❦
Chenle berjalan keluar dari manor, menyusuri jalan setapak dan menyebrangi Sungai Blackthorn, lantas masuk ke dalam hutan. Chenle mengeratkan jubahnya saat menembus kabut dan pepohonan gugur yang menjulang di sekelilingnya, lalu menapaki jembatan batu di permukaan sungai. Ia menoleh ke arah hutan yang dimasuki Jaemin sebelum berjalan menuju ke arah yang berlawanan.
Chenle hanya mengikuti langkah kakinya, semakin masuk jauh ke dalam belantara yang mencekam. Kini, Chenle hanya mendengarkan suara burung yang bersahutan pada atap hutan yang rimbun, serta suara kakinya yang menapaki jalan setapak menimbulkan suara bergemerisik saat dirinya menginjak serasah dedaunan. Chenle beberapa kali mengedarkan pandangannya pada rimba yang mengelilinginya.
Ia berusaha untuk tetap tenang dan mengabaikan pemikiran-pemikiran buruk yang menyergap benaknya.
Chenle terus bertanya-tanya apakah pemuda itu akan benar-benar muncul dihadapannya. Gumulan perasaan itu membuat perutnya bergejolak. Ia sungguh berharap jika kecurigaan mereka tidaklah benar.
Chenle terlalu malu untuk mengakui jika ia merasakan gejolak dan desiran membingungkan tatkala mencium aroma maupun saat sosok pemuda itu tertangkap oleh pandangannya. Ya, Chenle memiliki perasaan itu.
Jadi akan sangat tidak lucu apabila seseorang yang membuatnya tertarik ternyata terbukti sebagai orang aneh yang berniat buruk kepadanya dan teman-temannya.
Tetapi sebenarnya ia lebih khawatir bila dirinya akan celaka di hutan yang suram dan penuh bahaya ini, karena mengikuti rasa penasarannya. Apa yang mereka lakukan sebenarnya sangat beresiko karena bila dugaan mereka ternyata salah, mereka bahkan mempertaruhkan nyawa mereka, memancing petaka.
Namun Chenle segera menepis pemikiran itu dan segera mempercepat langkahnya menjelajahi jalan setapak, setiap percabangan, rerimbunan semak dan belukar serta ilalang yang membawanya menuju bukaan padang bunga luas. Chenle kemudian bergegas meneruskan perjalanan tatkala mendengarkan suara aliran jeram dari kejauhan. Tak berselang lama kemudian, Chenle telah melewati pohon banian. Ia akhirnya sampai di air terjun Argyris.
Chenle segera berjalan menuju dek kayu yang berada tak jauh dari air terjun, di bagian di tepian sungai yang mengalir tenang, perpanjangan dari danau atau kolam dibawah air terjun Argyris itu. Chenle duduk di pinggiran dek akasia itu, memasukkan kakinya ke dalam air sungai yang sejuk nyaris sedingin es.
Ia menarik nafas dalam-dalam, memenuhi rongga dadanya dengan udara bersih Lembah Hitam, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia merasakan kedamaian dan kenyamanan memenuhi relung hatinya berada di tempat itu, hingga Chenle melupakan kekhawatirannya dan memutuskan untuk mengambil pena dan buku nya.
Mulai menuliskan imajinasi kasar yang tercipta dari benaknya ketika memikirkan tentang situasi romantis yang mungkin saja terjadi saat ini, di tempat yang begitu indah dan magis untuk dituangkan ke dalam karya tulisnya. Dan selama beberapa saat Chenle terpaku pada kesibukannya, mengguratkan jalinan kata-kata sembari menyantap bekal apel, roti lapis salmon asap dan teh hitamnya. Ia bahkan melupakan sepenuhnya, alasan yang mengharuskan dirinya masuk ke dalam hutan mempertaruhkan nyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolf's Bane | Nomin 🍁
Fiksi PenggemarNomin 💚 Nct Couple Black Forest dengan segala bias suram, cahaya kelabu, kabut rahasia dan legendanya. Clan Neorist bukan hanya bayangan gelap yang menancapkan kuku - kukunya dalam hikayat. Hingga Jaemin, Haechan, Renjun, Chenle, Shotaro, dan Jungw...