Prolog

273 56 31
                                    

"Kau pasti akan mewarisi Mata Lavender itu dariku, (Y/n)."

Mendengar apa yang sang nenek katakan pada dirinya, (Y/n) pun menoleh. Menatap lurus ke arah wanita tua itu yang tengah berbaring sambil tersenyum padanya.

"Tetapi, aku tidak menginginkan hal itu, Obaa-chan," sahut (Y/n) jujur. Toh ia memang benar-benar tak ingin berurusan dengan hal-hal tak kasat mata itu. Ia sudah sibuk dengan urusannya sendiri dan tak mungkin baginya jika ia harus mengurusi mereka yang sudah tak berada di dunia ini lagi.

"Obaa-chan ingin menuruti perkataanmu. Namun, sayangnya tidak bisa, Sayang," ujar neneknya seraya tersenyum sedih.

(Y/n) diam sejenak. Seketika ia teringat dengan ibunya yang mengaku tidak pernah melihat mereka yang tak kasat mata itu. "Lalu, bagaimana dengan Kaa-san? Bukankah Kaa-san juga bisa menjadi pewaris Mata Lavender itu?"

"Seseorang yang telah menikah tidak akan bisa menjadi pewarisnya," ujar neneknya lagi dan membungkam mulut (Y/n).

Gadis itu pun sontak membulatkan matanya. Itu artinya, hanya dirinyalah satu-satunya keturunan keluarga (F/n) yang bisa menjadi pewaris Mata Lavender itu.

***

Seketika (Y/n) pun teringat dengan percakapan terakhirnya bersama sang nenek. Kini, di depan makamnya dengan dinaungi oleh derasnya hujan, perbincangan singkat itu terus berputar di dalam kepala (Y/n) bak kaset yang telah rusak.

Seharusnya gadis itu tahu. Kalimat-kalimat yang neneknya katakan di hari itu telah menunjukan bahwa umurnya di dunia ini sudah tak akan lama lagi. Jika (Y/n) tahu hari itu akan menjadi percakapan terakhirnya bersama sang nenek, maka ia akan membicarakan hal-hal lain yang lebih baik daripada tentang Mata Lavender sialan itu.

Setidaknya itulah yang (Y/n) pikirkan.

Namun, pikirannya itu hanya akan menjadi sebuah pikiran belaka karena nyatanya kini orang yang (Y/n) cintai itu telah tiada. Tiada, yang berarti sudah tak berada di dunia ini lagi. Itulah kenyataan pahit yang harus (Y/n) terima.

"Sudah kuputuskan. Aku akan menganggap Mata Lavender ini sebagai sebuah kesialan yang harus kuterima."

Hari itu, di bawah hujan yang turun dengan deras, (Y/n) menangis sekaligus membulatkan tekadnya.

***

END ━━ # . 'Twilight's Reverie ✧ Chifuyu MatsunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang