4. Pasukan Belanda (2)

1 0 0
                                    

Perhatian : Cerita ini tidak ada hubungan sama sekali pada agama atau cerita apapun, semua cerita murni dari diriku dengan imajinasi ku. Segala kemiripan orang atau cerita adalah hal yang tidak disengaja.

----------------

19 Agustus, Yogyakarta

"SIAPE DIANTARE KALIAN.. YANG MERUPAKAN PEJUANG!!" Kata komandan pasukan Belanda di sana. Seluruh penduduk desa termasuk keluarga Sri Srasti "Bile tak ade yang mau mengaku akan kami panggil dan maju kedepan atau semua penduduk akan mati di sini juge!!" komandan pasukan Belanda itu mengeluarkan kertas "Ikbal, maju!" salah satu penduduk maju dengan ketakutan "TEMBAK!!" salah seorang tentara menembak, pak Ikbal meninggal. "Pak Soeparjo, Bu Tuti, dan Pak Soerya" ketiga orang itu maju dan mohon di ampuni dan berkata mereka bukan Pejuang. Ketiga orang itu ditembak di kepala. "Dan yang terakhir Pak Boedi" Sri kaget mendengar nama Bapaknya disebut. Keringat keluar dari tubuh Sri, ia tidak ingin kehilangan Bapaknya.

Bapak Sri maju kedepan tampa rasa takut. "hahaha...  Kau berbeda dari yang lain. Kau sungguh percaya diri dari yang lain!" kata komandan pasukan Belanda itu. Komandan itu memberikan kode untuk menembaknya, tapi sebelum itu dilakukan dua buah belati menancap di kepala dua pasukan belanda. Salah satu tentara belanda langsung menembak bagian punggung Bapak Sri "pejuangan yang sia-sia, dasar pejuang" semua pasukan belanda kembali ke markasnya serta para warga membawa mayat termasuk mayat orang Belanda yang meninggal.

"Bapak.. Kenapa pak, kenapa kau tinggalkan kami sekarang" rasa amarah dan sedih yang bercampur dalam hati Sri tapi tidak ada yang bisa ia lakukan.

Para warga membawa mayat-mayatnya ke kuburan desa dan diberi bendera kecil di atasnya sebagai tanda pahlawan. Hari itu sudah sore saat semua mayat telah dikubur serta di doakan. "hari sudah sore, pak saya pergi dulu ya" Sri meninggalkan kuburan bapaknya dan pulang ke rumahnya.

Malam itu berbeda dari hari yang lain, Sri muncul sebagai malaikat dengan sayap berbulu hitam dibelakangnya dan membawa sebuah sabit. Muka Sri tidak tertutup dan sangat terlihat jelas. Dunia arwah di sana sudah berkumpul banyak jiwa, dari jiwa warga desa dan tentara belanda. Sri maju selangkah demi selangkah menuju tugasnya. Dengan muka sedih, Sri berkata "Halo, mari ikuti saya".

Semua arwah melihat ke Sri, terutama arwah Bapaknya "Sri, apa itu kamu nak? Kenapa kau di sini?" Sri langsung memeluk Bapaknya dan berkata "iya, ini tugas ku. Pak apakah ada kata-kata terakhir untukku?" Bapak Sei mengusap kepalanya dan melihat kebelakang "Lakukan tugasmu dengan baik nak, jangan biarkan satu orang pun yang kau lewatkan." Bapak Sri memberi kode maju pada semua arwah di belakang untuk masuk ke cahaya. "nak, bacalah surat terakhir bapak di bawah gubuk sawah."

Sri melihat ke atas dan mulai menutupi wajahnya kembali dengan bayangan "terima kasih pak atas dukungannya" malam itu berlalu setelah Sri mengantar beberapa arwah lagi. Matahari berlalu dan Sri terbangun dari tidurnya. "Sungguh malam yang indah" Sri langsung berlari ke arah sawah dan menemukan sebuah surat

----------------


...Sri Anakku, saya tidak tau apakah surat ini akan kamu temukan atau tidak, tapi bila kau temukan ada sebuah rahasia yang ingin bapak bilang padamu. Bapak adalah salah satu pejuang, tapi bukan pejuang biasa. Bapak adalah pejuang kemerdekaan, pejuang kemanusiaan, pejuang untuk keluarga, dan pejuang yang telah mengetahui penyebab kemerdekaan kita. ...


Bila kamu mau tau apa penyebabnya, kamu pasti juga akan terus berjuang bersama kita. Penyebab kemerdekaan kita adalah bob atom yang menyerang Nagasaki dan Hiroshima. Tapi ini semua bukan hal yang membuat kita merdeka. Yang membuat kita menang adalah penderitaan ribuan nyawa, tapi bila kita tidak berjuang maka kita hanya akan menderita kembali. Jadi tolong jaga negara ini sebagai bentuk rasa terhadap penderitaan pahlawan kita dan orang-orang Jepang itu.

...-Salam hangat Pak Boedi...


----------------

Sri menangis membaca surat tersebut, rasa bela negara menjadi besar. Ia membawa surat tersebut ke rumah dan menyimpannya dalam sebuah kotak. "Pak, Sri akan terus berjuang"

****************


19 Desember 1948, Yogyakarta

Jenderal Sudirman memimpin pejuang untuk mengusir penjajah di daerah Yogyakarta. Semua pasukan belanda terusir walau banyak rintangan dan korban berjatuhan. Markas Belanda yang berada di desa Sri juga yang terusir dari Yogyakarta.

Saat itu juga Sri menulis jurnal yang menuliskan kehebatan ayahnya dan kesetian akan negaranya. Hasilnya bukan karya terkenal tapi seluruh desa mengetahui cerita tersebut.

Seperti akhir pada jurnal Sri yang bertulis

Tamat.

Tapi bukan berarti selesai.


Pasukan Belanda Tamat

Episode selanjutnya 5. Runtuhnya kemanusiaan.

Death's Subordinate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang