Chapter 1 : Black Pearl Forest

7.2K 672 100
                                    


Pemuda beriris hazel penuh binar itu, menatap pemandangan Black Forest dari kaca kereta kuda yang ditumpanginya jenuh. Sejauh mata memandang hanya ada kabut tebal, pepohonan yang menguning, serta dedaunan kering yang menutupi jalanan setapak yang terus mengarah ke belahan utara Astoria. Matahari yang belum muncul menambah suasana mencekam dan kelabu tanah suram itu.

Kereta kuda terus mendekati kawasan yang menampilkan gambaran nyata atas kisah paling tersohor diseluruh Arkham. Desa Vervain dan Hutan Kematian.

Sudah menjadi rahasia umum jika Hutan Hitam kala musim gugur dan segala misterinya adalah sesuatu yang sepatutnya dihindari oleh semua rakyat Kekaisaran Arkham.

Namun entah bagaimana ada manusia-manusia aneh yang merasa perlu mengirim orang-orang naif untuk membuktikan langsung romantisme berbalut petaka di tempat yang terkenal paling mencekam di seluruh Kekaisaran Arkham itu. Sialnya orang-orang putus asa itu tidak berdaya untuk menolak kekonyolan yang mirisnya diprakarsai oleh petinggi Akademi Arkham.

Jaemin Arthfael.

Satu diantara akademisi yang harus terjebak dalam situasi tak menyenangkan, terasing di daerah pinggian Arkham dengan kemampuan bertahan hidup yang nihil, kini mendapatkan hari pengapesannya.

Entah bagaimana awal mulanya hingga ia berakhir dikirim jauh ke wilayah paling pelosok Arkham untuk memenuhi ekspektasi gila orang-orang penasaran terhadap hutan berselubung rahasia itu.

Sebetulnya ia sudah amat antusias karena dapat melakukan penelitian dengan sahabat - sahabatnya di daerah yang selalu disinari matahari sepanjang tahun. Tapi ketika akademi mengumumkan tempat singgah telah berganti menjadi tempat tersuram di dunia ini, Jaemin benar - benar tercenang. Ia masih tak bisa berkata-kata bahkan setelah mengucapkan selamat tinggal pada ibu kota beberapa hari sebelumnya.

Tapi memangnya apa yang bisa ia lakukan selain termenung memandang pohon oak, maple, birch dan ginkgo disepanjang jalanan yang telah ia lalui. Sialnya hutan itu tak ada habisnya dan Jaemin menjadi makin kesal karena ia tidak tahu seberapa luas hutan mengerikan itu sebab ia sedang memikirkan bagaimana cara untuk melarikan diri dari sana jika kemungkinan-kemungkinan buruk yang berkelebatan dalam kepalanya menjadi kenyataan. Jaemin rasa dirinya akan gila.

Jaemin lantas beralih menatap keempat sahabatnya yang sedang tertidur lelap disisinya. Bisa dilihat hanya dia yang merasa perjalanan ini adalah mimpi buruk yang begitu nyata.

Dipaksa untuk tinggal dipinggiran Desa Vervain yang berbatasan dengan kawasan Black Forest, jelas tidak masuk akal.

Meskipun sebenarnya pemandangan musim gugur di hutan ini sangat menakjubkan sekaligus penuh pesona layaknya kota dalam dongeng, itu sebanding dengan bahayanya dan ancaman hewan buas yang jelas lebih agresif menjelang hibernasi.

Jaemin tidak habis pikir dengan optimisme Akademi mengirim mereka ke pelosok antah berantah dan masih mengharapkan mereka untuk tetap hidup. Benar-benar di luar nalar.

Bahkan tanpa memikirkan kemungkinan kalau serigala dan beruang mulai bosan dengan daging salmon atau rusa, sekiranya mereka mulai berpikir jika manusia adalah opsi yang lebih baik. Sekalipun musim gugur adalah musim kesukaan Jaemin, tapi orang waras mana yang mau jadi cemilan makhluk buas di Black forest.

Lagi - lagi Jaemin menghela nafas, masih menopang dagu memandangi canopi atap hutan itu, sesekali memandangi guguran dedaunan jingga kuning yang tersapu angin. Jaemin mengeratkan jubahnya, alih - alih merasa mengantuk, Jaemin malah semakin terjaga rasa gundah dan resah yang membingungkannya semakin jelas. Ia tak tahu apa yang salah dengan dirinya karena Jaemin tidak bisa menghentikan gumulan pemikirannya itu.

Wolf's Bane | Nomin 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang