4. Pria Gagah

416 74 1
                                    

Sekarang Kemal sudah pulang di rumahnya, sepi. Tak ada siapapun. Ibu dan adiknya ada di kampung. Ia tinggal sendiri, merantau ke kota orang dengan membawa tekad dan doa ibunya.

Masuk ke dalam kamar, memandang foto yang kerap menjadi alasannya kuat selama ini adalah ayahnya.

Sudah lama rasanya, sudah banyak sesi masa sulit yang ia lalui karena kepergian sang ayahanda.

Flasback

"Ayah, Kemal pergi tes dulu ya. Do'ain Kemal bisa jadi abdi negara, biar bisa naikin derajat Ayah sama Ibu. Bisa kuliahin Zara sampai sarjana," ucapnya

Laki-laki tua yang badannya sudah mengurus itu tersenyum memandang satu-satunya orang yang ia harapkan. Harapan terakhirnya untuk menghidupkan keluarga sederhana ini.

Punggung yang mulai membungkuk, kulit yang keriput, terlalu sering terpapar sinar matahari membuat kulit lelaki hebat itu gosong. Rambut yang sudah tak lagi hitam sempurna.

Mengelus pelan kepala anak lelakinya, " Doa Ayah akan selalu menyertaimu nak, jangan kecewakan semua perjuangan Ibu dan Ayah ya. Jika suatu saat Ay–!"

Ucapan lelaki itu terhenti, Kemal menggeleng pelan. " Engga, Ayah jangan ngomong hal-hal yang belum terjadi. Harus liat Kemal sukses dulu, harus bahagia hasil uang Kemal dulu. Oke?"

Tak ada bantahan, hanya ada senyum tulus dari sosok itu. " Uhuk uhuk!" Batuknya terdengar pilu bagi Kemal.

Dunia masih terasa surga jika orangtuanya sehat dan sekarang Kemal merasa surganya terasa berguncang.

"Ayah jaga diri baik-baik disini, Kemal pasti banggain Ayah sama Ibu. Gak akan bikin malu Ayah sama Ibu, jadi kebanggaan keluarga ini!"

Tekad Kemal tak main-main karena dia tidak terlahir kaya seperti Zaid, Legi dan Satria. Dia lahir di keluarga sederhana, uang cukup untuk makan, dan semua hal-hal kecil yang selalu ia syukuri.

Namun dia punya satu hal yang tidak semua orang miliki, yaitu tekad yang kuat.

Memeluk tubuh ringkih pria gagah yang dulunya banting tulang menghidupkan dirinya sampai seperti sekarang.

"Kemal," panggil ayahnya.

" Iya Ayah," jawab Kemal dengan pelukan yang semakin erat.

"Sesuatu yang datang akan tetap pergi jika sudah masanya, orangtua tidak kekal didunia. Jaga adik dan Ibu jika suatu saat Ayah sudah menyelesaikan urusan dunia, dimanapun selalu ingat Ayah dan Ibu jika kamu mau mengambil keputusan. Jangan ragu, karna keraguan hanya menghancurkan dirimu!"

Dengan rasa berat hati, pelukan itu mau tak mau harus dilepas. Meski langkah ini terasa berat untuk meninggalkan dua orang yang telah menjadi peran penting hidupnya, tapi entah mengapa setelah melihat senyum Ayah dan Ibu. Semua menjadi ringan.

"Pergilah Nak, gapai cita-citamu. Banggakan kami," ungkap wanita tua yang tersenyum sambil memeluk gadis kecil yang merupakan adiknya.

Kemal mengangguk, namun sebelum benar-benar pergi. Ia menyempatkan diri untuk membungkuk, mencium kaki Ayah dan Ibunya. Mencium kedua pipi orang tuanya. Memeluk erat adik kesayangannya.

Setelah ia semua, lambaian tangan dari mereka bertiga terlihat. Lambaian itu juga Kemal balas. Dan sejak saat itu, Kemal masih tak bisa memaafkan dirinya sendiri perihal karna kepergiannya ia tak bisa bertemu dengan ayahnya untuk yang terakhir kali dan hasil yang ia dapat sangat berbeda dengan kata memuaskan.

God or Her [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang