Selama ini, roh-roh tak kasat mata yang (Y/n) lihat selalu berwujud menyeramkan. Entah itu tangannya yang tak ada, kepalanya, kakinya, tubuhnya bahkan terkadang hanya suaranya. Oh, jangan lupakan semua sosok itu pun berdarah-darah.
Namun kini, sosok yang berdiri di depan (Y/n) justru terlihat seperti manusia normal. Hanya saja jika kakinya menapak ke atas tanah dan ia tidak diabaikan oleh orang-orang di sekitarnya.
"Kau benar-benar bisa melihatku ya?"
Ia tersenyum lagi. Entah mengapa (Y/n) merasa lelaki yang kini duduk di sebelahnya itu tampak bahagia hanya karena (Y/n) bisa melihatnya. Ah, mungkin ini hanya perasaan gadis itu saja.
"Tidak," sahut (Y/n) seraya menoleh ke arah lain. Menghindari tatapan miliknya yang menatap gadis itu berbinar-binar.
"Tetapi, kau menjawab pertanyaanku tadi," ujarnya lagi dan kali ini berhasil membuat (Y/n) menoleh. Namun, gadis itu kembali mengalihkan pandangannya kala ia tahu jika itu hanyalah cara agar ia menoleh padanya.
"Lalu, kau ingin apa? Apakah kau juga perlu bantuan seperti yang lain?" tanya (Y/n) setelahnya.
"'Yang lain'?" Ia tampak bingung.
"Ya, makhluk tak kasat mata sepertimu pasti membutuhkan sesuatu dariku. Makanya, kau pun mendekatiku. Benar 'kan begitu?" cecar (Y/n).
Lelaki itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Namun, kemudian sebuah tawa lolos dari bibirnya. Membuat (Y/n) melemparkan tatapan keheranan.
"Mengapa kau justru tertawa?" (Y/n) pun bertanya dengan heran dan alisnya yang ditautkan.
Tidak menjawab pertanyaan (Y/n) yang sebelumnya, justru ia berkata setelah tawanya reda, "Kau lucu, (Y/n)."
"Dari mana kau tahu namaku?" todong (Y/n). Ia tidak pernah memberitahu namanya selama mereka duduk bersama di taman rumah sakit yang kini tampak sepi itu.
Ia pun tersenyum. "Aku sudah sering mendengar namamu di saat kau datang ke sini untuk membeli obat. (F/n) (Y/n), benar 'kan?"
Mata (Y/n) sontak menyipit. "Kau memata-mataku selama ini ya?" tuduhnya tak senang.
"Eh? Tidak! Untuk apa?"
"Baguslah jika kau tidak melakukannya," ujar (Y/n) kemudian.
Setelah berkata seperti itu, (Y/n) pun bangkit dari duduknya. Ia menepuk-nepuk rok seragamnya. Gadis itu nyaris pergi dari sana kala sesuatu yang hangat terasa mengalir dari hidungnya. Ia menyekanya dengan tangan dan benar saja. Cairan berwarna merah pekat terlihat di tangannya.
"Kau baik-baik saja?" tanya sosok lelaki yang masih berada di sebelah (Y/n).
(Y/n) tak menjawab. Ia sibuk mencari tisu dari dalam tas sekolahnya. Lelaki bersurai pirang itu ingin membantu. Namun, ia bahkan tidak bisa menyentuh apa-apa.
"Ya, aku baik-baik saja. Ini sudah biasa terjadi," jawab (Y/n) kemudian setelah darahnya yang mengalir di hidungnya pun berhenti. "Aku hanya belum memakan obatku hari ini," lanjutnya.
Sebuah botol air dari dalam tasnya dikeluarkan oleh gadis itu. Ia memasukkan sebutir obat ke dalam mulutnya lalu menelannya dengan bantuan air. Semua kegiatan yang dilakukan oleh (Y/n) diperhatikan oleh lelaki di sebelahnya itu.
"Apakah kau tak pernah melihat orang lain memakan obat?" sindir (Y/n) kala ia memasukkan botol minumnya kembali ke tempat semula.
Ia hanya terkekeh sebagai respon atas sindiran (Y/n). Kemudian, ia berkata dengan pandangan yang menerawang jauh, "Aku pernah memakan obat. Bahkan melebihi dosis yang dianjurkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Twilight's Reverie ✧ Chifuyu Matsuno
FanficSelama ini, (Y/n) selalu menganggap dirinya sial. Terlebih semenjak kematian neneknya, gadis itu pun 'terpaksa' harus menerima sebuah warisan dari neneknya; yaitu berupa Mata Lavender. Dengan Mata Lavender itu, (Y/n) pun bisa melihat 'mereka' yang t...