2. Hai Nadine

529 96 6
                                    

Mereka telah sampai setelah melakukan perjalanan kurang lebih dua puluh menit dengan menggunakan mobil masing-masing.

Tampak seisi resto langsung memperhatikan mereka berlima tatkala pintu terbuka dan mereka masuk.

Berjalan ke arah tempat yang menurut mareka nyaman, duduk melingkar dan menunggu pelayan datang.

Setelah pelayan datang, mereka melihat-lihat menu yang ada. Kurang lebih dua menit mereka memilih, akhirnya pesanan pun di siapkan.

"Baiklah, waktu penyajian makanan dan minumannya kurang lebih lima belas menit ya Pak. Di mohon tunggu sebentar,"

Zaid mengangguk pelan, mereka berlima berbincang hangat sambil menunggu makanan disajikan.

"Lo tadi sholat dimana sih Mal?"

Legi membuka pertanyaan pada Kemal karena tiba-tiba saja ia terpikir dimana laki-laki ini pergi disaat jam makan siang dan sholat.

Kemal menunjuk ke arah Masjid Istiqlal. Legi, Wawan, Satria dan Zaid melihat. Mereka mengernyit heran.

"Jauh amat sholatnya, ada apa?" ungkap Wawan heran.

Kemal menggeleng, ia bahkan tidak tau mengapa langkah kakinya membawa ia untuk menghadap Tuhannya sejauh itu padahal di dekat kantor ada masjid. Dan biasanya mereka seisi kantor sholat disana.

"Gatau dah! Cuma kek ada firasat aja mau kesana, sekarang anehnya jantung gue juga kek bedebar!" jawabnya bingung.

Satria diam, meneliti wajah Kemal. " Lo ketemu siapa tadi di dekat Istiqlal?"

Mendengar pertanyaan itu, Kemal menjadi kaget. Darimana Satria tau?

"Gue temenan sama lo deket Mal, gue tau. Siapa yang lo temuin?" ucapnya lagi seakan tau mimik wajah Kemal yang kaget karena ucapannya.

Laki-laki itu tersenyum simpul, " Gatau siapa, tapi dia berhasil bikin gue kepikiran."

Zaid memandang wajah Kemal yang entah mengapa tiba-tiba saja berubah menjadi memiliki kharisma yang sebelumnya Zaid tidak pernah tau.

"Sholat di masjid cewenya?" tebak Zaid.

Kemal memandang Zaid, lalu ia menjawab. " Pas gue ucap Assalamu'alaikum, dia jawabnya Shalom!"

Dan dari situ, mereka tau bahwa Kemal telah jatuh hati pada seseorang yang hanya bisa berjalan berdampingan dengan arah yang berbeda dengannya.

Kemal menghela nafas berat, tak lama makanan pun datang dan percakapan itu mereka alihkan ke topik yang lain.

Menikmati makan siang yang kedua sambil berbincang. Hingga saat suapan terakhir, Kemal merasa jantungnya semakin berdebat kuat.

"Sat, lo temenan sama gue dah lama. Gue juga lebih pro ke lo daripada nih tiga orang. Jantung gue makin berdebar, itu kenapa?" tanya Kemal heran, mungkin saja Satria tau alasannya.

Satria melirik ke arah pintu restoran, ia menatap seorang gadis yang berjalan sendiri dengan membawa tumpukan buku. Hendak masuk ke dalam resto.

"Makin berdebar gak Mal?" tanya Satria.

Kemal mengangguk, Satria terkekeh.

"Cewenya pake baju hitam, bawa buku terus rambutnya hitam curly?" tebak Satria lagi.

Kemal kaget, " Kok lo–!"

ting

Suara bel berbunyi saat gadis itu masuk ke restoran, Satria meliriknya. " Itu dia," ucapnya dan spontan Kemal berbalik badan begitupun dengan Zaid, Wawan dan Legi yang langsung mengikuti arah pandang Satria.

"Hai Nan, udah pulang gereja kamu?" sapa Kasir yang ada di resto tersebut.

Gadis itu berjalan masuk sambil tersenyum, " Iya nih, rame banget tadi di gereja. Untung aja gak telat-telat banget. Aku masuk duluan ya Li!" ucapnya.

Gadis itu masuk ke ruang ganti dan tentunya mata Kemal tidak bisa lepas dari gadis itu hingga ia masuk ke dalam ruangan.

Kemal berbalik badan lagi, ia menatap Satria. " Cantik Mal, cocok sama lo. Fisiknya aja tapi, masalah Tuhan gabisa di tolerir. Kalian beda!" jelas Satria.

Kemal mengangguk, tai perlu dijelaskan pun ia tau bahwa dari sudut manapun tak ada kata sama untuk dia dan gadis itu.

"Tau Sat, lagian gue cuma suka aja soalnya dia cantik terus sopan. Suaranya juga lembut, cuma itu. Gak ada niatan suka yang lain," ucapnya yakin.

Legi memasang ekspresi mual ingin muntah mendengar ucapan Kemal, dilihatnya gadis itu sudah keluar. Legi pun menepuk tangannya pelan sebanyak tiba kali sambil memanggil pelayan.

"Udah selesai, pulang aja ya?" ajaknya dan tak lama pelayan pun datang.

Zaid merogoh dompetnya, dan seketika ia kaget karena ia telah salah membawa dompet.

"Woi! Ini dompet yang atmnya baru bikin! Gak ada uangnya!" ucap Zaid panik.

Spontan mereka berempat menatap Zaid menolongo, " Yang lain?" tanya Zaid bingung.

"Gue tinggal di mobil," ucap Satria.

"Gue juga," sahut Legi.

"Saya juga Mas, tinggal di mobil karena mikir Mas Zaid yang bayar!" jawab Wawan.

Zaid menatap Kemal, " Pinjem dulu Mal, ada gak? Gue transfer ntar pas pulang," ucap Zaid takut.

Kemal mengangguk, untung saja ia membawa dompet nya masuk. Tampak ekspresi lega di wajah mereka.

Masih menunggu tapi tak kunjung pelayan itu datang, akhirnya Kemal menoleh dan menepuk tangannya tiga kali dengan pelan.

"Bill!" ucapnya.

Ia mengambil dompet dan mencari kartu miliknya, pelayan datang dan berbidiri di depan Kemal.

"Berapa Mba?" tanya Kemal sembari menghitung uang cash yang ia punya.

"Totalnya lima ratus delapan ribu rupiah," ucap pelayan tersebut.

Kemal terdiam, tunggu! Ia mengenal suara ini! Tanpa basa-basi ia langsung saja mendongak ke atas dan menatap pelayan tersebut.

"Kamu?" ucap Kemal kaget.

Begitupun dengan gadis itu, ia juga kaget saat melihat Kemal. " Eh!" ucapnya.

Legi mengerti kondisi ini, " Kami duluan ya Mal, lo selesain pembayarannya! Ayok pulang," ucap Legi sambil menarik ke empat temannya untuk bergerak pergi meskipun mereka masih berniat tinggal dan mendengar obrolan Kemal dengan gadis di depannya ini.

"Ayok jangan ganggu!" ucap Legi greget dengan penuh penekanan, akhirnya mereka berempat pergi dengan wajah kepo. Meninggalkan Kemal dan gadis pelayan itu sendiri.

Ternyata uang cash yang Kemal punya cukup, " Ini ya," ucapnya sambil memberikan uang senilai lima ratus lima puluh ribu.

Gadis itu menerima uang Kemal sambil tersenyum, " Baiklah, tunggu sebentar kembaliannya!" ucapnya. Gadis itu berjalan pergi ke kasir untuk mengambilkan kembalian untuk Kemal.

Tentunya dengan mata Kemal yang tidak bisa lepas dari sosoknya. Seakan terhipnotis.

Gadis itu mendekat dan setelah berdiri di depan Kemal. Ia memberikan uang tersebut tak lupa dengan notanya.

"Ini ya, terimakasih dan datang kemba–!"

"Nama kamu siapa?"

Kemal memotong ucapannya, tatapan Kemal tampak sendu. Gadis itu entahlah, tak bisa didefinisikan oleh Kemal.

" Maaf, gimana?" tanyanya bingung.

Sebenarnya pertanyaan Kemal sudah jelas tapi sepertinya mereka berdua sedang grogi jadi Kemal memaklumi. Bodohnya ia bisa percaya diri di depan klien tapi gugup di depan pelayan. Aneh pikir Kemal.

"Nama kamu, aku mau kenalan. Namaku Kemal," ucapnya sopan.

Kemal mengulurkan tangannya, awalnya gadis itu tampak ragu tapi akhirnya ia menerima uluran tangan Kemal dan mereka bersalaman.

"Namaku Nadine Kak," jawabnya sambil tersenyum.

To be continue...

God or Her [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang