21. Dimana dia?

183 38 0
                                    

"Keberangkatan kita nanti dipercepat dua bulan, klien tadi konfirmasi ke gue katanya biar cepet aja. Dan oh iya, kita gak jadi naik kapal ke sana. Naiknya pesawat," ujar Satria pada Kemal yang sekarang sedang fokus pada layar komputer di depannya.

Lelaki itu menoleh, menatap Satria heran. " Loh? Kenapa gak jadi pake kapal?" tanya Kemal heran.

Satria tersenyum, sebenarnya ia juga kecewa saat tau keputusan miting itu dirubah lokasi tapi setelah tau yang sebenarnya rasa kesal itu berubah menjadi kesenangan yang tiada tara.

"Ntar kita ke Jerman dulu miting sama klien, kalau udah kelar kita bakalan di ajak naik kapal buat liat pulau terpencil yang udah dibeli sama salah satu klien. Dia ngajak kita liburan gitu!"

Mendengar hal tersebut, senyum dibibir Kemal merekah. " Tapi katanya miting itu berlangsung sebulan, terus gimana? Diubah juga gak jadi sebulan?"

Satria menggeleng, kemudian ia menunjukkan beberapa berkas yang ia bawa tadi. " Gak perlu, kita cukup miting di Jerman selama empat hari. Rincian totalnya udah gue buat dalam bentuk file dan ada berkas fisiknya juga. Yang dari file gue dah kirim ke masing-masing sekretaris klien kita. Yang di file juga udah gue jelasin secara detail jadi nanti miting kita tinggal jelasin beberapa point unggulan yang bikin mereka tertarik!"

Kemal melongo, ternyata Satria bisa melakukannya sendiri? " Untuk kekurangannya gimana? Atau untuk resiko kalau seandainya produk yang bakalan dipasarkan ini gagal? Kira-kira persentase kegagalan dan ruginya berapa?"

Satria berpikir sebentar, " Em mungkin ya, dari analisa data yang udah tertera itu persentase gagalnya gak nyampe dari 5,8% . Tapi kalau itu terjadi kita bisa rugi ratusan juta!"

Menghela nafas pelan, mendengar hal tersebut Kemal hanya bisa diam dan berpikir.

Satria yang tau mimik wajah Kemal, menepuk pelan bahu sahabatnya.

"Gapapa Mal, semua hal itu ada resikonya. Yakin aja, semoga segala urusan kita dipermudahkan sama Allah!" jelas Satria. Kemal hanya bisa mengangguk pelan dan mengamini ucapan Satria berkali-kali didalam hatinya.

Setelah percakapan itu selesai, Satria pergi kembali ke tempatnya bekerja. Kemal duduk sendiri dengan pikiran yang terbagi.

Sejak malam itu tepatnya sudah dua minggu berlalu, malam dimana ia dan Lili dituduh melakukan hal keji. Jay dan Nadien mengekspos kemesraan mereka di awak media.

Tentu saja semua itu diliput dan dipertontonkan di televisi. Terkait Jay yang merupakan pengusaha muda nan sukses, pernikahan mereka seketika membuat booming tatkala saat belanja untuk seserahan ditayangkan.

Kemal hanya bisa diam, dan juga mengingat bagaimana dulu Nadien begitu tidak menginginkan pernikahan itu terjadi tapi sekarang sepertinya gadis itu yang menjadi paling semangat.

Menghela nafas berkali-kali, ia bersandar di kursi yang ia duduki. Mengingat saat-saat dimana mereka berkata bahwa mereka akan saling memperjuangkan.

Flasback

Seminggu setelah malam itu, setelah beberapa hari mereka melarikan dari satu sama lain. Berusaha melakukan segala cara agar tidak bertemu tapi takdir berkata lain.

"Aku gamau lewat sana, kita lewat lorong ini aja. Tadi aku lihat ada Kak Kemal dan temen-temennya ke Istiqlal!" ucap Nadien pada Jeslyn.

Jeslyn mengerling tak suka, " Terserah kamu, aku lewat sana aja. Silahkan lewat lorong sendiri!" ucapnya dan langsung pergi meninggalkan Nadien.

Nadien memandang kepergian adiknya, kemarin adiknya baik dan sekarang sikap adiknya kembali seperti semula. Mengapa bisa?

Gadis itu menghela nafasnya pelan. Ia berjalan sendirian masuk ke lorong silaturahmi antara Istiqlal dan Katedral yang baru saja usai dibuat.

God or Her [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang