Part 2

784 76 0
                                    

Na Jaemin, 20 tahun, adalah seorang mahasiswa di Seoul University jurusan Arts and Performance. Dia seorang pemalu dan semua orang tahu akan hal itu. Untuk ukuran seorang pria, tubuhnya terlalu kurus, kulitnya terlalu putih, dan wajahnya bisa dibilang manis, bahkan cantik didukung dengan rahang yang tegas, tulang pipi yang tinggi, dan hidung mancung yang menambah poin plus-plus kecantikannya. Senyumnya juga terlihat menawan walaupun suaranya terdengar berat.

Semua orang tahu jika Jaemin bukan berasal dari keluarga kaya. Dia perlu bekerja paruh waktu untuk membayar biaya kuliah dan juga memenuhi biaya hidupnya. Satu yang tidak diketahui teman-temannya adalah fakta bahwa ia bekerja di sebuah cafe terkenal bernama 'DREAM MAID CAFE' sebagai pelayan. Yup, benar seorang pelayan atau dikenal dengan istilah 'Maid'. Dia akan bekerja menggunakan seragam pelayan hitam putih ala pelayan Eropa lengkap dengan sepatu hak tinggi dan rambut palsu panjang.

Kenapa dia mau bekerja di tempat seperti itu? Alasannya adalah cafe tersebut merupakan milik saudara sepupunya, Haechan. Kedua, semua pekerja di kafe tersebut adalah teman sekelasnya di universitas, seperti Taeyong Hyung, Winwin Hyung, Renjun, dan Chenle. Mereka adalah sahabat yang benar-benar bisa dipercaya. Itulah alasannya Jaemin betah bekerja di sana dan rahasianya tetap aman selama dua tahun, sampai satu hari itu.

Jeno berjalan berdiri di pintu masuk sebuah cafe dengan nama yang bisa dibilang aneh. Bukan cafe anjing, cafe kucing, ataupun burung hantu. Ini maid cafe? Apa? Maid cafe seperti yang biasanya hanya ada di dalam manga-manga yang sering ia baca. Dari namanya saja sudah aneh, bagaimana dengan keadaan di dalamnya? Tapi, herannya cafe ini sangat terkenal di Seoul. Pemuda tampan itu menampik perasaan khawatir dan pikiran buruknya. Dengan mantap dia menarik gagang pintu hingga suara bel terdengar dan sedikit mengagetkannya. Beberapa saat kemudian, seorang gadis cantik menghampirinya,"Selamat datang ke DREAM MAID CAFE, Tuan. Adakah yang bisa saya bantu, Tuan?"

Oh, gadis itu sangat cantik. Wajahnya sempurna, cantik, manis, dan seksi. Tidak lupa senyumannya yang sepertinya bisa melelehkan sebuah gunung es, ah senyum sejuta volt. Jeno benar-benar terpana.

Si pelayan yang tidak mendapat respon dari pengunjung itu segera memecahkan keheningan,"Mari saya tunjukkan meja kosong untuk Anda, Tuan!" Jeno tersadar dari lamunannya dan berjalan mengikuti gadis itu ke meja kosong persis di sebelah jendela kaca besar di sudut cafe.

"Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" sial, suara itu begitu halus dan merdu. Jeno tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila sambil terus menatap pelayan itu membuat yang ditatap merasa risih dan tidak nyaman.

"Tuan?" pelayan itu memberanikan diri melambaikan tangan di depan wajah Jeno, takut-takut kalau pengunjung itu sedang tidak waras.

"Oh, maaf. Aku pesan Mocha latte dan chocolate muffin," dengan segera Jeno menyebutkan pesanannya.

"Baiklah, Tuan. Mocha latte dan chocolate muffin akan segera saya antar dalam lima menit. Apakah ada lagi, Tuan?"

"Tidak ada," ujar Jeno santai sembari menautkan kedua jemarinya dan meletakkannya di atas meja, masih dengan tatapan lurusnya pada si pelayan.

"Baiklah kalau begitu, Tuan. Saya akan menyiapkan pesanan Anda dulu," si pelayan hendak meninggalkan Jeno seorang diri, tetapi tangan kanan Jeno bergerak lebih cepat untuk menahan lengan kurus si pelayan.

"Kenapa Tuan?" si pelayan menatap heran pemuda tampan berambut blonde di hadapannya.

"Kau terlihat sangat cantik, bolehkah aku tahu namanu?" kata-kata gombalan terlontar dari mulut Jeno dibarengi dengan kedipan.

Dengan sopan si pelayan melepaskan tangan Jeno di pergelangan tangannya dan tersenyum manis,"Saya permisi dulu, Tuan." Sial, Lee Jeno baru saja dicueki.

My Maid (NoMin) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang