05. "Lo lebih cantik kalo nggak senyum"

1.2K 70 3
                                    

Siang menjelang sore kali ini, Elle berada di salah satu kafe bersama daddy-nya. Daddy-nya itu entah kenapa tiba-tiba saja merusak acara malas-malasan Elle di akhir pekan. Dan alhasil disinilah dia berada.

Setelah mendapatkan pesanan, sepasang ayah-anak tersebut melangkah mencari tempat yang kosong.

"Edward!" panggil seseorang.

Daddy Elle berbalik, senyum lebar tampak di wajahnya. Ia kemudian berjalan kearah seseorang tersebut, diikuti dengan Elle.

"Hoi tak ku sangka kita bertemu disini," ujar pria yang tampaknya seumuran dengan Edward itu.

"Lalu kau mau bilang kalau dunia ini sempit? Halah, basi."

Pria tersebut tertawa sambil menepuk bahu Edward, "Kalian duduk disini saja," tawarnya yang segera disetujui oleh Edward.

Perhatian pria itu kemudian tertuju pada Elle, "Wah ini ya putri semata wayangmu? Sudah besar ternyata."

Elle tersenyum lalu menyalami tangan pria tersebut dengan sopan, "Elle, om."

"Uncle saja, biar keren," ujarnya yang mendapatkan cibiran dari Edward.

"Kenalkan Elle, ini Samuel, teman dekat daddy sejak kuliah," Elle manggut-manggut mendengarnya. Ternyata pria di depannya inilah teman dekat yang sering diceritakan daddy-nya.

Sekilas, Elle merasa Samuel mirip seseorang. Sorot matanya mengingatkan Elle dengan entah siapa.

"Bersyukurlah nak, kau mewarisi wajah Clara, bukannya pria tua itu," ucap Samuel mengedikkan dagu kearah Edward.

Elle tersenyum tipis, dia memang cukup sering mendengar orang-orang mengatakan dia sangat mirip dengan Clara, mommy-nya.

"Anak-anakmu juga seharusnya bersyukur mereka mewarisi wajah Riana. Bisa dibayangkan betapa sengsaranya kedua anakmu jika saja mereka mewarisi wajah Papanya." balas Edward dengan tatapan sengit.

"Elle sekolah dimana?" tanya Samuel mengalihkan pembicaraan.

"Di FHS uncle."

"Wah sama dong dengan anak sulung uncle."

Elle mengernyit bingung, baru saja dia akan bertanya ketika Edward lebih dulu berbicara.

"Ngomong-ngomong dimana bujangmu itu?"

"Ke toilet tadi. Nggak tau deh ngapain, semoga saja tidak sedang pesugihan anak itu."

"Heh kau ini! Harusnya kau ini berterima kasih padanya, anak sulungmu itu banyak membantu di rapat kemarin."

"Cih, bisa meletus kepalanya nanti."

Elle lagi-lagi mengernyit bingung, bukannya uncle Samuel bilang anak sulungnya satu sekolah dengannya? Jadi sebenarnya dia itu masih sekolah atau udah kerja?

Edward yang melihat putrinya bingung kemudian menjelaskannya, "Anaknya uncle Samuel ini masih SMA kayak kamu. Tapi dia memang sering hadir di perusahaan uncle Sam, ikut rapat-rapat penting, bahkan sudah terjun dalam beberapa proyek. Pria tua ini memang sudah mempersiapkan si sulung untuk jadi penerusnya dari sekarang."

"Lagipula umur kan tidak ada yang tau." lanjut Edward.

"Heh mulutnya, pengen tak hiih."

Elle tertawa pelan melihat interaksi keduanya. Dia lalu teringat penjelasan daddy-nya tadi. Jujur saja Elle kagum dengan anak uncle Samuel itu. Elle saja yang hanya sekolah-pulang-sekolah-pulang merasa sangat lelah. Rasanya Elle hanya ingin rebahan-makan-rebahan-makan saja.

Unforgettable SpellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang