2. Anak Miskin ( 2 )

3 1 0
                                    

Perhatian : Cerita ini tidak ada hubungan sama sekali pada agama atau cerita apapun, semua cerita murni dari diriku dengan imajinasi ku. Segala kemiripan orang atau cerita adalah hal yang tidak disengaja.

_________________

Pagi hari jam 06.00

"ah.. Sudah pagi, malam yang menakjubkan" Gwan melihat ke bawah dan ada dua buah roti dan sebotol susu. "wah.. Kakak itu memang sangat baik. Kalau begitu saya bisa pulang membawa ini" Gwan langsung pergi ke apartemen dengan senang.

----------------

'Plak... ' suara keras yang berasal dari apartemen Gwan "APA-APAAN INI!! HANYA DUA ROTI DAN SATU SUSU.. KAU KIRA INI CUKUP UNTUK KITA BERDUA!!! KARENA BEGINI, SEMUANYA AKAN AYAH BAWA DAN KAU CARI SENDIRI UNTUK MU!!" Kata ayah Gwan dengan marah. Akibat pukulan ayahnya, wajah Gwan sangat merah dan membuat Gwan mengeluarkan air mata.

Gwan keluar dari apartemen dan mencoba hal yang ia bisa. Ia membersihkan diri dengan air dan mencoba membantu penjual ayam untuk mengantar ke pelanggan. Semua itu ia kerjakan untuk mendapatkan tiga buah roti. "hah... hari ini sungguh melelahkan. Ah, ternyata sudah sore, waktunya pulang" ia pulang ke apartemen dan membersihkan beberapa luka pada tubuhnya serta mengobati lukanya. Ayah Gwan pulang dengan keadaan mabuk. Saat itu Gwan sudah tertidur serta sedang melakukan pekerjaannya sebagai DS. "Agh.. Saya memang orang bodoh!!" kata ayah dengan marah serta meneteskan air mata "bagaimana seorang seperti ku bisa dibilang sebagai ayah. Menyuruh anak mencari makanan dan aku mabuk-mabukan begini."

"semua itu karena wanita bang**t itu, membuat banyak hutang dengan namaku!! BANG**T" semua ia lontarkan sambil melihat Gwan "maafkan ayah nak, ayah memang tak berguna!!"

----------------


Walaupun jiwa Gwan pergi sebagai DS, tapi tubuh dia masih bisa mendengar apa yang dikatakan ayahnya. Saat itu Gwan lagi berada di panti jompo dan membawa arwah seorang kakek. Saat itu Gwan meneteskan air mata "ada apa nak, kenapa kau sedih" Gwan langsung melihat ke arah kakek yang ia akan bawa dan menghilangkan raut sedihnya "Tidak apa-apa kek, ayo kita pergi!" sang kakek memasuki cahaya dan berkata pada Gwan "jangan kau tutupi kesedihan mu, itu menyakitkan. Kau mengerti?" kakek itu langsung menghilang dalam cahaya.

Setelah itu Gwan langsung menangis dan mengeluarkan air mata, rasa sedih menyelimuti dirinya setelah mendengar kata-kata yang rasanya seperti mustahil dikatakan ayahnya. Setelah itu ia melanjutkan tugasnya selanjutnya yaitu ayahnya. Itu hal yang lebih mengagetkan untuk Gwan "apakah kita harus berpisah di sini?" Gwan langsung pergi ke tempat ayahnya nanti terbunuh dengan menggunakan bajunya yang biasanya dipakai dan melepaskan topi dan baju hitam yang ia pakai sebagai DS.

Saat itu ayahnya yang masih dalam keadaan mabuk sedang menyeberangi jalan dan disaat bersamaan ada balapan liar dan menabrak ayahnya sampai meninggal. "ayah.." Gwan langsung memeluk ayahnya yang menjadi arwah "nak kenapa kau disana? Bukankah kau sudah tertidur?" Gwan langsung berkata "ayah kenapa kau sengaja untuk ditabrak? Kenapa?" sang ayah mengelus kepala Gwan "itu untuk mu nak, maaf kan ayah karena membebani mu. Ayah sudah memiliki asuransi yang dapat menutupi hutang kita bila ayah meninggal" air mata dari Gwan dan ayah mengalir karena itu adalah pertemuan terakhir mereka "terima kasih ayah, terima kasih ayah, terima kasih.." cahaya tiba-tiba muncul di belakang Gwan "ayah, mari kita pergi agar malam ini dapat dilewati." sang ayah mengikuti Gwan menuju cahaya dan di waktu di akhir "di bawah roti, ada surat asuransi dan bayarlah hutang kita ke para preman itu dan pergi ke panti asuhan dan jadilah orang sukses" Gwan tersenyum mendengar itu.

Ayah Gwan adalah orang terakhir dalam daftar pada malam itu, Gwan langsung bangun dari tidurnya dan berlari ke arah jalan dan bertemu banyak kerumunan orang serta beberapa polisi.  Gwan masuk ke dalam kerumunan dan memeluk mayat ayahnya sambil mengeluarkan air mata. Sore harinya ia berada dirumah duka dengan abu ayahnya. Ia di datangi agen asuransi dan memberi uangnya, agen itu juga berkata bahwa ayah Gwan adalah orang yang baik dan berperan penting pada perusahaan asuransi tersebut sebelum ayah Gwan menikah.

Gwan menaruh guci abu ayahnya dan ke apartemen sebelum ke panti asuhan. Tok tok tok...  Suara pintu "halo apa ada orang?" Gwan langsung membuka pintu "apakah ayahmu ada dik, dia harus bayar hutangnya sekarang!" Gwan langsung mengambil uang dari asuransi dan memberikan kepada orang tersebut "itu uangnya paman, ayah sudah tidak ada, kemaren kecelakaan." Gwan langsung membawa koper dan pergi meninggalkan apartemen menuju panti asuhan yang disuruh ayahnya.

10 tahun kemudian, 2015

Musim dingin dan salju mulai turun. Seorang laki-laki tinggi dengan tubuh kekar pergi ke tempat penyimpanan abu. Laki-laki itu memakai jas hitam dan jaket kulit serta membawa setangkai bunga menuju depan lemari abu bernama Ji Kang.

"Halo ayah, lama tak berjumpa. Kini saya sudah sukses dengan menjadi pemegang perusahaan asuransi terbesar di Busan. Semoga kau senang di sana" orang tersebut menaruh bunga yang dipegang ke depan guci abu dan berdoa.

Orang tersebut pergi ke mobilnya dan bertemu istri dan anaknya yang terlihat sangat senang dan harmonis.

Anak Miskin. Tamat.

Episode selanjutnya 3. Pasukan Belanda

Death's Subordinate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang