kabur atau meninggalkanku lagi,"
Pria itu mendekatkan wajahnya ke telinga Taeil dan berbisik dengan nada yang mengancam, "Konsekuensinya akan jauh lebih buruk dari yang kau bayangkan."
Taeil terdiam, matanya menatap kosong ke depan setelah mendengar ancaman Doyoung. Pria itu telah pergi dari kamar ini beberapa saat lalu setelah dengan seenaknya mengecup dahi Taeil. Ia tahu Doyoung selalu serius dengan perkataannya. Harusnya ia tak mendekati Doyoung yang sedang menangis penuh kesedihan hari itu, harusnya Taeil tak mengulurkan tangannya pada Doyoung dan menghiburnya saat itu. Benar! Sejak awal ini salahnya! Taeil terlalu peduli pada orang lain hingga ia tak menyadari kepedulian itulah yang membuat dirinya sendiri hancur. Doyoung bahkan tega mengurung dan mengikatnya seperti hewan peliharaan.
Suara ketukan dan pintu yang terbuka membuat Taeil mengalihkan pandangannya. Di sana terlihat seorang lelaki dengan pakaian khas butler berdiri menghadap ke arahnya dan membungkuk sopan.
"Tuan Moon, saya Dong Sicheng, anda bisa memanggil saya Winwin. Tuan Kim memerintahkan saya secara khusus untuk menjadi butler pribadi anda dan mengurus semua kebutuhan anda di mansion ini."
Taeil tak menjawab dan hanya memandangnya sekilas dengan tatapan yang masih kosong, sepertinya ucapan Doyoung masih memengaruhi pikirannya. Winwin hanya tersenyum, ia mengerti bahwa calon pendamping tuannya ini mungkin masih terguncang. Dengan perlahan Winwin berjalan mendekat ke arah Taeil, dengan senyum sopannya ia membungkukkan badannya lagi. "Mohon bantuan untuk ke depannya, Tuan Moon. Saya pastikan anda merasa nyaman dan tidak kekurangan apa pun selama tinggal di sini."
Taeil tersenyum sinis, apa bedanya jika ia diperlakukan seperti raja di sini? Taeil tetap saja dikurung di tempat ini, pria manis itu hanya ingin bebas. Taeil tak ingin lagi berurusan dengan Doyoung dan semua obsesinya pada Taeil. Sudah cukup lima tahun lalu Doyoung menahan dan mengendalikannya.
"Keluarlah."
"Ya?" Winwin menatap bingung Taeil.
"Keluarlah, Winwin." ulang Taeil dengan nada yang dingin.
"Tapi, Tuan Moon saya-"
"Kumohon keluarlah Winwin, aku ingin sendiri! Apa kau tidak mengerti?" Taeil mengusap wajahnya kasar, nada suaranya kian melirih tanda putus asa.
Winwin menghela napas pelan dan tersenyum, ditatapnya Taeil yang terlihat frustasi. "Kalau begitu, saya akan kembali satu jam lagi Tuan. Silahkan nikmati waktu anda."
Taeil membaringkan dirinya di ranjang, ia memiringkan badannya dan meringkuk seperti bayi. Perlahan Taeil menyentuh rantai yang mengunci rapat pergelangan tangan kirinya, Taeil menghela napas kasar. Tidak bisa! Taeil harus keluar dari mansion ini secepatnya, sebelum hatinya benar-benar jatuh kembali pada Doyoung. Pria manis itu memang mencintai Doyoung, sekeras apa pun logikanya menyangkal, sekeras itu juga hatinya menyuarakan perasaan yang sama, Moon Taeil mencintai Kim Doyoung.
~||||||~
TO BE CONTINUED
NEXT?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim || Doil
FanficTaeil tidak mengerti, ia hanya seorang penjual bunga yang berniat mengantarkan pesanan ke rumah salah satu pelanggannya. Tapi, pemuda manis itu justru berakhir terkurung di mansion besar milik pelanggannya. ⚠️WARNING!!!⚠️ BXB TAEIL UKE AREA!!! Doyou...