Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Satu jam sudah Renjun duduk diatas kasur sambil ditemani sekotak box penyimpanan yang berisikan barang-barang milik, Nana. Ya, dia baru saja bernostalgia tentang perempuan itu. Karna jujur, Renjun masih sangat merindukannya hingga detik ini.
Kepergian Nana bukan lah suatu hal yang ia sesali. Hanya saja ia masih teringat jelas bagaimana Nana mengakhiri hidupnya pada saat malam itu, dan itu masih membuat Renjun kecewa dengan tindakan yang telah Nana perbuat pada dirinya.
Menggores urat nadi dipergelangan tangan adalah suatu tindakan yang sangat Renjun benci. Bahkan mengingat tindakan itu saja membuat Renjun muak untuk mengingat masa lalu kelamnya dulu saat sebelum bertemu dengan Nana.
Kalau saja dulu Nana bisa melarang Renjun untuk tidak melakukan tindakan itu, kenapa sekarang malah dia yang mengakhiri hidupnya dengan cara melakukan tindakan itu? Renjun sangat kecewa.
Setelah semua barang milik Nana dikeluarkan dari dalam kotak satu persatu, akhirnya Renjun menemukan sepasang boneka Mickey Mouse dan Minnie Mouse yang masih sangat Renjun ingat kalo boneka tersebut adalah pemberian dari Nana untuk dirinya.
Boneka Mickey Mouse untuk Renjun, dan boneka Minnie Mouse untuk Nana. Renjun tersenyum, lalu mulai teringat pada kejadian dimana Nana memberikan boneka Mickey Mouse tersebut pada dirinya.
Namun disaat ia kembali mengingat kejadian tersebut, gak lama Wendy masuk ke dalam kamar Renjun lalu meletakkan segelas susu putih keatas meja belajar anak sulungnya itu.
"Kamu masih simpen semuanya?" Tanya Wendy saat melihat semua barang milik Nana berserakan diatas tempat tidur Renjun. Laki-laki itu mengangguk lalu berdeham kecil. "Aku bakal simpen ini sampe dewasa nanti." Jawab Renjun dengan tenang.
"Tapi gimana sama kamu, Renjun? Gak selamanya kamu inget Nana terus kan?" Wendy mulai khawatir dengan masa depan Renjun. Ia takut kalo anak sulungnya ini akan merasakan trauma untuk menyukai lawan jenis lagi.
Renjun tersenyum. "Mama gak usah khawatir, semunya pasti akan kembali pada masanya. Gak tau sampai kapan, tapi yang pasti untuk sekarang ini Renjun masih mau untuk sendiri. Renjun masih sayang sama Nana, Renjun masih mau inget dia. Mama gak keberatan kan?"
Wendy berjalan dan kemudian mendekat kearah Renjun, dielusnya surai rambut anaknya itu sambil tersenyum penuh keterharuan.
"Mama gak keberatan sayang, Mama percaya pasti kamu bisa mengatasinya dengan baik. Tapi saran Mama, kamu jangan lama-lama ya? Pasti Nana juga bakal sedih disana, kamu gak mau kan kalo Nana sedih?"
"Iya, Renjun gak akan lama-lama kok, Ma."
"Hmm, yaudah kalo gitu berangkat kuliah gih. Jangan lupa di minum dulu ya susunya?" Renjun tertawa. "Padahal Renjun udah dewasa loh, Ma. Kenapa masih dibuatin susu?"
"Umur boleh dewasa, Renjun. Tapi bagi Mama kamu masih tetep anak kecil, jadi nurut aja ya?" Ucap Wendy. "Oh ya, ini semua barang Nana biar Mama aja yang beresin. Kamu langsung berangkat kuliah aja."
Renjun mengangguk. "Yang ini jangan disimpen ya, Ma?"
"Terus Mama simpen mana?"
"Simpen diatas meja belajar aja, biar nanti Renjun yang simpen." Wendy mengangguk sambil tertawa. "Oke deh kalo gitu."