"Siapa yang kau ajak bicara?"
Bagai disengat listrik bertegangan tinggi, (Y/n) seketika teringat ia tidak seorang diri di ruangan ini. Ada satu orang lagi yang diakui oleh Chifuyu sebagai temannya. Ya, si Baji Keisuke itu.
(Y/n) menoleh sejenak ke arah Chifuyu yang berdiri di sebelahnya. Ia pun tampak bingung dengan situasi ini. Karena ia pikir Keisuke tidak akan memperhatikan mereka. Namun, pastinya tidak demikian. Ditambah sejak tadi (Y/n) berbicara seorang diri meskipun dengan volume suara yang kecil. Pastinya hal itu mengundang pertanyaan Keisuke terhadap dirinya.
"Temanmu."
Jawaban yang diberikan oleh (Y/n) menghasilkan reaksi yang berbeda antara Chifuyu dan Keisuke. Chifuyu dengan wajah terkejutnya dan Keisuke dengan matanya yang menatap remeh ke arah (Y/n).
Keisuke mendengus. "Temanku? Apakah kau bodoh? Ia tidak berada di sini."
"Aku hanya mengatakan faktanya saja. Jika kau tak percaya padaku, aku sama sekali tidak keberatan," ujar (Y/n) kemudian. Ia merasa tak masalah apabila Keisuke tidak mempercayainya. Gadis itu pun tidak akan memaksanya untuk percaya.
Lagi pula, untuk apa ia peduli?
Namun, seketika (Y/n) teringat dengan buku Tentang Mata Lavender yang ia baca kemarin. Ada sesuatu hal yang ia ingin coba. Sepertinya saat ini adalah saat yang tepat untuk mencobanya. Benar, bukan?
"Kalau begitu, pejamkan matamu. Lalu hitung mundur dari lima detik," ucap (Y/n) tiba-tiba.
Keisuke mengangkat sebelah alisnya. "Untuk apa aku menuruti perkataanmu?"
"Aku hanya ingin mencoba sesuatu," jawab gadis itu jujur.
Chifuyu yang tak terlihat di sana hanya bisa memperhatikan apa yang (Y/n) lakukan. Gadis itu sempat melirik ke arahnya beberapa detik. Namun, Chifuyu tidak bisa mengartikan tatapannya itu.
Tidak memiliki pilihan lain, Keisuke pun menuruti perkataan (Y/n). Sebenarnya dirinya pun tidak ingin. Ia hanya ingin hal ini cepat selesai dan membiarkan gadis itu pergi dari sini.
"Kau hitung mundur dari lima detik dan jangan buka matamu meskipun kau merasakan sesuatu yang aneh," titah (Y/n) tepat setelah Keisuke memejamkan matanya.
Selagi Keisuke menghitung mundur. (Y/n) melafalkan beberapa kata singkat yang ia sudah ingat di dalam benaknya. Seberkas cahaya berwarna lavender muncul di tangan gadis itu. Menyelimuti Keisuke secara perlahan.
Setelahnya Keisuke membuka matanya perlahan. Di depannya, kini (Y/n) tidak seorang diri. Ada satu orang lagi yang tubuhnya tampak transparan dengan kaki yang tak menapak ke atas permukaan lantai.
"Chifuyu?"
***
Suara tawa sekali lagi terdengar. Tawa itu masih sama seperti sebelumnya. Menyiratkan makna bernama kebahagiaan meskipun hanya sesaat. Kemudian lenyap bagai embun di pagi hari.
"Kau tidak ingat, Baji-san? Kejadian itu baru terjadi beberapa bulan yang lalu! Kau benar-benar tak mengingatnya?"
Suara Chifuyu yang terdengar bahagia itu mengisi keheningan ruangan. Yang kemudian disambut oleh gelengan kepala Keisuke. Entah apa yang tengah mereka bicarakan, (Y/n) tak memahaminya. Sepertinya tentang masa lalu mereka sebelum Chifuyu menjadi seperti saat ini.
"Tidak, aku sama sekali tidak mengingatnya," ujar Keisuke lagi.
(Y/n) melirik ke arah arloji berwarna putih yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Arloji itu sudah menunjukan pukul lima sore lebih dua puluh lima menit. Itu arrinya sudah dua puluh lima menit berlalu semenjak Chifuyu dan Keisuke mulai berbincang.
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Twilight's Reverie ✧ Chifuyu Matsuno
FanfictionSelama ini, (Y/n) selalu menganggap dirinya sial. Terlebih semenjak kematian neneknya, gadis itu pun 'terpaksa' harus menerima sebuah warisan dari neneknya; yaitu berupa Mata Lavender. Dengan Mata Lavender itu, (Y/n) pun bisa melihat 'mereka' yang t...