"Ngapain lo disini?!"
Terhitung sudah kali kesembilan Alvaro menjemput Elle untuk berangkat bersama ke sekolah. Dan kalimat tersebut juga menjadi kali kesembilan Alvaro mendengarnya. Kalimat yang selalu menjadi kalimat pertama yang didengarnya dari cewek tersebut ketika ia datang menjemputnya.
"Elle, nggak boleh gitu ngomongnya. Kamu harusnya seneng pagi-pagi udah dijemput cogan."
Alvaro nyengir lebar mendengar ucapan Clara -mommy Elle- yang selalu membelanya.
Elle memutar mata jengah, "C'mon mom, Elle nggak pernah mau dijemput sama dia."
"Elle.." Clara menggeleng memperingati.
Cewek berdarah campuran itu membuang napas kesal lalu menyendokkan nasi goreng pada piringnya.
"HEH!" kesal Elle ketika piring yang telah diisinya diambil Alvaro.
Sementara cowok tersebut malah tersenyum disela kunyahannya, semakin memancing kekesalan Elle.
"Ngapain lo ngambil punya gue?!"
"Nggak papa, latihan buat lo."
"Latihan apa sih?!"
Alvaro tersenyum jahil dengan alis terangkat, "Latihan jadi istri yang baik?"
Clara yang mendengarnya tak bisa menahan tawa, sementara Elle rasanya sudah benar-benar gerah akibat kekesalannya pada Alvaro.
"Mom lihat! Dia nyebelin," adu Elle dengan tangan terlipat di depan dada serta bibir yang tertekuk.
Alvaro mengatupkan bibir, menahan tawa gemas akibat tingkah kekanakan Elle.
"Nyebelin apanya sih, Elle?"
"Geez, he's flirting on me, mom!"
Clara menatap keduanya bergantian, "Bagus dong, biar kamu nggak jomblo lagi."
"Mom! Elle nggak se-desperate itu plis. Kalo Elle mau udah dari dulu Elle pacaran. Banyak tau cowok yang ngajakin Elle jalan, yang nembak apalagi," jelas Elle.
"Siapa?" pertanyaan bernada dingin itu terdengar dari cowok bermata hazel yang duduk di depan Elle.
Elle yang terlanjur kesal dengan Alvaro tidak menyadari perubahan nada suara serta tatapan cowok tersebut. "Apa?!"
"Siapa cowok yang lo maksud?"
Elle mendelik, "Bukan urusan lo!"
Alvaro menggenggam gelas dengan erat, tatapannya masih tajam meminta penjelasan. Tetapi Elle sama sekali tidak menyadari hal itu, cewek itu sibuk dengan sarapannya.
Clara yang menyadari perubahan suasana di meja makan diam-diam tersenyum. Rasanya sarapan kali ini semakin menyenangkan dengan interaksi dari kedua remaja tersebut. Membuatnya teringat hari-hari lalu saat dia masih seumur putrinya. Sayang sekali suaminya sudah berangkat lebih dulu, jika tidak mereka bisa menikmati drama muda-mudi ini berdua.
Sudah seminggu lebih Alvaro rutin berangkat serta pulang bersama putrinya. Anak lelaki yang diketahuinya merupakan anak dari Samuel dan Riana.
Seminggu lebih rutinitas Alvaro itu, tak pernah sekalipun putri cantiknya menyambut Alvaro dengan senyuman. Putrinya itu selalu saja menyambut Alvaro dengan raut datar, kesal, atau gerutuan jengkel akibat Alvaro yang dirasa mengganggunya.
Interaksi keduanya tidak pernah luput dari perhatian Clara. Membuatnya menghela napas melihat ketidakpekaan Elle. Clara saja tau alasan Alvaro melakukan semua itu. Putrinya memang tidak peka. Turunan siapa? Tentu saja daddy-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Spells
Teen FictionAccio happiness Obliviate sadness Allohomora love Tanpa sadar Alvaro tersenyum membaca tulisan tersebut. Ini mungkin terdengar gila, tapi rasanya mantra itu berhasil menenangkan perasaannya yang sedang gundah. Rachquelle Valerie. Dan yang lebih gila...