° Arunika °

4.2K 597 69
                                    

Senandung suara jangkrik menghiasi jamuan makan malam di tengah keluarga sulung Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senandung suara jangkrik menghiasi jamuan makan malam di tengah keluarga sulung Mahendra. Haruto kala itu, hanya sibuk memutar garpu guna menyuap bihun goreng buatan Amih yang dimasak khusus untuk menyambut kedatangan salah seorang teman lamanya.

Gelak tawa menguar ke segala penjuru ruangan. Kalau boleh jujur, itu sedikit memekakan telinga. Haruto juga adiknya Kinasih; wanita cantik  berambut hitam lurus yang hanya terpaut usia enam tahun dengannya, mencoba bersikap sebaik mungkin juga sesopan yang mereka bisa. Karena—ya, memang sudah seharusnya begitu.

Makan malamnya berjalan normal, sama seperti makan malam pada umumnya. Namun entah mengapa, Haruto tak kersaan makan. Dirinya malah terus memainkan lauk di piring seraya menyingkirkan beberapa bawang goreng karena ia kurang menyukainya pun nafsu makannya saat ini seolah menghilang padahal sebelumnya ia amat lapar.

"Cep Haru …" sang ibu memanggil, membuat tatap Haruto yang semula tertunduk ke piring kini mulai ditanggahkan. "Ini lho teman semasa sekolah Amih, dulu kita punya janji kalau anaknya sepasang bakal kita dijodohkan. Tapi nggak apalah, kita lihat aja dulu ke Solo nanti. Mbak Sumiyati ini anaknya manis sekali, Cep!"

Haruto tersenyum sekenanya, berusaha untuk tidak menolak dengan gamblang. Dirinya hanya mawut-mawut setuju sembari memilin ujung rambut di tengkuknya.

Matanya lalu bertemu mata Kinasih, membelalak sesaat kemudian dinormalkan kembali. Keduanya hanya saling bertukar obrolan imaginer yang masih harus dipendam untuk saat ini.

°

°

°

"Asih, kan anaknya Bu Sumi tuh laki-laki yah ... kok jadi Aa yang dijodohin?"

Begitu sampai di kamar, Haruto menelungkupkan badannya di ranjang. Berteriak sedikit dengan muka yang ditekan pada bantal agar suara melengkingnya itu teredam dan tak terdengar sampai luar.

Kinasih hanya menggendikkan bahu, walau dengan jelas sang kakak tak bisa melihat pergerakannya pada saat itu.

"Si Amih mah suka aya-aya wae," (Mamah emang suka ada-ada aja) katanya acuh kemudian memandang komputer pentium satu yang terlihat sedikit berdebu. "A, dibersihin atuh komputer teh meni karebul kieu, ih!" (Kak, dibersihin dong komputernya, berdebu banget, ih!)

"Duh, Asih. Aa keur lieur ngadon ngabahas komputer geura." (Yaampun, Asih. Kakak lagi pusing malah bahas komputer.)

Tidak ada obrolan lagi setelahnya, hanya Kinasih yang kemudian pamit untuk pulang ke kamarnya. Meninggalkan Haruto yang kini sibuk bergelut dengan hening. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada kehidupannya.

 Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada kehidupannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setapak Sriwedari | hajeongwoo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang