24. Kebenaran

191 40 0
                                    

Pintu digedor dengan begitu kuat, membuat seseorang yang baru saja mengunci pintu tersebut kaget.

Lili mengintip dibalik jendela, melihat seorang gadis yang berdiri didepan pintu rumahnya.

"Jeslyn? Ngapain?" gumamnya pelan.

Lili takut ia akan diperlakukan dengan jahat tapi gadis itu masih mencoba berpositif thingking. Jeslyn adiknya Nadien, ia tau Jeslyn seharusnya baik.

Pintu itu pun akhirnya ia buka, Lili menatap Jeslyn bingung. Tapi tak lama, tiba-tiba saja seorang bodyguard datang dan dengan cepat mencekik Lili.

Lili kaget, ia meronta-ronta.

"Lo, gue tau lo udah ke hotel itu buat minta rekaman CCTV. Mana handphone lo?" tanya Jeslyn cepat.

Lili mencoba mencari oksigen disaat lehernya dicekik dengan kuat, Jeslyn merampas tas yang Lili kenakan kemudian mengambil handphone tersebut.

Dengan keadaan Lili yang masih tercekik, Jeslyn mendapatkan handphone itu. Kemudian melempar nya dengan sekuat tenaga hingga handphone itu pun rusak.

Gadis itu tersenyum senang, akhirnya barang bukti bahwa sebenarnya yang dihotel itu adalah dirinya sudah hilang.

Bodyguard itu diperintahkan oleh Jeslyn agar tidak mencekik Lili lagi. Lili langsung menarik oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi rongga pernafasan miliknya.

Senyum sinis terbit dibibir Jeslyn, " Jangan pernah lo cari tau lagi siapa yang ada di rekaman tersebut, gue akan dengan senang hati ngasih tau bahwa yang ada di rekaman itu adalah gue sendiri!"

Wajah Lili kaget, apa? " Lalu kenapa kamu menuduhku?" tanya Lili marah.

"Kamu keterlaluan Jeslyn! Kamu sudah menghancurkan persahabatan lama antara aku dan Nadien!"

Melihat Lili yang seakan melawan, Jeslyn kembali memberi kode dua bodyguard yang ia bawa untuk memegang Lili dengan kuat.

Lili kembali meronta, mereka masuk ke dalam rumah itu. Pintunya pun dikunci oleh Jeslyn dari dalam.

Sudah merasa aman, Jeslyn mengeluarkan beberapa cutter dan juga silet yang ia beli tadi. Lili menggeleng kuat.

"Engga Jes, ENGGA!!" teriak Lili kuat.

Jeslyn tertawa puas, " Kenapa lo takut? Gue cuma mau bermain sebentar sama lo, cuma permainan gores-menggores!"

Kedua tangan Lili dipegang kuat, kakinya juga. Lili tak bisa melawan kekuatan kedua bodyguard yang Jeslyn bawa. Ia pasrah.

Lili memejamkan matanya, sedangkan Jeslyn semakin tertawa puas melihat itu.

"Lo gamau gue ukir nama Kemal diperut? Kalau gitu, lo harus pergi dari sini dan jangan tunjukkin wajah lo lagi di Jakarta!" ucap Jeslyn tegas.

Bibir Lili memucat, kedua tangan dan kakinya mulai dingin. Ia ketakutan sekarang.

"Jangan pernah kasih tau kebenarannya ke Nadien atau gue pastiin lo akan hidup menderita Liliana, semua informasi tentang lo dan keluarga lo udah gue dapetin!" ucapnya lagi , kini sambil menunjukkan sebuah kertas yang berisi semua data tentang Liliana.

God or Her [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang